Logo Blog

TUGAS KULIAH DAN BELAJAR

Resume Landasan Sosial Budaya Dalam Pendidikan

 

RESUME LANDASAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN

Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling debt dengan kehidupan sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hampir tidak pernah lepas dan unsur sosial budaya. Sebab sebagian terbesar dan kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Pekerjaan di rumah, di kantor, di perusahaan, di perkebunan, di bengkel, dan sebagainya, hampir semuanya dikerjakan oleh lebih dan seorang. mi berarti unsur sosial ada pada kegiatan-kegiatan itu. Selanjutnya tentang apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya serta bentuk yang diinginkan merupakan unsur dan suatu budaya. Membenahi kebun di rumah misalnya, dikerjakan oleh pembantu di bawah arahan ibu rumah tangga, bertujuan agar kebun itu bersih dan indah. mi merupakan suatu budaya. Alat untuk bekerja dan cara mengerjakan dengan baik juga merupakan suatu budaya.

 

Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial mi merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena itu, aspek sosial melekat pada din individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugaspendidLkan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial mi perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.

 

Bagaimana dengan aspek budaya? Sama halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas dan proses pendidikan itu sendiri.

 

Pembahasan landasan sosial budaya dalam pendidikan ini mencakup (1) sosiologi dan pendidikan, (2) kebudayaan dan pendidikan (3) masyarakat dan sekolah, (4) masyarakat Indonesia dan pendidikan, dan (5) implikasi konsep pendidikan.

 

A. Sosiologi dan Pendidikan

Ada sejumlah definnisi tentang sosiologi, namun walaupun berbeda-beda bentuk kalimatnya, semuanya memiiki makna yang mirip. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi, sosiologi mempelajari bagaimana manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana susunan unit- unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah serta kaitannya satu dengan yang lain.

 

Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai uraian berikut:

1.   Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu. Sebab ia bersumber dan diciptakan dan kenyataan yang terjadi di lapangan.

2.   Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan kepada generasi muda.

3.   Komulatif, sebagai akibat dan penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dan terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teoni-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.

4.   Nonetis, karena teorI itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.

 

Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, maka pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Dalam bab landasan sejarah telah dijelaskan bahwa akibat aliran liberalisme dan positivisme manusia di dunia tidak pernah merasa hidup damai, yang merangsang munculnya aliran kemasyarakatan dalam pendidikan. Aliran mi berusaha membuat manusia bisa merasa tenang melalui pendidikan. mi berarti proses pendidikan harus diubah.

 

Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan mi ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia. Untuk mewujudkan cita-cita pendidikan sangat membutuhkan bantuan sosiologi. Konsep atau teori sosiologi memberi petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Para guru dan pendidik lainnya akan menerapkan konsep sosiologi di lembaga pendidikannya masing-masing.

 

Salah satu bagian sosiologi, yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus adalah sosiologi pendidikan. Sosiologi pendidikan mi membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan. Wuradji (1988) menulis bahwa sosiologi pendidikan meliputi: (1) interaksi guru-siswa (2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah, (3) struktur dan ftingsi sistem pendidikan dan (4) sistem-sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap penchdikan.

 

Sosiologi dan sosiologi pendidikan saling terkait. Man kita lihat bagaimana bagian-bagian sosiologi memberi bantuan kepada pendidikan dalam wujud sosiologi pendidikan. Pertama-tama adalah tentang konsep proses sosial, yaitu suatu cara berhubungan antarindividu atau antarkelompok atau individu dengan kelompok yang menimbulkan bentuk hubungan tertentu. Proses sosial atau sosialisasi mi menjadikan seseorang atau kelompok yang belum tersosialisasi atau masih rendah tingkat sosialnya menjadi tersosialisasi atau sosialisasinya semakin memngkat. Dia atau mereka semakin kenaL semakin akrab, lebih mudah bergaul, lebih percaya pada pihak lain, dan sebagainya.

 

Proses sosial dimi.ilai dan interaksi sosial dan dalam proses sosial itu selalu terjadi interaksi sosial. Interaksi dan proses sosial didasani oleh faktor-fakton berikut:

1. Imitasi.

2. Sugesti.

3. Identiflkasi.

4. Simpati.

 

Proses sosial bisa terjadi karena salah satu dan faktor di atas atau gabungan beberapa danpadanya.

Imitasi atau peniruan bisa bersifat positif dan bisa pula bersifat negatif. Kalau anak nieniru orang tuanya atau gurunya berpakaian rapi, maka anak mi sudah mensosialisasi din secara positif baik terbadap orang tuanya maupun terhadap gurunya. Tetapi kalau anak meniru orang-orang lain meminum minuman keras, maka ia melakukan sosiisasi negatif, ia masuk ke kelompok orang-orang yang minum minuman keras.

 

Sugesti akan terjadi kalau seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwewenang atau mayoritas. Di sekolah yang berwibawa misalnya guru, yang berwewenang misalnya kepala sekolah, dan yang mayoritas misalnya pendapat sebagian besar temannya. Sugesti mi memberi jalan bagi anak itu untuk mensosialisasi dirinya. Namun kalau anak terlalu sering mensoasialisasi lewat sugesti dapat membuat daya berpikir yang rasional terhambat.

 

Seorang anak dapat juga mensosialisasikan din lewat indentifikasi. Ia berusaha atau mencoba menyamakan dirinya dengan orang lain, baik secara sadar maupun di bawah sadar. Kata indentifikasi berasal dan kata identik yang artinya sama. Seorang anak bisa saja mengidentifikasi gurunya dalam lompat tinggi sebab guru itu juara dalam lompat tinggi. Atau anak lain akan mengidentifikasi guru putri yang cantik. Anak mi ingin secantik gurunya, paling sedikit dalam caranya berdandan.

 

Simpati adalah faktor terakhir yang membuat anak mengadakan proses sosial. Simpati akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain. Faktor perasaan memegang peranan penting dalam simpati. Sebab itu hubungan yang akrab perlu dikembangkan antara guru dengan peserta didik agar simpati mi mudah muncul, sosialisasi mudah terjadi, dan anak-anak akan tertib mematuhi peraturan-peraturan kelas dalam belajar.

 

Keempat faktor tersebut di atas yang mendasari sosialisasi anak-anak adalah merupakan suatu tingkatan keterlibatan hati anak-anak dalam mengadakan proses sosial. Hati mereka paling terlibat adalah pada faktor terakhir yaitu simpati. Pada imitasi mereka sekadar meniru pada sugesti karena kena pengaruh dari luar dan pada identifikasi sudah ada upaya untuk menyamakan diri. Proses sosial mi ada kalanya disebabkan atau didasari oleh salah satu atau beberapa faktor itu, tetapi sering pula terjadi didasari oleh keempat faktor itu secara berturut-turUt mulai dan imitasi sampai dengan simpati.

 

Untuk memudahkan terjadi sosialisasi dalam pendidikan maka guru perlu menciptakan situasi, terutama pada dirinya sendiri, agar faktor-faktor yang mendasari sosialisasi itu muncul pada din anak-anak. Misalnya guru hams bisa menjadi contoh dalam berperilaku agar ditiru, diidentifikasi, dan anak-anak merasa simpati kepadanya. Begitu halnya dengan kondisi kelas, perlu dibina dengan baik agar sosialisasi anak-anak tidak terhambat.

 

Coleman (1984) menulis bahwa sam yang terpenting fungsi sekolah ialah memberikan dan membangkitkan kebutuhan sosial dan rekreasi. Kebutuhan rekreasi di sini membuat anak-anak merasa gembira antusias, dan tidak merasa dipaksa datang ke sekolah. Perasaan seperti mi bertalian erat dengan perasaan sosial. Manakala anak-anak sudah dapat berteman dengan baik dengan yang lain, mereka akan merasa aman. Bebas dan rasa curiga, dan takut. Sudah tentu hal mi membuat mereka senang dan puas belajar di sekolah.

Dalam proses sosial terdapat interaksi sosial, yaitu suatu hubungan sosial yang dinamis. Interaksi sosial akan terjadi apabila memenuhi dua syarat sebagai benikut:

1. Kontak sosial

2. Komunikasi

 

Baik kontak sosial maupun komunikasi dapat menghasilkan interaksi sosial yang positif dan dapat pula negatif. Hal ini bergantung kepada hasil akhir dan interaksi sosial itu.

 

Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yalta:

1. Kontak antarindividu. Misalnya anak dengan ibu rumah tangga, siswa dengan guru atau siswa dengan siswa di sekolah. Sudah tentu kontak—kontak mi memiliki maksud-maksud tersendiri, seperti minta penjelasan sesuatu, bertanya tentang suatu hal, belajar bersama, dan sebagainya.

2. Kontak antara individu dengan kelompok atau sebaliknya. Contohnya ialah seorang remaja ingin ikut perkumpulan sepakbola, seorang guru mengajar di kelas, pengurus BP3 mendatangi kepala sekolah untuk keperluan tertentu, dan sebagainya.

3. Kontak antarkelompok, misalnya rapat orang tua siswa dengan guru-guru, dua perkumpulan sosial bemegosiasi untuk mengatasi kenakalan remaja, dua kelompok kesenian merencanakan main bersama di suatu daerah, dan sebagainya Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran dan perasaan seseorang kepada orang lain atau sekelompok orang.

 

Ada sejumlah alat yang dapat dipakai mengadakan komunikasi. Alat-talat yang dimaksud adalah:

1.   Melalui pembicaraan, dengan segala macam nada seperti berbisik-bisik, halus, kasar, dan keras bergantung kepada tujuan pembicaraan dan sifat orang yang berbicara.

2.   Melalui mirnik, seperti raut muka, pandangan, dan sikap.

3.   Dengan lambang, contohnya ialah bicara isyarat untuk orang-orang tuna rungu, menempelkan telunjuk di depan mulut, menggelengkan kepala, menganggukkan kepala, membentuk huruf 0 denganjari tangan, dan sebagainya.

4.   Dengan alat-alat, yaitu alat-alat elektronik, seperti radio, televisi, telepon, dan sejumlah media cetak seperti buku, majalah, surat kabar, brosur, dan sebagainya.

 

Keempat alat komunikasi itu bisa dipakai dalam pendidikan. Namun perlu dipilth agar cocok dengan materi yang dipelajari anak-anak dan dengan cara mempelajarinya. Sesudah mempelajari syarat-syarat interaksi sosial, man kita ithat bentuk-bentUk interaksi sosial itu. Ada sejumlah bentuk interaksi sosial, yaitu sebagai berikut:

1.   Kerja sama, misalnya kenja sama dalam kelompok belajar pada anak-anak, kerja sama antarguru-guru, guru-guru dengan para orang tua siswa, dan sebagainya.

2.   Akoniodasi, ialah usaha untuk meredakan pertentangafl mencari kestabilan, serta kondisi benimbang di antara para anggota. Contohnya ialah interaksi orang tua siswa yang tidak setuju dengan kenaikan SPP dengan guru-guru atau kepala sekolah yang akhirnya melahirkan kesepakatan tertentu. Contoh yang lain adalah hasil kompromi antarsiswa dalam menentukan tujuan daerah karyawisata.

3.   Asimilasi atau akulturasi, ialah usaha mengurangi perbedaan pendapat antaranggOta serta usaha meningkatkan persatuan pikiran, sikap, dan tindakan dengan memperhatikaii tujuantu;uan bersama. Demokrasi dalam pendidikan pakaian seragam dan perlakuan sama di sekolah adalah upaya memperlancar asimilasi dalam dunia pendidikan. Faktorfaktor yang dapat mempermudah terjadinya akulturasi yatiu:

·      Toleransi.

·      Menghargai kebudayaafl orang lain.

·      Sikap terbuka.

·      Demokrasi dalam banyak hal.

·      Ada kepentingan yang sama.

4.   Persaingan, sebagai bentuk interaksi sosial yang negatif. Misalnya persaingan untuk mendapatkan nilai akademik tertinggi dan persaingan dalam pelbagai perlombaan. Kadangkadang persaingan dapat juga meningkatkan daya juang seseorang. Naniun, persaingan dalam pendidikan lebih banyak negatifnya danipada positifnya.

5.   Pertikaian, adalah proses sosial yang menunjukkan pertentangan atau konflik satu dengan yang lain. Banyak hal yang dapat menimbulkan konflik seperti perbedaan kepentingan, kebudayaan, dan pendapat. Dapat juga disebabkan karena perbedaan tingkat sosial, atau karena rasa in dan cemburu. Sekolah seharusnya berusaha meniadakan sumber-sumber pertentangan mi.

Kini mari  kita lanjutkan dengan pembahasan tentang kelompok sosial. Sebagaimana kita ketahui bahwa manusia itu merupakan suatu individu dan sekaligus bagian dan masyarakat. Sebagai suatu individu, ia merupakan satu kesatuan yang utuh serta bersifat unik. Di samping itu ia juga merupakan bagian dan masyarakat, ia merupakan makhluk sosial. Semenjak dilahirkan sampai menjelang meninggal, manusia tidak bisa hidup dengan merasa aman sendirian. Ia selalu mencari orang atau orangorang lain untuk diajak berteman. mi membuktikan ia sebagai makhluk sosial.

 

 

Kelompok sosial berarti himpunan sejumlah orang, paling sedikit dua orang, yang hidup bersama, karena cita-cita yang sama. Ada beberapa persyaratan untuk terjadinya kelompok sosial, yaitu:

a.   Setiap anggota memiliki kesadaran sebagai bagian dan kelompok.

b.   Ada interaksi atau hubungan timbal balik antara anggota.

c.   Mempunyai tujuan yang sama.

d.   Membentuk norma yang mengatur ikatan kelompok.

e.   Terjadi struktur dalam kelompok yang membentuk peranan dan status sebagai dasar kegiatan dalam kelompok.

 

Dalam dunia pendidikan kelompok sosial mi bisa berbentuk kelompok personalia sekolah, kelompok guru, kelompok siswa, kelas, subkelas, kelompok belajar di rumah, dan sebagainya.

 

Dalam kelompok sosial dibedakan antara kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer akan terjadi manakala hubungan antaranggota cukup erat, kenal, dan akrab satu dengan yang lain. Pada umumnya jumlah anggota kelompok mi kecil, misalnya kelas dan kelompok belajar di rumah. Sedangkan kelompok sekunder adalah kelompok yang anggotanya cukup banyak sehingga sering mereka tidak kenal satu dengan yang lainnya. Contoh kelompok sekunder adalah dosen-dosen suatu perguruan tinggi yang besar, dan beberapa organisasi profesi.

 

Ada istilah lain yang berhubungan dengan kelompok sosial, yaitu kelompok formal dan kelompok informal. Dikatakan kelompok formal sebab kelompok itu memiliki aturan-aturan yang jelas yang sengaja diciptakan untuk menegakkan kelompok itu. Sebaliknya kelompok informal adalah kelompok yang tidak punya peraturan seperti itu. Mereka berkelompok karena kepentingan yang sama di tempat yang sama. Kelompokkelompok dalam dunia pendidikan pada umumnya bersifat formal.

 

Berbeda dengan kelompok-kelompok sosial yang sifatnya teratur adalah kerumunan yang sifatnya tidak teratur. Kerumunan akan terjadi manakala secara kebetulan ada kasus atau keadaan tertentu yang membuat mereka berkumpul sementara di suatu tempat. Dalam dunia pendidikan jarang terjadi kerumunan, sebab hampir semua kegiatannya direncanakan sejak awal. Namun hal itu kadang-kadang juga bisa tenjadi, sepenti ada orang luar yang mencopet di halaman sekolah dan tertangkap, akan mengundang kerumunan anak-anakuntuk mengetahuinya.

 

Setiap kelompok sosial memiliki dinamikanya sendirisendini, yang disebut dinamika kelompok. Dinamika mi bermanfaat bagi setiap kelompok untuk memajukan kelompoknya. Ada dua teoni yang dipakai untuk meningkatkan produktivitas kelompok sosial, yaitu: (Wuraji, 1988 dan Sudardja, 1988).

1. Teori Struktural Fungsional

2. Teori Konflik Masing-masing akan dijelaskan pada bagian berikut.

 

Teori Struktural Fungsional memanfaatkan struktur dan fungsi untuk meningkatkan produktivitas kelompok. Yang dimaksud dengan struktur ialah bagian-bagian kelompok dengan peranan dan posisinya masing-masing. Tiap-tiap bagian itu memiliki fimgsi sendiri-sendiri. Bila struktur itu disempurnakan dan fi.mgsinya ditingkatkan atau diintensifkaii, maka diyakini kerja kelompok akan menjadi lebih baik yang membuat produktivitasnya menjadi meningkat. Teori mi kemudian dikembangkan menjadi teori Pluralis, artinya masing-masing bagian kelompok diberi kebebasan lebih besar dan semula dalam berinisiatif, mengembangkan ide dan berkreasi, yang kemudian dimusyawarahkan dan disaring dalam kelompok. Teori mi dapat diaplikasikan di sekolah atau di kantor pendidikan dalam rangka meningkatkan prestasi keija para personalia pendidikan.

 

Teori Konflik menggunakan prinsip-prinsip pemaksaan dalam melakukan perbaikan atau perubahan kelompok sosial. Misalnya agar dosen-dosen beramai-ramai meneruskan ke S2 atau S3, maka diadakan peraturan yang menyatakan dosen paling sedikit tamat S2. Begitu pula dengan pengumuman bagi siswa yang belum melunasi SPP tidak boleh ikut ujian. Sama halnya dengan teori Struktural Fungsional, teori inipun kemudian dikembangkan menjadi teori Radikal. Artinya perubahanperubahan dalam kelompok sosial dilakukan secara radikal. Yang memegang kekuasaan melakukan perubahan ialah kelompok kecil yang elit yang ada di kelompok sosial itu.

Di samping struktur, fungsi, dan tekanan yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam kelompok, seperti diuraikan di atas, masih ada beberapa faktor yang merupakan kekuatan-kekuatan dalam kelompok yang menimbulkan dinamika kelompok. Kekuatan-kekuatan yang dimaksud adalah:

a.   Tujuan kelompok. Bila tujuan berubah atau sulit dicapai, maka dinamika kelompok akan muncul.

b.   Pembinaan kelompok. Pembinaan berarti membuat sesuatu agar lebih baik atau berubah dan keadaan semula. Hal mi jelas dapat mengganggu kestabilan kelompok.

c.   Rasa persatuan dalam kelompok. Sikap seperti mi biasanya memberi dorongan untuk meningkatkan aktivitas kelompok. Misalnya ingmn menjadi kelompok terbaik.

d.   Iklim kelompok. Iklirn atau suasana kelompok yang konduktif akan membawa ketenangan dan peningkatan prestasi. Sebaliknya iklim kelompok yang tidak balk, in dan banyak permusuhan misalnya, akan membuat kelompok menjadi rusak serta menurunkan prestasi.

e.   Efektivitas kelompok. Makin efektif suatu kelompok makin meningkat produktivitasnya.

 

Berbicara tentang dinamika kelompok, maka perlu diketahui tentang istilah dinamika yang stabil. Dinamika yang balk adalah dinamika yang stabil. Sebab bila suatu kelompok disebut dinamis bisa saja menjurus ke hal-hal yang negatif, seperti menggoyahkan persatuan dan kesatuan, menggoyahkan kepemimpinan, demonstrasi oleh yang tidak sepakat dengan hal- hal yang baru, dan sebagainya. Sebaliknya stabil juga tidak balk, sebab suatu kelompok sosial yang stabil mencerminkan statis, mempertahankan status quo, dan anti perubahan. Jadi, yang terbaik adalah suatu kelompok sosial dinamis yang stabil. Artinya kelompok mi berusaha maju mengikuti zaman atau mengantisipasi perkembangan ilmu dan teknologi dengan tetap memperhatmkan kestabilan kelompok. Wuradji (1988) menyebutkan tiga prinsip yang melandasi kestabilan kelompok, yaitu mntegritas, ketenangan, dan konsensus.

 

Untuk menciptakan dinamika yang stabil di sekolah, ada baiknya meminjam istilah Broom (1981) mengenai sekolah sebagai micro-order atau keteraturan kecil. Ahli lain sering menyebutnya sekolah sebagai masyarakat kecil. Tujuannya ialah mempersiapkan anak-anak untuk menjadi anggota masyarakat yang baik. Masyarakat dunia dalam globalisasi sekarang sebagian besar dalam kondisi dinamika yang stabil. Begitu juga sebagian besar masyarakat Indonesia. Mereka tidak mau dilindas oleh zaman tetapi juga berusaha agar tidak terjadi kekacauan. Masyarakat seperti inilah perlu ditiru oleh sekolah, diwujudkan di sekolah, dalam mengembangkan anak menjadi warga negara yang baik.

 

Dalam sosiologi, perilaku manusia bertalian dengan nilainilai. Sosiologi berpandangan bahwa perilaku itu tidak bebas, melainkan mengikuti pola yang kontmu dan pola itu yang sebagai pengatur perilaku adalah nilai-nilai yang ada di masyarakat. Jadi, setiap orang sadar atau tidak sadar dalam berperilaku ditentukan oleh nilai-nilai yang dianutnya atau yang dianut oléh kelompoknya. Perilaku atau hubungan sosial manusia selalu bertalian dengan nilai-nilai.

 

Ada sejumlah nilai, yang secara garis besar dikatakan ada empat sumber nilai, yaitu:

1. Norma-norma yang mencakup: (Hassan, 1983).

a.   Norma-norma umum yang berláku di masyarakat.

b.   Folkways, ialah norma-norma yang berisi kebiasaan, adat, dan tradisi yang sifatnya turun-temurun.

c.   Mores, ialah hal-hal yang diwajibkan untuk dianut dan diharanikan bila dilanggar.

2. Agama, yaitu nilai-nilai yang tertera dalam ajaran agama, seperti keharusan sembahyang, berbuat baik kepada orang lain, mencintaj sesama, memberj derma, dan sebagainya.

3. Peraturan dan perundang-undangan. Dalam pendidikan ada undang-undang dengan penjabarannya pada sejumlah peraturan pemerintah dan perundang-undangan yang lebih operasional lainnya.

4. Pengetahuan. Seperti kita ketahui maksud dikembangkannya pengetahuan adalah untuk meningkatkan hidup dan kehidupan manusia. Nilai adalah salah satu pengetahuan manusia. Nilai yang dikembangkan dan pengetahuan antara lain, bekerja dengan komputer paling lama dua jam, untuk menghindari kerusakan mata. Contoh lain menebang kayu di hutan harus dilandasi oleh prinsip kelestarian lingkungan. Memasak sayur tidak boleh terlalu matang agar zat-zat yang dikandungnya tidak hilang.

 

Sekolah-sekolah harus memperhatikan pengembangan nilainilai mi pada anak-anak di sekolah. Karena salah sam fungsi sekolah adalah untuk memperbaiki mental anak-anak. Seperti harapan Coleman (1984), yaitu sekolah memperbaiki kesehatan mental bangsa, seperti mencegah kenakalan, obat bius, mencegah penyakit menular, hamil muda, dan sebagainya. Harapan seperti itujuga dikemukakan oleh Wuradji (1988) dengan mengatakan (1) sekolah sebagai kontrol sosial, yaitu untuk memperbaiki kebiasaan-kebiasaan jelek pada anak-anak kala di rumah maupun di masyarakat dan (2) sekolah sebagai pengubah sosial, yaitu untuk menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang baik, dan menciptakan ilmu serta teknologi baru.

Namun demikian, tugas-tugas pembinaan mental tersebut di atas tidak pada tempatnya hanya dibebankan kepada sekolah atau lembaga pendidikan saja. Sebab jumlah waktu dan tempat bergaul/belajar anak-anak di sekolah terbatas. Seharusnya semua orang yang bergaul atau berhubungan dengan anak-anak diwajibkan pula membina mental mereka. Hal mi sejalan dengan salah satu pasal dalam undang-undang pendidikan kita yang mengatakan sekolah/pemerintah, orang ma siswa, dan masyarakat secara bersama-sama bertanggung jawab atas lancarnya pelaksanaan pendidikan. Berarti mereka bersama—sama bertanggung jawab atas terwujudnya tujuan pendidikan.

Dan uraian tentang sosiologi atau sosiologi pendidikan di atas dapat disarikan sebagai berikut:

a.   Sosiologi menunjuickan pentingnya kegiatan sosialisasi anakanak dalam pendidikan.

b.   Memberikan bantuan dalam usaha menganalisis proses sosialisasi anak—anak. Seperti konsep tentang interaksi sosial, kontak sosial, komunikasi, bentuk interaksi sosial, dan sebagainya.

c.   Kelompok sosial dan lembaga masyarakat dengan berbagai bentuknya, termasuk sekolah.

d.   Dinamika kelompok, yang sudah tentu berlaku juga dalam dunia pendidikan.

e.   Korisep-konsep untuk mengembangkan kelompok sosial dan lembaga-lembaga masyarakat.

f.    Nilai-nilai yang ada di masyarakat serta keharusan sekolah untuk mengembangkan aspek itu pada din anak-anak.

g.   Peranan pendidikan dalam masyarakat.

h.   Dukungan masyarakat terhadap pendidikan.

 

 

B. Kebudayaan dan Pendidikan

Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989). Kebudayaan produk perseorangan mi tidak disetujui Hassan (1983). Ia mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keselurulian hasil manusia hidup bermasyarakat yang berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian kepercayaan kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan lain-lain kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikenibangkafl oleh anggota-anggota masyarakat (Iniran Manan, 1989).

 

Dan ketiga definisi kebudayaan di atas, tampaknya definisi terakhir yang paling tepat sebab mencakup semua cara hidup ditanibah dengan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendini sebagai warga masyarakat. Namun ada baiknya kalau ciptaan manusia yang bersifat umum itu dikiasifikasikan agar mudah mempelajaninya. Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisi (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan (3) mores Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai benikut:

1. Gagasan

2. Ideologi

3. Norma

4. Teknologi

5. Benda

Orang sening sulit membedakan antara kebudayaan dengan peradaban. Menurut Hassan (1983) peradaban itu adalah kebudayaan yang sudah maju. DikatakannYa Iebih lanjut orang sening menyebut peradaban Majapahit, Sniwijaya, Yunani, dan sebagainya, karena bangsa atau masyarakat itu telah memiliki kebudayaan yang tinggi pada zaman keemasannya. Dalam zaman

Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu: super modern inii mungkin bangsa Amerika Serikat, Jepang, dan beberapa bangsa di Eropa Barat sudah dapat disebut memiliki peradaban.

 

Mari kita kembali membahas hal-hal yang bertalian dengan kebudayaan. Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu:

a.   Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia.

b.   Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur, dan sebagainya.

c.   Kebudayaan populer, suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu. Yang termasuk kebudayaan populer misalnya lagulagu populer, model film musiman, mode-mode pakaian, dan sebagainya.

 

Dan ketiga macam kebudayaan di atas mana yang patut diajarkan di sekolah? Sebetulnya ketiga macam kebudayaan itu pantas diajarkan di sekolah, asal proporsinya disesuaikan dengan waktu dan tempat. Yang jelas kebudayaan umum harus diajarkan pada semua sekolah. Sementara itu kebudayaan daerah dapat dikaitkan dengan kurikulum muatan lokal, jadi berbeda-beda untuk tiap daerah. Dan kebudayaan populer dapat juga diajarkan dengan proporsi yang kecil, sebab kebudayaan itu sedang mencuat, tentu disenangi anak-anak.

 

Kneller mengemukakan ada dua tonggak yang membuat kebudayaan berkembang dengan pesat (Imran Manan, 1989). Kedua tonggak itu adalah:

a.   Revolusi Industri I dengan diketemukannya mesin uap abad ke-18, yang membuat hasil produksi benlimpah-limpah serta memberi keuntungan yang besar. Hidup orang-orang menjadi bertambah makmur.

b.   Revolusi Industri II sejak Tahun 1945 yang menggunakan bahan atom, kimia, mempergunakan alat komputer, yang membuat serba otomatis, dengan mengguna an tenaga-tenaga profesional. Revolusi inilah yang membuat zaman sekarang menjadi era globalisasi dan informasi.

 

Dikatakan zaman informasi dan globalisasi adalah karena informasi itu begitu cepat dapat diterima berkat alat-alatnya yang sudah canggih. Orang tidak perlu lagi datang sendiri ke suatu desa atau kota untuk mengetahui sesuatu, ia cukup mengangkat telepon untuk menanyakan kepada seseorang tentang yang ingin dia ketahui. Begitu pula berbagai berita di seluruh pelosok dunia dapat diketahui secara cepat melalui radio, atau televisi dengan parabola atau tanpa parabola. Alat informasi yang paling canggih saat mi adalah internet. Melalui internet orang sangat cepat mendapatkan informasi, sampai-sampai untuk menangkap buron kawakan pun orang memakai internet dengan memasukkan potret huron itu ke dalam alat-alatnya.

Karena informasi itu cepat, ditangkap antarpulau dan antarbenua, maka seolah-olah dunia mi menjadi sempit. Segala macam informasi mengalir di seluruh dunia, informasi itu menggelobal, tidak mengenal batas-batas negara. Ditambah lagi dengan beberapa industri dan perdagangan juga sudah menyebar di dunia. Bangsa tertentu memiliki industri dan perdagangan pada wilayah bangsa-bangsa lain. mi yang membuat dunia sebagai menyatu pada zaman globalisasi.

Baik zaman informasi atau globa1isasi atau apa pun istilah yang dipakai, semua berpangkal pada kemajuan ilmu dan teknologi. Karena itu sekolah maupun perguruan tinggi patut mengutamakan pelajaran tentang ilmu dan teknologi. Namun, tidak berarti mengesampingkan pelajaran-pelajaran lain. Semua pelajaran hams dibenikan secara proporsional dengan ilmu dan teknologi mendapatkan bobot tertinggi.

 

Memahami akan hal mi pana pendidik hendaklah menantang din agar proses pendidikan di sekolah tidak ketinggalan zaman, agar dapat membuat anak-anak berpacu dengan teman-teman sezamannya, agar tidak kalah dengan anak-anak path bangsa lain. Juga din pendidik itu sendiri perlu meningkatkan profesinya agar memiliki kualitas yang sej ajar dengan pendidik-pendidik lain yang di manca negara.

 

Ada tiga hal yang memmbulkan perubahan kebudayaan. Ketiga hal itu menurut Kneller ialah: (Imran Manan, 1989).

a.   Originasi, yaitu sesuatu yang baru atau penemuan-penemuan baru. Hasil penemuan mi akan menggeser atau memperbarui yang lama. Teori bumi bulat menggeserteori burni lempeng. Teoni dua garis sejajar akan berpotongan di suatu tempat memperbarui teori yang menyatakan tidak berpotongan. Konsep anak sebagai orang dewasa dalarn bentuk kecil diubah oleh teori barn yang menyatakan anak-anak adalah kesatuan potensi yang sedang berkembang dan bertumbuh.

b.   Difusi, ialah pembentukan kebuthyaan barn akibat inasuknya elemen-elemen budaya yang barn ke dalam budaya yang lama. Tarian-tarian kontemporer ada kalanya merupakan difusi antara tarian Idasik dengan tarian modern. Begitu pula ada musik yang menggabungkan musik Barat dengan gamelan sebagai musik Timur. Teknik pengairan yang memakai bendungan adalah difusi antara teknologi barn dengan teknologi tradisional.

c.   Reinterpretasi, ialah perubahan kebudayaan akibat teijadinya modifikasi elemen-elemen kebudayaan yang telah ada agar sesuai dengan keadaan zaman. Surat kawin diadakan karena kebutuhan administrasi, zaman dulu kawin cukup disahkan oleh warga setempat. Pemakaian mikrofon dalam rapat terjadi sesudah zaman modern. Berbagai bentuk bangunan disesuaikan dengan selera zaman. Pesawat berbaling-baling diganti dengan pesawat jet.

 

Kebudayaan itu akan berubah terus sejalan dengan perkembangan zaman, percepatan perkembangan ilmu dan teknologi, serta perkembangan kepandaian mañusia. Perubahan itu bisa bersumber dan ketiga hal tersebut di atas. Pendidikan adalah bagian dan kebudayaan. Pendidikan dan kebudayaan mempunyai pengaruh timbal balik. Bila kebudayaan berubah maka pendidikan juga bisa berubah dan bila pendidikan berubah akan dapat mengubah kebudayaan. Di sini tampak bahwa peranan pendidikan dalam mengembangkan kebudayaan adalah sangat besar. Pendidikan dapat mengembangkan kebudayaan melalui ketiga hal tersebut di atas. Sebab pendidikan adalah tempat manusia-manusia dibina, ditumbuhkan, dan dikembangkan potensi-potensinya. Semakin potensi seseorang dikembangkan semakin mampu ia menciptakan atau mengembangkan kebudayaan, sebab kebudayaan dikembangkan oleh manusia.

 

Pendidikan adalah enkulturasi (Imran Manan, 1989). Pendidikan adalah suatu proses membuat orang kemasukan budaya, membuat orang berperilaku mengikuti budaya yang memasuki dirinya. Enkulturasi mi terjadi di mana-mana, di setiap tempat hidup seseorang dan setiap waktu. Dan sinilah muncul pengertian kurikulum yang sangat luas, yaitu semua lingkungan tmpat hidup manusia. Sebab di manapun orang berada di situlah terjadi proses pendidikan di situ terjadi enkulturasi. Sekolah adalah salah satu dan tempat enkulturasi, tempat-tempat lain adalah dalam keluarga, dalam perkumpulan pemuda, perkumpi.ilan olahraga, keseman, keagamaan, di tempat-tempat kursus dan latihan, dan sebagainya.

Enkulturasi dapat membuat orang menjadi kaku dalam budaya itu sendiri. Ia hanya mampu berpikir, berkata, dan bertindak sesuai dengan budaya yang dipelajarinya. Hal seperti mi tidak diharapkan oleh pendidikan. Pendidikan tidak ingin membuat manusia menjadi robot budaya A, robot budaya B, budaya C, dan sebagainya. Karena itu strategi dan metode dalam pendidikan perlu disempurnakan untuk menghindarkan terjadinya robot-robot seperti itu.

 

Sejak dini anak-anak perlu dididik berpikir kritis. Kemampuan untuk mempertimbangkan secara bebas dikembangkan. Hal mi dapat dilakukan dengan cara memberi kesempatan mengamati, melaksanakan, menghayati, dan menilai kebudayaan itu. Cara mi membuat anak tidak menerima begitu saja suatu kebudayaan melainkan melalui pemahaman dan perasaan dikala berada dalam kandungan budaya itu, yang akhirnya menimbulkan penilaian menerima, merevisi, atau menolak budaya itu. Pendidikan seperti mi membuat anak-anak terbiasa dengan pemikiran yang terbuka dan lentur.

 

Suatu budaya sesungguhnya merupakan bahan masukan atau pertimbangan bagi anak dalam mengembangkan dirinya. Ada kalanya bagian budaya akan dipakai terus, ada kalanya diperbaiki, dan ada kalanya dibuang diganti dengan yang baru. Hal mi bergantung kepada pembinaan pendidik, pengaruh lingkungan, dan hasil penilaian anak itu sendiri. Untuk budaya yang mengandung nilai-nilai luhur bangsa, perlu dipertahankan dan diinternalisasi oleh anak—anak. Hal mi membutuhkan metode tambahan agar anak-anak menghayati indahnya nilai-nilai itu sehingga ingin melaksanakan dalam hidupnya.

 

Kerber dan Smith (Imran Manan, 1989) menyebutkan ada enam fungsi utama kebudayaan dalam kehidupan manusia, yaitu:

1.   Penerus keturunan dan pengasuh anak. Suatu ftingsi yang menjamin kelangsungan hidup biologis kelompok sosial. Budaya mendidik yang baik akan membuat orang banyak melaksanakan KB, proses persalinan yang tidak menakutkan, dan pengasuhan anak secara profesional.

2.   Pengembangan kehidupan berekonomi. Pendidikan sebagai budaya akan membuat orang mampu menjadi pelaku ekonomi yang baik, bisa berproduksi secara efektif dan efisien, dan mengembangkan bakat ekonomi bidang tertentu. Bisa menjadi tenaga kerja yang baik, dan juga menjadi konsumen yang rasional.

3.   Transmisi budaya. Salah sam tugas pendidikan sebagai bagian dan kebudayaan adalah mampu membentuk dan mengembangkan generasi barn menjadi orang-orang dewasa yang berbudaya, terutama berbudaya nasional.

4.   Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan sebagai budaya haruslah dapat membuat anak anak mengembangkan kata hati dan perasaannya taat terhadap ajaran-ajaran agama yang dipeluknya. Bukan hanya pemahaman dan perasaan yang harus dikembangkan, melainkan juga tindakan atau perilaku sehari-hari yang cocok dengan ajaran agama perlu dibina sehingga anak-anak melakukannya. Inilah operasional keimanan dan ketakwaan tethadap agama.

5.   Pengendalian sosial; yaim pelembagaan konsep-konsep untuk melindungi kesejahteraan individu dan kelompok. Ada sejumlah lembaga yang berfungsi melindungi kesejahteraan masyarakat, seperti lembaga hukum, lembaga konsumen, badan pertahanan dan keamanan, badan pertanahan, badan pelestarian lingkungan, lembaga pemasyarakatan, lembaga pendidikan, dan sebagainya.

6.   Rekreasi, yaitu kegiatan-kegiatan yang memberi kesempatan kepada orang untuk memuaskan kebutuhannya akan permainan-permainan atau untuk bermain-main. Pendidikn perlu memberikan wawasan tentang pentingnya memanfaatkan waktu luang, antara lain dengan cara bereaki. Kini marl kita teruskan pembahasan kebudayaan mi dengan kebudayaan Indonesia barn. Kebudayaan Indonesia sudah lama menjadi isu di masyarakat. Banyak yang mempertanyakan bagalamana kebudayaan nasional itu. Ada di antara mereka yang mengatakan kebudayaan nasional adalah puncak-puncak dan kebudayaan daerah. Dalam hal mi kata kebudayaan cenderung diartikan sama dengan kesenian. Mungkin kebudayaan yang terbatas dalam kesenian bisa diterima Tetapi bagaimana wujudnya sampai sekarang belum bisa ditemukan secara jelas. Belum ada yang menunjukkan secara tegas bentuk kesenian nasional kita.

 

Pidato Umar Khayam (1992) dalam kongres kebudayaan membahas tentang kebudayaan nasional mengemukakan bahwa kebudayaan nasional adalah suatu kebudayaan baru, yang akan membawa perjalanan bangsa mi menuju ke masyarakat modern yang dikehendaki. Kebudayaan nasional yang dia kemukakan mempunyai enam ciri sebagai berikut:

 

1. Afeksi yang memiliki atau mengandung:

·        Sikap jujur dalam semua bidang.

·        Tidak munafik, tidak berbeda antara apa yang dipikirkan dengan diucapkan atau dilaksanakan.

·        Tulus dan ikhlas dalam semua pekerjaan yang harus dilakukan, tidak terlalu banyak pertinibangan untung dan mgi.

2. Sistem politik yang demokratis, yaitu:

·        Pemerintahan oleh rakyat untuk rakyat.

·        Rakyat selalu mendapat kesempatan untuk mempertanyakan perihal pemerintahannya.

3. Sistem ekonomi yang:memberi kesempatan adil kepada semua warga negara untuk mendapat penghidupan dan kehidupan yang layak sesuai dengan harkat kemanusiaan.

·        Mampu menciptakan pasar luas untuk bersaing.

·        Menyalurkan hasil penjualan untuk kesejahteraan yang relatifmerata pada seluruh masyarakat.

4. Sistem pendidikan yang:

·        Sanggup menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada seluruh warga negara untuk mendapatkan pendidikan, yang menjamin dapat menemukan atau mengadakan lapangan pekerjaan yang dipilihnya.

·        Mampu mendorong perimbangan ilmu dan teknologi yang setmggi-tingginya.

5. Sistem kesenian yang:

·        Mampu mengembangkan suasana kehidupan kesenian yang kaya dan penuh vitalitas.

·        Tanpa adanya beban penghalang terhadap pernyataan kesenian.

6. Sistem kepercayaan yang:

·        Sehat, toleransi, dan damai.

·        Memberi tempat seluas-luasnya kepada semua bentuk agama untuk berlangsung secara selamat dan tenteram.

 

lnilah kebudayaan nasional versi Umar Khayam, yang tampaknya memang belum terwujud secara jelas sampai saat mi, sehingga ia menambahican sebagai sesuatu yang baru. Suatu kebudayaan baru yang hams diwujudkan.

 

Umar Khayam meithat enam butir sebagai landasan untuk menmgkatkan kebudayaan Indonesia menjadi kebudayaan yang baru. Atau dan sekian banyak unsur kebudayaan yang mencakup cara hidup dan kehidupan manusia hanya enam butir yang diangkat untuk menunjang terjadinya kebudayaan baru. Keenamnya dlipandang sebàgai butir-butir kebudayaan yang esensial, paling sedikit pada saat sekarang.

 

Ahli kebudayaan lain dapat saja menyebut jumlah butir yang berbeda dengan macam butir yang berbeda pula untuk mendorong munculnya budaya nasional atau budaya baru. Hal itu bergantung kepada wawasan dan argumentasi mereka masing-masing. Yang lebth religius akan mengutamakan penjemihan kata hati, ketulusan, pengabdian, dan keteladanan sebagai dasar bekerja dan berperilaku sehari-hari. Yang lebih sekuler akan mengutamakan objektivitas kejujuran, semangat, dan kerajinan dalam menjalani kehidupan. Yang lebih akademis akan mengutamakan penguasaan ilmu dan teknologi dalam melewati abad informasi dan globalisasi mi, sehingga budaya dalam bidang mi tidak kalah dengan budaya asing. Begitu pula yang berwawasan komprehensif akan mengembangkan seluruh aspek budaya secara relatifberimbang, melalui sampelnya yang representatif.

Sama halnya dengan nengembangkan ilmu pendidikan yang bercorak nasional Indonesia, mengembangkan kebudayaan nasional pun menghadapi banyak tantangan. Namun, kalau memang semangat 45 masih melekat di hati bangsa Indonesia, cepat atau lambat, upaya itu diyakini akan tercapai.

Khusus tentang kesenian, sebagai salah sam bagian dan kebudayaan mendapat tantangan yang mirip pula dengan bagianbagian kebudayaan yang lain dalam era globalisasi mi. Hampir semua bagian-bagian kebudayaan itu merasa takut kalau jati dirinya lenyap ditelan oleh informasi yang global. Salah satunya adalah kesenian. Kesenian nasional bisa punah, bila tidak dan sekarang mengadakan ancang-ancang untuk membentenginya dan sapuan kesenian manca negara, terutama kesenian Barat yang memang informasinya jauh lebih banyak dan lebih luas dan informasi kesenian Indonesia.

Amang Rahman (1993) salah seorang seniman mencoba memberi jalan keluar dan kemungkinan kesenian kita tenggelam kedalam kesenian global Katanya, kesenian kita tidak boleh hanya menjadi objek kesenian global untuk diperlakukan mi dan iffi, melainkan juga hams bisa menjadi subjek. Suam kesenian yang menentukan dininya sendiri. Salah satu cara untuk menjadi subjek adalah dengan menciptakan kesenian unggulan, suam karya besar yang sanggup memberi sumbangan kepada kebudayaan atau kesenian dunia. Suatu karya di samping menjadi kebanggaan di negeri sendiri, juga dikagumi oleh kalangan seniman sedunia.

Jalan keluar tersebut di atas memang rasional dan dapat diterima. Barangkali bukan hanya di bidang kesenian seharusnya sepeiti itu, tetapi juga di bidang-bidang lain. mi semua merupakan tantangan bagi bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang bergulat di bidang pendidikan.

Kini man kita akhiri uraian tentang budaya dan pendidikan mi, dengan menunjuickan sarinya seperti berikut:

1)   Kebudayaan adalah cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia itu sendiri sebagai warga masyarakat.

2)   Peradaban adalah kebudayaan yang sudah maju.

3)   Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia:

·        Penerus keturunan dan pengasuh anak.

·        Pengembangan kehidupan berekonomi.

·        Transmisi budaya.

·        Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

·        Pengendalian sosial.

·        Rekreasi.

4)   Isi kebudayaan ialah:

·        Gagasan.

·        Ideologi.

·        Norma.

·        Teknologi.

·        Ilmu.

·        Kesenian.

·        Kepandaian.

·        Benda.

5)   Enkuhurasi ialah akibat pendidikan yang hanya memasukkan kebudayaan tertentu kepada perkembangan anak sehingga ia menjadi kaku, hanya berperilaku sebatas kebudayaan itu saja.

6)   Perubahan kebudayaan disebabkan oleh:

a. Originasi atau penemuan-penemuan baru.

b. Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama.

c. Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman.

7)   Kebudayaan nasional versi Umar Khayam yang mengandung unsur-unsur

·        Afeksi yang jujur, tidak munafik, dan ikhlas.

·        Politik yang demokratis.

·        Ekonomi yang memberi hidup dan kehidupan yang layak bagi semua lapisan masyarakat.

·        Pendidikan yang demokratis, memberi bekal untuk bekerja dan memajukan ilmu serta teknologi setinggitingginya.

·        Kesenian yang kaya tanpa beban penghalang.

·        Memberi kesempatan yang luas untuk beragama, toleransi dan damai satu dengan yang lain.

 

C. Masyarakat dan Sekolah

Asal mula munculnya sekolah adalah atas dasar anggapan dan kenyataan bahwa pada umumnya para orang tua tidak mampu mendidik anak mereka secara sempurna dan lengkap. Karena itu mereka membutuhkan bantuan kepada pihak lain, dalam hal mi lembaga pendidikan, untuk mengembangkan anak-anak mereka secara relatif sempurna, walaupun cita-cita mi tidak otomatis tercapai. Warga masyarakat dan para personalia sekolah masih memerlukan perjuangan keras untuk mencapai cita-cita itu, yang sampai sekarang belum pernah berhenti. Sebab sejalan dengan perkembangan kebudayaan, makin banyak yang perlu dipelajari dan diperjuangkan di sekolah.

 

Ada beberapa orang yang merasa tidak puas akan hasil lembaga pendidikan mi, yang menimbulkan ide-ide barn tentang pendidikan seperti sekolah bebas dan sekolah alternatif misalnya. Sekolah bebas menginginkan agar para siswa membuat konsep sendiri tentang belajar atau belajar menurut cara mereka sendiri, sedangkan sekolah alternatif, di samping memilih sendiri cara belajar dan materi pelajaran yang sesuai dengan bakat dan harapannya, juga tempat belajar bisa bebas di mana saja mereka inginkan. Untuk mencatat keberhasilan belajar mereka dipakai sistem kredit.

 

Apa pun bentuk ide-ide itu, semua masih dapat dikatakan sebagai lembaga pendidikan hanya proses dan lokasi belajarnya barangkali bervariasi. Jadi, kelihatannya lembaga pendidikan memang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat.

 

Memang ada sejumlah kasus orang tua yang mendidik anaknya sendiri di rumah secara individual. Beberapa di antara mereka melaksanakan sendiri pendidikan itu dan beberapa yang lain mendatangkan guru pribadi. Kasus-kasus seperti mi tidak banyak jurnlahnya. Hampir semua kasus mi terjadi karena faktor anak yang sangat berbakat dan memiliki kemampUafl umum yang memadai. Di samping itu bila mendatangkan guru pribadi berarti membutuhkan biaya yang sangat besar, hal mi hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang kaya saja. Dengan demikian, kasus-kasus seperti mi tetap merupakan hal yang langka. Lagi pula belajar individual dengan guru pribadi, tetap merupakan kerja sama antara satu keluarga dengan pihak lain yaitu suatu bentuk bermasyarakat.

 

Dan uraian di atas dapat dipahami bahwa lembaga pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat itu sendiri. Lembaga pendidikan ada di masyarakat hidup bersama-sama dengan warga masyarakat. Antara masyarakat dan sekolah saling membutuhkan. Masyarakat membutuhkan agar para siswa dan para remaja dibina di sekolah, sebaliknya sekolah membutuhkan agar masyarakat membantu kelancaran proses belajar di sekolah dengan memberikan berbagai macam fasilitas.

 

Sekolah tidak dibenarkan sebagai menara air, yaitu melebur menjadi sam dengan masyarakat tanpa memberikan identitas apaapa. Ta juga tidak dibenarkan sebagai menara gading yang mengisolasi din terhadap masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan yang benar, apakah itu sekolah atau perguruan tinggi, adalah ibarat menara penerang, yaitu berada di masyarakat dan sekaligus memberi penerangan kepada masyarakat setempat. Lembaga pendidikan hams tetap berakar pada masyarakat setempat, memperhatikan ide-ide masyarakat setempat, melaksanakan aspirasi mereka, memanfaatkan fasilitas setempat untuk belajar, dan menyesuaikan diii dengan kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat setempat. Sementara itu ia berusaha meningkatkan cara hidup dan kehidupan masyarakat dengan cara memberi penerangan, menciptakan bibit unggul, menciptakan teknologi barn, merintis cara beternak dan bertani yang lebth baik, dan sebagainya.

 

Hubungan antara lembaga pendidikan dengan masyarakat dapat dibayangkan sebagai selembar kain batik. Dalam hal mi motif-motif atau pola-pola gambarnya adalah lembaga pendidikan dan kain latarnya adalah masyarakat. Motif-motif batik yang dituangkan di atas kain itu memberi corak keindahan tertentu pada lembaran kain itu. Pola-pola gambar itu membuat batik itu menjadi meningkat kualitasnya dan bertambah tinggi harganya. Bayangkan manakala pola-pola gambar itu tidak berada di atas kain itu, maka pola itu akan berkurang artinya. Begitu pula batik tanpa pola yang menarik akan menjadi rendah mutunya di mata pembeli. Lembaga pendidikan merupakan bunga bagi masyarakat sekitarnya.

 

Antara lembaga pendidikan dengan masyarakat terjadi hubungan timbal balik. Pendidikan atau sekolah membeni manfaat kepada masyarakat begitu pula masyarakat memberikan dukungannya kepada sekolah. Hubungan seperti itu jelas menguntungkan kedua belah pihak. Masing-masing hubungan itu akan dijelaskan pada bagian berikut.

 

Manfaat pendidikan bagi masyarakat adalah untuk meningkatka peranan mereka sebagai warga masyarakat baik yang berkaitan dengan kewajiban maupun dengan hak mereka. Dalam rangka pendidikan seumur hidup misalflYa, warga masyarakat bisa belajar tentang apa saja sesuai dengan minat dan bakat mereka, sehingga pemahaman keterampilan tertentU, dan sikap mereka semakin meningkat. Hal mi membuat mereka merasa semakin mantap sebagai wanga negara.

 

Khusus bagi para siswa dan para remaja, manfaat pendidikan atau lembaga pendidikan adalah lebih bersifat sebagai wahana persiapan untuk menjadi individu dan warga negara yang baik. Mereka mi mempUflyai kesempatan secara khusus belajar dan melatih din di sekolah atau perguruan tinggi.

 

BeberaPa ahli menuliS tentang manfaat pendidikan bagi masyarakat. Ada yang mengatakan bahwa pendidikan itu adalah kunci bagi pemecahan masalahmasalah sosial, dengan cara melatih anak-anak secara tepat sehingga mereka tidak melakukan tindkantinn1 kniniinal. Sekolah juga merupakan alat kontrol sosial. Dalam masyarakat modern, keluarga, dan lembaga keagamaan digantikan oleh sekolah sebagai lembaga yang paling penting untuk nilai-nilai kemasyarakat (Zanti Arbi, 1988).

Sejalan dengan pendapat di atas, Wuradji (1988) juga menulis tentang sekolah sebagai kontrol sosial dan perubah sosial. Sebagai kontrol antara lain dengan memperba11u kebiasaafl kebiasaan jelek anak-anak di rumah dan di masyarakat. Dan sebagai perubah sosial antara lain dengan menyeleksi nilai-nilai, menghasilkan warga negara yang balk, dan menciptakan ilmu dan teknologi baru.

 

selanjutnyaWuradii menyebutkan finigsi-fungsi pendidikan sebagai berikut. Pertama, pendidikan sebagai lembaga konservasi yang mencakup fungsi kontrol sosial, pelestari budaya, dan seleksi serta alokasi terhadap para lulusan dalam wujud kualifikasi tertentu yang cocok untuk jenis pekerjaan tertentu. Kedua, pendidikan sebagai perubah sosial yang mencakup reproduksi budaya, difusi kebudayaan, meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, memodifikasi hierarki ekonomi masyarakat, dan perguruan tinggi sebagai pusat perubahan.

 

Sementara itu Broom (1981) menyebut fungsi pendidikan sebagai (1) transmisi budaya, (2) meningkatkan integrasi sosial atau bermasyarakat, (3) mengadakan seleksi dan alokasi tenaga kerja melalui pendidikan itu sendiri, dan (4) mengembangkan kepribadian.

Dan pendapat beberapa ahli tersebut di atas, dan setelah ditambah beberapa butir yang dipandang penting, maka manfaat sekolah atau pendidikan bagi masyarakat adalah sebagai berikut:

·        Pendidikan sebagai transmisi budaya dan pelestari budaya.

·        Sekolah sebagai pusat budaya bagi masyarakat sekitarnya.

·        Sekolah mengembangkan kepribadian anak di samping oleh keluarga anak itu sendiri.

·        Pendidikan membuat orang menjadi warga negara yang baik, tahu akan kewajiban dan haknya.

·        Pendidikan meningkatkan integrasi sosial atau kemampuan bermasyarakat.

·        Pendidikan meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis, melalui pelajaran ilmu, teknologi, dan kesenian.

·        Sekolah meningkatkan alat kontrol sosial dengan memberi pendidikan agama dan budi pekerti.

·        Sekolah membantu memecahkan masalah-masalah sosial.

·        Pendidikan adalah sebagai perubah sosial melahui kebudayaankebudayaan yang barn.

·        Pendidikan berfungsi sebagai seleksi dan alokasi tenaga kerja.

·        Pendidikan dapat memodifikasi hierarki ekonomi masyarakat.

 

Setelah mengetahui begitu banyak manfaat pendidikan bagi masyarakat maka kini man kita lihat dukungan masyarakat terhadap pendidikan sebagai imbalan bagi keuntungan yang mereka peroleh. Sudah merupakan konsep umum dalam dunia pendidikari bahwa proses belajar yang baik tidak cukup hanya dilaksanakafl di sekolah saja, melainkan sebaiknya diperluas ke lapangan atau masyarakat. Dengan belajar di masyarakat peserta didik bisa mengamati keadaan yang wajar atau yang ash di alam terbuka. Hal mi akan dapat meningkatkan minat mereka, menghindari kebosanan, melihat dengan jelas manfaat pelajaran itu, dan lebih mudah berlatih karena fasilitas tersedia. Salah satu bentuk belajar di masyarakat adalah karyawisata.

 

Dukungan yang lain adalah tersedianya para narasumber di masyarakat yaitu orang-orang yang terampil atau yang menguasai konsep tertentu yang bekerja atau bertugas di masyarakat. Misalnya petugas bendungan air, tukang listnik, atau penjaga mesin histrik, tukang sepatu, seniman, pengrajifl, pengusaha dan sebagaiflya. Orang-orang mi dapat dimanfaatkafl oleh lembaga pendidikan untuk membantu guru atau dosen dalam membina para siswa/mahasiswa dalam mengembangkafl1t atau keterampilan mereka. Walaupun narasumber mi belum tentu orang ahli, paling sedikit mereka bisa bertindak sebagai instruktur.

 

Kondisi dan keadaan daerah atau masyarakat bisa merupakan inspirasi bagi lembaga pendidikan untuk memberi variasi kepada kurikulumflYa, yang dikenal sebagai kurikulum muatan lokal. Dengan melaksanakan kurikulum seperti mi sekaligus sekolah sudah memenuhi tuntutan masyarakat setempat.

 

Kontrol sosial merupakan manfaat tersendiri bagi lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang ditangani bersama antara sekolah dengan anggota masyarakat memang patut mendapat kontrol dan kedua belah pihak. Kontrol kepala sekolah saja belumlah mencukupi, sebab adakalanya sekolah akan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang hanya menguntungkan pihak sekolah saja. Dengan adanya kontrol atau pengawasan sosial, diharapkan kepentingan-kepentingan masyarakat juga akan terealisasi dengan baik. Di samping im pengawasan sosial juga dapat meningkatkan kesadaran para personalia sekolah akan tugas dan tanggung jawabnya sebab mereka selalu mendapat sorotan dan pihak luar yaitu masyarakat, lebih-lebih bila masyarakat banyak memberi bantuan materil atau moral kepada sekolah.

 

Sebagai konsekuensi tanggung jawab bersama, tuntutan dan kontrol dan pihak masyarakat, maka masyarakat merasa wajib memberi bantuan baik berupa dana maupun materiil lainnya kepada sekolah. Dukungan masyarakat seperti mi sangat penting artinya, lebih-lebih bagi sekolah-sekolah swasta. Di negara-negara maju, justru bantuan-bantuan masyarakat seperti mi sangat bermanfaat bagi kelangsungan hidup dan kemajuan lembaga pendidikan.

 

Hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat karena saling membutuhkan satu dengan yang lain, membuat kemungkinan terbentuknya badan kerja sama yang relatif permanen. Badan kerja sama mi yang anggota-anggotanya adalah wakil-wakil orang tua siswa, para tokoh masyarakat, dan beberapa guru bertugas membantu menyukseskan misi pendidikan. Pada masa sekarang badan mi banyak berkecimpung dalam perencanaan dan pelaksanaan kurikulum muatan lokal, di samping mengurusi dukungan-dukungan masyarakat terhadap sekolah seperti telah diutarakan di atas. Namun bila kelak sistem pendidikan telah mengarah pada desentralisasi, maka tugas badan mi menjadi lebih luas. Dia tidak lagi hanya membantu, melainkan menjadi partner sekolah dalam merancang kurikulum, menyediakan fasilitas belajar, memperbesar dana pendidikan, mengawasi pelaksanaan pendidikan, dan mengevaluasi program serta hasil pendidikan. Hanya dengan cara ini tuntutan undang-undang pendidikan tentang kerja sama antara pemerintah orang ma, dan masyarakat dalam meyelesaikan pendidikan bisa direalisasi.

 

Berdasarkan uraianuraiafl di atas, dapatlah kita sarikan penjelasan masyarakat dan sekolah ini sebagai berikut:

1. Sekolah tidak dapat dipisahkan dan masyarakat

a. Sekolah milik masyarakat.

b. Sekolah sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaafl.

2. Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat khususnya pendidikan anak-anak.

3. Masyarakat memberi sejumlah dukungan kepada sekolah.

4. Perlu ada badan kerja sama antara sekolah dengan masyarakat dalam menyuksesbn pendidikan.

 

D. Masyarakat Indonesia dan Pendidikan

Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan unmk meningkatkan hidup dan kehidupan. Di mana-mafla tampak anak-anak muda mereka berebut untuk mendapatkan sekolah, walaupun ada sejumlah kasus orang ma menolak menyekolahkan anak dengan daiih untuk membantu mencari nafkah. Bagi masyarakat yang tidak lagi berada di bawah garis kemiskinan rata-rata amat berusaha untuk menyekolalikan anak-anak mereka setrnggi mungkin. Kalau tidak dapat di sekolah atau perguruan tinggi negeri, mereka siap menyekolahkan putra-putraflYa di sekolah atau perguruafl tinggi swasta.

 

Mengapa masyarakat atau para remaja bersikap seperti di atas, asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima. Namun kenyataafl menunjuickan tidak persis seperti itu. Lulusan Si misalnya, banyak sekali yang belum bisa bekerja. Hal mi disebabkan karena pemakai tenaga kerja tidak percaya begitu saja kepada isi ijazah, mereka lebih percaya kepada kemampuan, keterampilan, dan kepribadian para pencari kerja. Bila pencari kerja tidak memiliki syarat-syarat mi tentu mereka akan ditolak. Rupanya tidak semua perguruan tinggi mampu membuat lulusan agar memilki kriteria yang dipersyaratkan oleh pemakai tenaga kerja, lebih-lebih bila si mahasiswa yang bakal lulus tidak mempunyai kemampuan yang memadai, alias sekadar lulus.

 

Berdasarkan kenyataan tersebut di atas, belakangan mi ada perkembangan barn di kalangan masyarakat. Mereka sudah mulai memilih perguruan tinggi yang bermutu atau cukup bermutu, sehingga perguruan tinggi mi dibanjiri oleh peminat, sementara ada sejumlah perguruan tinggi yang kurang calon mahasiswa.

 

Sikap masyarakat terhadap sekolah kejuruan adalah sebagai akibat dan asumsi di atas. Hampir semua remaja yang didukung oleh orang ma mereka ingin studi di perguruan tinggi. Akibatnya sekolah kejuruan kurang laku. Sampai-sampai sekolah mi mendapat julukan sekolah kelas dua. Padahal tenaga kerja menengah lebih banyak dibutuhkan daripada tenaga ahli. Selama sikap masyarakat belum berubah, selama itu pula pemerintah tidak berdaya mempromosikan sekolah kejuruan yang sangat penting bagi masyarakat pada umumnya.

 

Sementara itu lulusan sekolah maupun perguruan tinggi hampir seluruhnya ditentukan oleh prestasi belajar dalam aspek kognisi. Sebab seleksi melalui ujian negara hampir seluruhnya mengukur kemampuan kognisi. Dengan demikian, tujuan pendidikan nasional untuk membentuk manusia seutuhnya belum tercapai. Kondisi seperti mi memberi peluang untuk munculnya kenakalan remaja, yang pada gilirannya kelak, mungkin sebagai penyebab maraknya korupsi dan kolusi seperti sekarang. Hal mi perlu disadari sejak dini oleh pemerintah, khususnya para pengambil keputusan dalam bidang pendidikan.

 

Kini man kita lihat pengaruh globalisasi terhadap masyarakat Indonesia. Dan pengamatan sehari-hari, ada beberapa hal yang tampaknya sudah kena pengaruh globalisasi. Hal-hal yang dimaksud antara lain ialah:

1. Bidang ekonomi. Ekonomi global mi tercermin dan adanya:

a. Bantuan dana dan luar negeri.

b. Penanaman modal asing di Indonesia.

c. Industri dan perdagangan Indonesia menyebar ke luar negeri atau sebaliknya industri dan perdagangan asing masuk ke Indonesia.

d. Ekonomi moneter tidak dapat diisolasi dan pengaruh dunia luar.

2. Bidang politik. Tokoh-tokoh internasional sering kali mempermasalabkan:

a. HAM (Hak Asasi Manusia).

b. Demokrasi.

3. Bidang kebudayaan. Bidang kebudayaan yang sudah dimasuki oleh globalisasi dunia yaim.

·        Lagu-lagu Barat sudah banyak masuk ke Indonesia.

·        Tayangan lagu dan cerita Barat terlalu banyak terutama di televisi swasta. Tampak seolah-olah tidak menghiraukan kesenian daerah atau Indonesia.

·        Budaya konsumtif yang tidak puas belanja di dalam negeri, terutama untuk orang-orang kaya.

4. Kehidupan remaja. Kehidupan remaja yang sudah kemasukan arus globalisasi yaitu.

·        Minum minuman keras.

·        Ikut-ikutan memakai narkotika.

·        Bermain-main di kiub malam, yang dapat menerbitkan sifat erotis.

·        Melakukan tindakan kekerasan yang menyimpang dan kepnibadian Indonesia.

 

Sekarang kita teruskan pembahasan mi dengan kondisi sosial atau kemasyarakatan. Situasi keluarga yang harmoms dan damai serta masyarakat peguyuban yang tolong-menolong sudah mulai menyusut. Paling sedikit ada empat faktor sebagai penyebabnya, yaitu:

·        Pertumbuhan ekonomi Indonesia, membuat ekonomi masyarakat kelas menengah ke atas semakin meningkat.

·        Akibat kemampuan daya belL meningkat, maka kewajaran manusia yang mencintai harm benda semakin terpenuhi. Kepuasan mi mendorong orang-orang untuk mencari uang lebih banyak, tidak cukup oleh suami saja.

·        Gerakan emansipasi mempercepat proses mempekerjakan perempuan. Akibatnya banyak suami istri dalam keluarga bekerja keduanya.

 

Ketiga butir di atas tidak terlepas dan pengaruh globalisasi dunia.

Anita (1996) menggambarkan situasi keluarga dalam pasca modem mi sebagian besar suami istri bekerja sama-sama mencari nafkah, angka perceraian yang tinggi, dan sejumlah keluarga hanya dengan sam orang ma saja. Mereka jarang di rumah, mereka suka bepergian, sehingga anak atau anak-anak diasuh oleh pembanm atau lebih tepat dibesarkan oleh pembantu. Dan kalau tidak ada pembantu maka anak itu akan berkembang oleh dirinya sendiri.

 

Selanjutnya dikatakan bahwa kondisi keluarga seperti tersebut di atas membutuhkan anak-anak yang berkompeten untuk siap dan mampu menghadapi kegetiran hidup. Anak yang mampu menerima kenyataan ditinggal oleh orang tua karena perceraian. Anak yang tidak terguncang meithat kesadisan pembunuhan baik di televisi maupun dalam kehidupan nyata. Dan anak yang mampu menghadapi berbagai kekacauan dalam masyarakat.

 

Dan gambaran tentang keluarga di atas, dapat dibayangkan bagaimana kualitas pendidikan dalam keluarga. Tampaknya dalam keluarga seperti ini tidak dapat dikatakan masih ada pendidikan. Yang ada hanyalah pemeliharaan biologis dan kesehatan bagi keluarga yang berada, dan bagi keluarga yang tidak berada sangat mungkin merupakan sumber anak-anak jalanan

 

Tidak banyak keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan dalam keluarga. Bagi yang sadar, walaupun suami istri bekerja, mereka tetap mengupayakan agar komumkasi, pembinaan kemesraan, dan kasih sayang temp ada dalam keluarga walaupun frekuensinya sangat terbatas. Mereka sadar bahwa pendidikan dalam keluarga adalah mendasari pendidikan lebih lanjut.

 

Sesudah mengetahui gambaran tentang masyarakat di zaman pasca modern atau globalisasi in bagaimanakah sebaiknya tanggapan dan tindakan pendidikan terhadap kondisi masyarakat seperti mi? Pertama-tama adalah tanggapan terhadap kesadaran masyarakat dan remaja terhadap pendidikan. Seperti telah diuraikan di atas, kesadaran mereka kini cenderung positif dan selektif. Kesadaran seperti mi sudah bagus, tetapi ada sejumlah dan mereka yang dengan alasan tertentu bersikap positif tidak selektif. Jalan yang ditempuh untuk membendung kelompok mi adalah:

·        Mutu sekolah dan perguruan tinggi ditingkatkan.

·        Dengan cara melakukan akreditasi secara konsekuen.

·        Yang tidak lulus akreditasi, harus bergabung sam dengan yang lain agar mum meningkat.

·        Seleksi penerimaafl siswa atau mahasiswa hams dilakukan secara ketat.

 

Dengan cara ini diharapkan remaja dan orang-orang tidak ada yang belajar sekadar mencari ijazah, melainkan belajar untuk menjadi pandai dan berpribadi baik. Dan hanya mereka punya kemampuan tertentu yang bisa belajar diperguruan tinggi. Implikasi dan usaha mi adalah sekolah-sekolah kejuruan akan lebih laku dibandingkan sekarang.

 

Kedua, mengenai tanggapan dan tindakan kita terhadap kebudayaan termasuk pendidikan yang sudah digoyang oleh globalisasi, sebagian besar masyarakat menekankan pada upaya memperkuat jati dir Jati din yang bersumber dan filsafat Pancasila. Agar jati din kita benar-benar kuat, perlu Pancasila itu lebih dioperasionalkan agar lebih mudah melaksanakannya. Hal mi sejalan dengan pikiran Takdir Alisyahbana (1992) yang menyatakan bahwa orang-orang berbicara tentang Pancasila pada hakikatnya lebih merupakan ucapan rutin daripada pikiran dan rencana yang jelas batas-batasnya. Dia juga menulis bahwa kadangkala pemerintah dan pemimpin menyatakan Pancasila itu harus dikembangkan. Hal mi memberi petunjuk bahwa Pancasila itu memang perlu lebih dioperasionalkan, agar semua rakyat mampu berpikir, berkata, dan berbuat Pancasilais. Dengan demikian jati din kita menjadi bertambah kokoh.

 

Di samping memperkuat jati din, ada hal-hal tertentu yang bisa dilakukan untuk mengurangi atau menghilangkan pengaruh globalisasi terhadap kebudayaan dan kehidupan para remaja. Tindakan-tinakaj yang dimaksud, yaitu:

 

1. Membuat pembatasan kepada media elektronik terutama televisi yang sangat berpengaruh kepada kehidupan anak-anak dan remaja, untuk:

·        Maksimal 50% menayangkan lagu-lagu luar negeri.

·        Minimal 50% menayangkan kesenian-kesepjan daerah.

·        Hanya menayangkan film aksi!laga yang tidak berbau kekerasan.

·        Tidak menayangkan film-film yang mengundang erotis. Pembatasan mi berlaku balk pada televisi swasta maupun pemerintah.

·        Tidak menanyangkan film-film yang menunjukkan perilaku egois, sadis, ketus, mengh.ina, dan menyindir.

·        Tidak menayangkan film-film yang merusak bahasa Indonesia, film-film hams berbahasa Indonesia yang baik dan benar.

2. Mendukung tindakan pemerintah terhadap upaya memerarigi perilaku negatif para remaja, seperti:

·        Memberantas minuman keras dan narkotika.

·        Mengurangi jumlah kiub malam dan mengawasi tindakan-tindakan yang negatif.

·        Menangkap dan menghukum mereka yang berkelahi.

·        Di samping itu perlu meningkatkan mutu pendidikan sekolah, masyarakat, dan keluarga.

·        Memberikan penyaluran kegiatan yang positif atau pekerjaan yang pantas.

Yang terakhir adalah tanggapan dan tindakan kita terhadap kondisi masyarakat dewasa in Seperti telah diuraikan di atas, sebagian besar orang tua anak bekerja kedua-duanya sehingga pendidikan keluarga menjadi agak sulit ditangani, anak-anak banyak yang hidup sendiri, menghadapi pelbagai masalah sendiri, seolah-olah mereka dituntut untuk berkompeten menghadapi hidup dan kehidupan seperti itu.

 

Ada beberapa tokoh pendidikan yang menghendaki terjadinya pergeseran paradigma pendidikan antana lain oleh Rektor IMP Yogyakarta dalam forum Simposium Nasional yang diadakan di Yogyakarta tahu 1996. Dikatakan paradigma itu bergerak, yaitu.

·        Pendidikan adalah usaha sadar ke pendidikan sebagai usaha sadar dan tidak disadari.

·        Pendidikan sekolah kependidikan sekolah dan luar sekolah.

·        Pendidikan dan pengajaran kebudayaan.

·        Proses asembling ke proses membangun dan awal.

 

Perubahan paradigma mi mungkin bisa dilengkapi butir lain yang bersumber dan pemikiran Anita (1996) sebagai pemberi inspirasi, yaitu:

·        Anak yang patuirke anak yang mandiri.

·        Anak sebagai makhluk yang terlindungi, ke anak yang berkompetensi.

 

Inilah pendapat mereka tentang cara menauggulangi kondisi masyarakat dan keluarga di zaman sekarang.

 

Mungkin pendapat di atas benar, asal dilengkapi dengan rincian tentang bentuk organisasinya, proses belajarnya, peranan guru, siapa yang berhak untuk mendidik, dan model evaluasinya. Sambil menunggu realisasi pergeseran paradigma pendidikan lengkap dengan perencanaannya yang rinci, manakala hal itu akan diwujudkan, berikut akan diberikan beberapa konsep pendidikan sebagai bahan pemikiran.

 

Untuk membuat kebudayaan, termasuk pendidikan di masyarakat, sebagai sesuatu yang tidak selalu disadari oleh pendidik, menjadi wadah proses belajar sehingga anak dapat berkembang wajar sejak awal, membutuhkan sejumlah pembenahan.

·        Kerja sama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan ditingkatkan.

·        Pendjdjkan nonformal dan pendidjkan informal, ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.

·        Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik seperti telah diutarakan di atas.

·        Kebudayaankebudayn negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.

 

Selanjutnya untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan untuk memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu, dalam masa transisi mi kalau pendidikan akan direorganisasi, perlu:

·        Memasukkan materi pelajaran yang diambil dan keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.

·        Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok.

·        Beberapa kali mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan.

·        Ikut memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.

·        Membeni kesempatan berinovasi atau kreatif menciptakan sesuatu yang baru yang lebih baik tentang hidup dan kehidupan.

 

E. Implikasi Konsep Pendidikan

Sesudah membahas tentang sosologi, kebudayaan, masyarakat, serta kondisi masyarakat Indonesia dikaitkan dengan pendidikan, maka ditemukan sejumlah konsep pendidikan sebagai berikut:

1.   Keberadaan sekolah tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sekitarnya, keduanya saling menunjang. Sekolah seharusnya menjadi agen pembangunan di masyarakat.

2.   Perlu dibentuk badan kerja sama antara sekolah dengan tokohtokoh masyarakat, termasuk wakil-wakil orang ma siswa, untuk ikut memajukan pendidikan.

3.   Proses sosialisasi anak-anak perlu ditingkatkan.

4.   Dinamika kelompok dimanfaatkan untuk belajar

 

5.   Kebudayaan menyangkut seluruh cara hidup dan kehidupan manusia yang diciptakan oleh manusia ikut mempengaruhi pendidikan atauperkembangan anak. Sebaliknya pendidikan juga dapat mengubah kebudayaan.

 

6.   Akibat kebudayaan masa kini, ada kemungkinan pergeseran paradigma pendidikan, yaitu dan sekolah ke masyarakat luas dengan berbagai pengalaman yang luas.

 

7.   Untuk itu perlu kebudayaan ditertibkan antara lain dengan cara:

a. Tayangan ditelevisi, terutama televisi swasta:

1) Maksimal 50% menayangkan lagu-lagu luar negeri.

2) Minimal 50% menayangkan kesenian-kesenian daerah.

3) Hanya menayangkan film action yang tidak berbau kekerasan.

4) Tidak menayangkan film-film yang berbau erotis.

5) Tidak menayangkan film-film yang bersifat sadis atau ketus.

b. Memberantas kebudayaan yang merusak remaja seperti minuman keras, narkotika, mengurangi dan mengawasi tindakan Idub malam, dan menangkal perkelahian.

8.      Akreditasi ditingkatkan untuk meningkatkanmutu lembaga pendidikan, yang tidak lulus akreditasi digabungkan, seleksi masuk diketatkan. Dengan cara mi sekolah-sekolah kejuruan akan lebih diminati.

9.      Materi pelajaran banyak dikaitkan dengan keadaan dan masalah masyarakat setempat.

10.    Metode belajar ditekankan path kegiatan anak baik individual maupun kelompok, melakukan survei di masyarakat, ikut memecahkan masalah masyarakat, dan diberi kesempatan berkreasi atau menemukan ide-ide baru.

11.    Ujian negara lambat laun diubah menjadi ujian sekolah, sehingga memungkinkan memberi ujian bersifat komprehensif untuk mendukung perkembangan manusia seutuhnya.

 

Ini Tugas Resmue BUKU LANDASAN KEPENDIDIKAN, Stimulus Ilmu Pendidikan Bercorak Indonesia Karya : Prof. Dr. Made Pidarta.


= Baca Juga =


No comments:

Post a Comment

    Info Kurikulum Merdeka

    Info Kurikulum Merdeka
    Info Kurikulum Merdeka