Apa Kriteria atau Karakteristik asesmen kontekstual, Bagaimana Ciri Asesmen Kontekstual? Dan apa yang dimaksud Level Kognitif 1 (L1), Level Kognitif 2 (L2) dan Level Kognitif 3 (L3) dalam Penyusunan Soal ? Dalam menyusun soal guru dituntut mampu membuat soal Higher Order Thinking Skills (HOTS). Soal-soal HOTS termasuk kategori Asesmen Kontekstual. Jadi pengertian Asesmen Kontekstual adalah asesmen yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Permasalahan kontekstual yang dihadapi oleh masyarakat dunia saat initerkait dengan lingkungan hidup, kesehatan, kebumian dan ruang angkasa, serta pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam pengertian tersebut termasuk pula bagaimana keterampilan peserta didik untuk menghubungkan (relate), menginterpretasikan (interprete), menerapkan (apply) dan mengintegrasikan (integrate) ilmu pengetahuan dalam pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan permasalahan dalam konteks nyata.
Apa saja kriteria asesmen
kontekstual dan ciri-ciri asesmen kontekstual ? Berikut ini diuraikan lima karakteristik asesmen kontekstual,
yang disingkat REACT.
a.
Relating, asesmen terkait langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.
b.
Experiencing, asesmen yang ditekankan kepada penggalian (exploration), penemuan
(discovery), dan penciptaan(creation).
c.
Applying, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu
pengetahuanyang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah-masalah
nyata.
d.
Communicating, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mampu
mengomunikasikan kesimpulanmodel padakesimpulan konteks masalah.
e.
Transfering, asesmen yang menuntut kemampuan peserta didik untuk
mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke dalam situasi atau
konteks baru.
Adapun ciri-ciri asesmen
kontekstual yang berbasis pada asesmen autentik, adalah sebagai berikut:
a.
Peserta didik mengonstruksi responnya sendiri, bukan sekadar memilih jawaban
yang tersedia;
b.
Tugas-tugasmerupakan tantangan yang dihadapkan dalam dunia nyata;
c.
Tugas-tugas yang diberikan tidak hanya memiliki satujawaban tertentu yang
benar, tetapi memungkinkan banyak jawaban benar atau semua jawaban benar.
Lalu apa yang dimaksud Level Kognitif 1 (L1), Level Kognitif 2 (L2) dan Level
Kognitif 3 (L3) dalam Penyusunan Soal ? Kata Kkerja operasional (KKO)
dikelompokkan menjadi 3 level kognitif. Pengelompokan level kognitif tersebut
yaitu: (1) pengetahuan dan pemahaman (level1), (2) penerapan (level 2), dan (3)
penalaran (level 3).
1. Pengetahuan dan Pemahaman
(Level Kognitif 1 atau L1)
Level Kognitif 1 atau L1 disebut
juga Level kognitif pengetahuan dan pemahaman mencakup dimensi proses berpikir
mengetahui (C1) dan memahami (C2). Ciri-ciri soal pada level 1 adalah mengukur
pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal-soal pada level 1
merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta
didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi,
atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu.
Namun
soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO yang
sering digunakan adalah: menyebutkan, menjelaskan, membedakan, menghitung, mendaftar,
menyatakan, dan lain-lain. Contoh soal pada level 1 mata pelajaran Biologi: Di
antara bacteria berikut yang dapat menimbulkan sakit perut (diare) pada manusia
adalah….
A.
Psedomonassp
B.
hiobaccilusferrooksidan
C.
Clostridiumbotulinum
D.
Escerichiacoli
E.
Acetobacter xylinum
Penjelasan:
Soal
di atas termasuk level 1 karena hanya membutuhkan kemampuan mengingat atau
menghafal nama bakteri penyebab diare.
2. Aplikasi (Level Kognitif 2 atau L2)
Level Kognitif 2 atau L2 disebut
juga Aplikasi. Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan
yang lebih tinggi dari pada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif
aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3).
Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: (a) menggunakan
pengetahuan faktual, konseptual, dan procedural tertentu pada konsep lain dalam
mapel yang sama atau mapel lainnya; atau (b) menerapkan pengetahuan faktual,
konseptual, dan procedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual
(situasi lain). Bisa jadi soal-soal pada level 2 merupakan soal kategori sedang
atau sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat
mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu.
Selanjutnya
pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau untuk menyelesaikan
permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah
merupakansoal-soal HOTS. Contoh KKO yang sering digunakan dalah: menerapkan,
menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, danlain-lain.
Contoh
soal pada level koginitif 2 (L2) mata pelajaran Ekonomi:
Jumlah
uang yang beredar di masyarakat sebesar Rp100 milyar, tingkat harga umum yang
berlaku Rp200.000,00 dan jumlah barang yang diperdagangkan 5.000.000 unit, maka
kecepatan uang yang beredar menurut teori kuantitas Irving Fisher adalah…..
A. 5
kali B.10 kali C. 50 kali D.100 kali E.1000 kali
Penjelasan:
Soal
di atas termasuk level 2 karena untuk menjawab soal tersebut, peserta didik
harus mampu mengingat teori kuantitas Irving Fisher selanjutnya digunakan untuk
menentukan kecepatan uang yang beredar.
3. Penalaran (Level Kognitif 3 atau L3)
Level Kognitif 3 atau L3 disebut
juga Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS),
karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu
mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi untuk memecahkan
masalah-masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). Level penalaran
mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan
mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut
kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan,
mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses
berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta didik untuk menyusun
hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau
menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir mengkreasi (C6) menuntut
kemampuan peserta didik untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.
Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan soal-soal sulit.
Ciri-ciri
soal pada level kogintif 3 (L3) adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran
dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi), memprediksi dan merefleksi,
serta kemampuan menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual
yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep,
dan kemampuan mentransfer konsep satu kekonsep lain, merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk menyelesaiakan soal-soal level 3 (penalaran). Kata Kerja
Operasional (KKO) yang sering digunakan antara lain: menguraikan,
mengorganisasi, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi,
menilai, menguji, menyimpulkan, merancang, membangun, merencanakan,
memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah,
dan menggubah.
Berikut
disajikan contoh soal level kognitif 3 (L3) mata pelajaran Kimia
Penyebab
terjadinya perubahan warna gigi terdiri dari faktor lokal dan faktor sistemik.
Faktor local tersebut antara lain disebabkan oleh pasta gigi atau gel khusus
yang dioleskan pada gigi, atau cairan untuk berkumur. Penyebab perubahan warna
gigi karena faktor sistemik ialah akibat asupan fluor yang berlebih pada masa
pembentukan email dan kalsifikasi gigi melalui fluoridasi air minum, tablet
fluor, atau obat tetes, yang dikenal sebagai fluorosis gigi. WHO menetapkan
komponen fluoride minimal sehingga dapat berkhasiat adalah 800 ppm. Sedangkan
BPOM menetapkan standar kandungan fluoride dalam pasta gigi sebesar 800 sampai
1500 ppm, namun untuk pasta gigi anak rentangnya yaitu 250 sampai 500 ppm.
Melalui penelitian yang sederhana, Athar membandingkan dua merk pasta gigi
dengan bahan aktif flouride yang beredar bebas dipasaran untuk mengetahui pasta
gigi yang aman digunakan sehari-hari.
Pasta
Gigi |
Bahan
Aktif |
Mr
Senyawa Kadar |
X |
Sodium
monoflourophospate |
144
0,50% |
Y |
Sodium
fluoride |
42
0,30 % |
Berdasarkan data tersebut,
Athar menarik beberapa kesimpulan :
(1)
Pasta gigi X memiliki kandungan flouride yang dapat memberikan manfaat.
(2)
Pasta gigi X dapat membuat perubahan warna pada gigi.
(3)
Pasta gigi Y aman digunakan sesuai standar BPOM.
(4)
Pasta gigi Y merupakan cocok digunakan sebagai pasta gigi anak-anak.
Diantara keempat kesimpulan
yang dikemukakan oleh Athar, yang benar adalah ....
A. (1) dan (2)
B. (1) dan (3)
C. (2) dan (3)
D. (1) dan (4)
E. (2) dan (4)
Kunci Jawaban: B
Pasta Gigi X
Kadar sodium
monoflourophosphate (Na2FPO3) = 0,50% = 5000 ppm, sedangkan Kadar F dalam
Na2FPO3 = 19/144 x 5.000 ppm= 660 ppm. Berdasarkan nilai kadar yang didapat,
maka sodium monoflourophosphate (Na2FPO3) sesuai dengan standar WHO dan BPOM,
secara langsung tidak akan mengubah warna gigi dan menyebabkan flourisis gigi,
namun tidak sesuai untuk digunakan bahkan sebagai pasta gigi anak-anak.
Pasta Gigi Y
Kadar sodiumflouride (NaF) =
0,30% = 3.000 ppm sedangkan Kadar F dalam NaF = 19/42 x 3.000 ppm= 1.357 ppm. Berdasarkan
nilai kadar yang didapat, maka sodium flouride (NaF) sesuai dengan standar BPOM
namun tidak WHO, secara langsung tidak akan mengubah warna gigi dan menyebabkan
flourisis gigi, namun tidak sesuai untuk digunakan bahkan sebagai pasta gigi
anak-anak.
Keterangan:
Soal ini termasuk soal level
kogitif 3 karena: 1) Mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi; 2) Berbasis
permasalahan kontekstual; 3) Menarik (trending topic)
Hal yang perlu dipahami guru
adalah bahwa dalam pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan
indikator soal HOTS, hendaknya tida kterjebak pada pengelompokan KKO. Sebagai
contoh kata kerja ‘menentukan’ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3.
Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja ‘menentukan’ bisa jadi ada
pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului
dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu
peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja
‘menentukan’ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut
kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru.
Jadi, ranah kata kerja
operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan. Penyusunan soal-soal HOTS umumnya
menggunakan stimulus. Stimulus merupakan dasar untuk membuat pertanyaan. Dalam
konteks HOTS. Stimulus dapat bersumber dari isu-isu global seperti masalah
teknologi informasi, sains, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur.
Stimulus juga dapat diangkat dari permasalahan-permasalahan yang ada di
lingkungan sekitar satuan pendidikan seperti budaya, adat, kasus-kasus di
daerah, atau berbagai keunggulan yang terdapat di daerah tertentu. Kreativitas
seorang guru sangat mempengaruhi kualitas dan variasi stimulus yang digunakan
dalam penulisan soal HOTS.
Demikian infomasi tentang Kriteria atau Karakteristik Asesmen Kontekstual,
Ciri Asesmen Kontekstual dan Pengertian Level Kognitif 1 (L1), Level Kognitif
2 (L2) dan Level Kognitif 3 (L3) dalam Penyusunan Soal. Semoga ada
manfaatnya
No comments
Post a Comment