Penelitian Pengembangan atau Research and Development (R&D) saat ini merupakan salah jenis penelitian yang
banyak dipergunakan. Penelitian
pengembangan merupakan salah satu jenis penelitian yang dapat menjadi penghubung
atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar dengan penelitian terapan. Pengertian Penelitian Pengembangan atau Research and Development (R&D) sering diartikan sebagai suatu
proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau
menyempurnakan produk yang telah ada. Yang dimaksud dengan produk dalam konteks
ini adalah tidak selalu berbentuk hardware (buku, modul, alat bantu
pembelajaran di kelas dan laboratorium), tetapi bisa juga perangkat lunak
(software) seperti program untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas,
perpustakaan atau laboratorium, ataupun model- model pendidikan, pembelajaran
pelatihan, bimbingan, evaluasi, manajemen,dll.
Penelitian Pengembangan atau Research and Development (R&D) Menurut Gay (1990) Penelitian
Pengembangan merupakan suatu usaha
atau kegiatan untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan sekolah, dan
bukan untuk menguji teori. Sedangkan Borg and Gall (1983:772) mendefinisikan
penelitian pengembangan sebagai berikut:
Educational Research and development (R & D) is a
process used to develop and validate educational products. The steps of this
process are usually referred to as the R & D cycle, which consists of
studying research findings pertinent to the product to be developed, developing
the products based on these findings, field testing it in the setting where it
will be used eventually, and revising it to correct the deficiencies found in
the filed-testing stage. In more rigorous programs of R&D, this cycle is
repeated until the field-test data indicate that the product meets its
behaviorally defined objectives.
Sedangkan
Borg
and Gall (1983:772) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan.
Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R & D, yang
terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan produk yang
akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini, bidang
pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya
untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian.
Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai
bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
Penelitian pengembangan dalam pendidikan (R & D)
adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut sebagai siklus R
& D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan dengan
produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini,
bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan
merevisinya untuk memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan
pengujian. Dalam program yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang
sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa produk tersebut memenuhi tujuan
perilaku didefinisikan.
Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian
pengembangan sebagai suatu pengkajian sistematik terhadap pendesainan,
pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk pembelajaran yang harus
memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan Plomp
(1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan nilai tambah” selain ketiga
kriteria tersebut.
Sedangkan Van den
Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua
tujuan yakni sebagai pengembangan
prototipe produk dan sebagai perumusan saran-saran metodologis untuk pendesainan dan evaluasi prototipe
produk tersebut
Sedangkan Richey dan Nelson (1996) membedakan
penelitian pengembangan atas dua jenis, yakni pertama
penelitian yang difokuskan
pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program tertentu dengan tujuan
untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta mempelajari
kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut. Kedua,
penelitian yang dipusatkan
pada pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan sebelumnya. Tujuan
tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur pendesainan
dan evaluasi yang efektif.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa penelitian pengembangan adalah suatu proses yang digunakan
untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam
pendidikan. Produk yang dihasilkan antara lain: bahan pelatihan untuk guru,
materi belajar, media, soal, dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran
B.
Tujuan Penelitian Pengembangan
Pada tujuan penelitian pengembangan biasanya berisi
dua informasi, yaitu (1) masalah yang akan dipecahkan dan (2) spesifikasi
pembelajaran, model, soal, atau perangkat yang akan dihasilkan untuk memecahkan
masalah tersebut. Selama dua aspek ini terkandung dalam sebuah rumusan masalah
penelitian pengembangan, maka rumusan masalah tersebut sudah benar. Dapat
dikatakan bahwa tujuan Penelitian Pengembangan adalah
menginformasikan proses pengambilan keputusan sepanjang pengembangan dari suatu
produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan berbagai
hal dari jenis ini pada situasi kedepan.
Menurut Akker (1999) tujuan penelitian pengembangan khusus dalam bidang pendidikan dibedakan berdasarkan pengembangan pada bagian
kurikulum, teknologi dan media, pelajaran dan instuksi, dan pendidikan guru
didaktis. Berikut ini penjelasannya :
1.
Pada bagian kurikulum
Tujuannya adalah menginformasikan proses pengambilan
keputusan sepanjang pengembangan suatu produk/program untuk meningkatkan suatu
program/produk menjadi berkembang dan kemampuan pengembang untuk menciptakan
berbagai hal dari jenis ini pada situasi ke depan.
2.
Pada bagian teknologi dan media
Tujuannya adalah untuk menigkatkan proses rancangan
instruksional, pengembangan, dan evaluasi yang didasarkan pada situasi
pemecahan masalah spesifik yang lain atau prosedur pemeriksaan yang
digeneralisasi.
3.
Pada bagian pelajaran dan instruksi
Tujuannya adalah untuk pengembangan dalam dalam
perancangan lingkungan pembelajaran, perumusan kurikulum, dan penaksiran
keberhasilan dari pengamatan dan pembelajaran, serta secara serempak
mengusahakan untuk berperan untuk pemahaman fundamental ilmiah.
4.
Pada bagian pendidikan guru dan didaktis
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi
pembelajaran keprofesionalan para guru dan atau menyempurnakan perubahan dalam
suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada bagian didaktis, tujuannya
untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal interaktif, proses
yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis dari
perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang
ditentukan, mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan
produk, proses pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.
C.
Karakteristik dan Motif Penelitian Pengembangan
Menurut
Wayan (2009) ada 4 karateristik penelitian pengembangan antara lain :
- Masalah
yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya
inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung
jawaban profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas
pembelajaran.
- Pengembangan
model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang
menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
- Proses
pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji
coba lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang
dihasilkan bermanfaat untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses
pengembangan, validasi, dan uji coba lapangan tersebut seyogyanya
dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara
akademik.
- Proses
pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran
perlu didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai
dengan kaidah penelitian yang mencerminkan originalitas.
Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti
dikemukankan Akker (1999) antara lain :
- Motif
dasarnya bahwa penelitian kebanyakan dilakukan bersifat tradisional,
seperti eksperimen, survey, analisis korelasi yang fokusnya pada analsis
deskriptif yang tidak memberikan hasil yang berguna untuk desain dan
pengembangan dalam pendidikan.
- Keadaan
yang sangat kompleks dari banyknya perubahan kebijakan di dalam dunia
pendidikan, sehingga diperlukan pendekatan penelitian yang lebih
evolusioner (interaktif dan siklis).
- Penelitian bidang pendidikan secara umum kebanyakan mengarah pada reputasi yang ragu-ragu dikarenakan relevasi ketiadaan bukti.
D.
Langkah-langkah dan Metode Penelitian Pengembangan
Secara umum
langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan mencakup:
a. Potensi
dan Masalah
b. Mengumpulkan
Informasi
c. Desain
Produk
d. Validasi
Desain
e. Perbaikan
Desain
f. Uji
Coba Produk
g. Revisi
Produk
h. Ujicoba
Pemakaian
i. Revisi
Produk Lanjut
j. Pembuatan
Produk Masal
Adapun langkah-langkah
utama yang dari R & D siklus dikemukakan oleh Borg dan Hall (1989:775)
sebagai berikut a) Penelitian
dan Pengumpulan Data, b) Perencanaan, c) Pengembangan Produk
Awal, d) Uji coba produk
awal / Uji Coba Terbatas, e) Penyempurnaan
Produk Awal, f) Uji
Coba Lapangan Lebih Luas, g) Penyempurnaan
Produk Hasil Uji Lapangan Lebih Luas,
h) Uji Coba Produk Akhir, i) Revisi atau
Penyempurnaan Produk Akhir, j) Diseminasi
dan Implementasi
a. Penelitian
dan Pengumpulan Data
Pada tahap ini,
paling tidak ada 2 hal yang harus dilakukan yaitu studi literatur dan studi
lapangan. Pada studi literatur, digunakan untuk menemukan konsep-konsep atau
landasan-landasan teoritis yang memperkuat suatu produk. Melalui studi
literatur dikaji pula ruang lingkup suatu produk, keluasaan penggunaan, kondisi
pendukung, dll. Melalui studi literatur diketahui pula langkah-langkah yang
paling tepat untuk mengembangkan produk. Studi literatur juga akan meberikan
gambaran hasil-hasil penelitian terdahulu yang bisa sebagai bahan perbandingan
untuk mengembangkan suatu produk tertentu. Selain studi literatur, perlu juga
dilakukan studi lapangan atau dengan kata lain disebut sebagai pengukuran
kebutuhan dan penelitian dalam skala kecil (Sukmadinata: 2005). Dalam
mengembangkan suatu produk, sebaiknya didasarkan atas pengukuran kebutuhan
(need assessment).
b. Perencanaan
Berdasarkan
studi pendahuluan yang telah dilakukan, maka dibuat perencanaan / rancangan
produk yang antara lain mencakup : a) tujuan dari penggunaan produk; b) siapa
pengguna dari produk tersebut; c) deskripsi dari komponen-komponen produk dan
penggunaannya.
c. Pengembangan Produk Awal
Pengembangan
produk awal merupakan draft kasar dari produk yang akan dibuat.Meskipun
demikian, draft produk tersebut harus disusun selengkap dan sesempurna mungkin.
Draft atau produk awal dikembangkan oleh peneliti bekerja sama atau meminta
bantuan para ahli dan atau praktisi yang sesuai dengan bidang keahliannya (uji
coba di belakang meja/ desk try out atau desk evaluation).Pada tahap ini sering
juga disebut dengan tahap validasi ahli. Uji coba atau evaluasi oleh ahli
bersifat perkiraan atau judgment, berdasarkan analisis dan pertimbangan logika
dari para peneliti dan ahli. Uji coba lapangan akan mendapatkan kelayakan
secara mikro, kasus demi kasus untuk kemudian ditarik kesimpulan secara umum
atau digeneralisasi.
d. Uji coba produk awal / Uji Coba Terbatas
Setelah uji coba
diatas meja, maka dilakukan uji coba lapangan di sekolah ataupun di
laboratorium. Menurut Borg and Hall (1989), uji coba lapangan produk awal
disarankan dilakukan pada 1 sampai 3 sekolah dengan jumlah responden antara 10
sampai 30 orang. Selama pelaksanaan uji coba di lapangan, peneliti mengadakan
pengamatan secara intensif dan mencatat hal-hal penting yang dilakukan oleh
responden yang akan dijadikan bahan untuk penyempurnaan produk awal tersebut.
e. Penyempurnaan Produk Awal
Penyempurnaan
produk awal akan dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas.
Pada tahap penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan
pendekatan kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap
proses, sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
f. Uji Coba Lapangan Lebih Luas
Meskipun sudah
diperoleh produk yang lebih sempurna, tetapi uji coba dan penyempurnaan produk
masih perlu dilakukan sekali lagi. Hal ini dilakukan agar produk yang dikembangkan
memenuhi standar tertentu. Oleh karena itu target populasinyapun harus
disesuaikan. Uji coba dan penyempurnaan pada tahap produk awal masih difokuskan
kepada pengembangan dan penyempurnaan materi produk, belum memperhatikan
kelayakan dalam konteks populasi. Kelayakan populasi dilakukan dalam uji coba
dan penyempurnaan produk yang telah disempurnakan. Dalam tahap ini, uji coba
dan penyempurnaan dilakukan dalam jumlah sampel yang lebih besar. Borg dan Gall
(1989), menyarankan dalam tahap ini digunakan sampel sekolah 5 sampai dengan 15
sekolah, dengan sampel subjek antara 30 sampai 100 orang (Ini bersifat relatif,
tergantung jumlah-kategori-dan karakteristik populasi). Langkah-langkah uji
coba produk yang telah disempurnakan sama persis dengan uji coba produk awal,
hanya jumlah sampelnya saja yang berbeda.
g. Penyempurnaan Produk Hasil Uji Lapangan Lebih Luas
Penyempurnaan
produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih memantapkan produk
yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan sebelumnya
dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan adalah
pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal. Penyempurnaan
produk ini didasarkan pada evaluasi hasil sehingga pendekatan yang digunakan
adalah pendekatan kuantitatif.
h. Uji Coba Produk Akhir
Pengujian produk
akhir, dimaksudkan untuk menguji apakah suatu produk pendidikan layak dan
memiliki keunggulan dalam tataran praktek. Dalam pengujian ini tujuannya bukan
lagi menyempurnakan produk, karena produk diasumsikan sudah sempurna. Pengujian
produk akhir, dapat dilakukan pada sekolah yang sama dengan pada tahap ujicoba
kedua ataupun berbeda dengan jumlah sampel yang sama. Dalam pengujian produk
akhir, sebaiknya digunakan kelompok kontrol. Pengujian dilaksanakan dalam
bentuk desain eksperimen. Model desain yang digunakan adalah “The randomized
pretest-postest control group design” atau minimal “the matching only
pretests-posttest Control Group Design”. Desain pertama merupakan desain
eksperimen murni, karena kedua kelompok eksperimen dirandom atau disamakan.
Desain kedua termasuk eksperimen kuasi, sebab kedua kelompok eksperimen hanya
dipasangkan.
i. Revisi atau Penyempurnaan Produk Akhir
Penyempurnaan
produk akhir dipandang perlu untuk lebih akuratnya produk yang dikembangkan.
Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk yang tingkat efektivitasnya dapat
dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan produk akhir memiliki nilai
“generalisasi” yang dapat diandalkan.
j. Diseminasi
dan Implementasi
Setelah
dihasilkan suatu produk final yang sudah teruji keampuhannya, langkah
selanjutnya adalah desiminasi, implementasi, dan institusionalisasi. Desiminasi
dari suatu produk, yang dikembangkan akan membutuhkan sosialisasi yang cukup
panjang dan lama. Biasanya prses desiminasi dan implementasi akan bergadapan
dengan berbagai masalah kebijakan, legalitas, pendanaan, dll.
Penelitian Pengembangan dalam bidang pendidikan biasanya
dimulai dengan identifikasi masalah pembelajaran yang ditemui di kelas oleh
guru yang akan melakukan penelitian. Yang dimaksud masalah pembelajaran.dalam
penelitian pengembangan adalah masalah yang terkait dengan perangkat pembelajaran,
seperti silabus, bahan ajar, lembar kerja siswa, media pembelajaran, tes untuk
mengukur hasil belajar, dsb. Perangkat pembelajaran dianggap menjadi masalah
karena belum ada, atau ada tetapi tidak memenuhi kebutuhan pembelajaran, atau
ada tetapi perlu diperbaiki, dsb. Tentunya tidak semua masalah perangkat
pembelajaran akan diselesaikan sekaligus, satu masalah perangkat pembelajaran
saja yang dipilih sebagai prioritas untuk diselesaikan lebih dulu.
Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang
pengembangan perangkat pembelajaran yang relevan dengan yang akan dikembangkan.
Setelah menguasai teori terkait dengan pengembangan perangkat pembelajaran,
peneliti kemudian bekerja mengembangkan draft perangkat
pembelajaran berdasarkan teori yang relevan yang telah dipelajari. Setelah
selesai dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh peneliti
atau dibantu oleh teman sejawat (peer review).
Setelah diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft
tersebut dimintakan masukan kepada para ahli yang relevan (expert
validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk perbaikan
terhadap draft. Setelah draft direvisi berdasar masukan dari para
ahli, langkah berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-coba
disesuaikan dengan penggunaan perangkat. Bila yang dikembangkan adalah
bahan ajar, maka uji-cobanya adalah digunakan untuk mengajar kepada siswa yang
akan membutuhkan perangkat tersebut. Uji-coba bisa dilakukan pada beberapa
bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang
diuji-coba adalah silabus, maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan
menggunakan silabus tersebut. Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru
menggunakan silabus untuk menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP).
Tujuan uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat
pembelajaran yang dikembangkan dapat diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba,
beberapa bagian mungkin memerlukan revisi. Kegiatan terakhir adalah revisi
terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran tersebut.
1.
Pemeriksaan pendahuluan (preliminary inverstigation).
Pemeriksaan pendahuluan yang sistematis dan intensif
dari permasalahan mencakup:
- tinjauan
ulang literatur,
- konsultasi
tenaga ahli,
- analisa
tentang ketersediaan contoh untuk tujuan yang terkait, dan
- studi
kasus dari praktek yang umum untuk merincikan kebutuhan.
2.
Penyesuaian teoritis (theoretical embedding)
Usaha yang lebih sistematis dibuat untuk menerapkan
dasar pengetahuan dalam mengutarakan dasar pemikiran yang teoritis untuk
pilihan rancangan.
3.
Uji empiris (empirical testing)
Bukti empiris yang jelas menunjukkan tentang
kepraktisan dan efektivitas dari intervensi.
4. Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan
refleksi (documentation,analysis, and reflection on process and outcome).
Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan dan pengembangan penelitian.
Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan dan pengembangan penelitian.
Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh
dari penelitian pendekatan penelitian lainya. Namun, pada penelitian
pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary dan tahap formative
evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping
(expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field
test. Adapun alur desain formative evaluation sebagai berikut :
Gambar 1. Alur Desain formative evaluation (Tessmer, 1993) |
1.
Tahap Preliminary
Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan subjek
penelitian seperti dengan cara menghubungi kepala sekolah dan guru mata
pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi penelitian. Selanjutnya peneliti
akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti mengatur jadwal penelitian
dan prosedur kerja sama dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian.
2.
Tahap Formative Evaluation
1) Self
Evaluation
- Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian
pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan melakukan analisis siswa, analisis
kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan dikembangkan.
- Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang
akan dikembangkan yang meliputi pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang
akan di kembangkan. Kemudian hasil desain yang telah diperoleh dapat di
validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik triangulasi data
yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman
sejawat. Hasil pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama.
2) Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang
dikembangkan atas dasar self evaluation diberikan pada pakar (expert
review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya
dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan
prototipe kedua.
- Expert
Review
Pada tahap expert review, produk yang telah
didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh pakar. Pakar-pakar tadi
menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing prototipe. Saran–saran
para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap
ini, tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah
dibuat ditulis pada lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa
apakah desain ini telah valid atau tidak.
- One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan
desain yang telah dikembangkan kepada siswa/guru yang menjadi tester.
Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang telah dibuat.
- Small
group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang
dialami pada saat uji coba pada prototipe pertama dijadikan dasar untuk
merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian hasilnya
diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan
untuk revisi sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi
soal berdasarkan saran/komentar siswa pada small group dan hasil
analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.
3) Field
Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua
dijadikan dasar untuk merevisi desain prototipe kedua. Hasil revisi
diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan
atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan
haruslah produk yang telah memenuhi kriteria kualitas. Akker (1999)
mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas,
kepraktisan, dan efektivitas (memiliki efek potensial).
E. Kelebihan
dan Kelemahan Penelitian Pengembangan
Berikut
ini kelebihan Penelitian
Pengembangan atau Research and
Development yaitu
sebagai berikut:
a. Penelitian Pengembangan atau Research
and Development mampu menghasilkan
suatu produk / model yang memiliki nilai validasi tinggi, karena produk
tersebut dihasilkan melalui serangkaian uji coba di lapangan dan divalidasi oleh
ahli.
b. Penelitian Pengembangan atau Research
and Development akan selalu mendorong
proses inovasi produk/ model yang tiada henti / memiliki nilai suistanibility
yang cukup baik sehingga diharapkan akan ditemukan produk-produk / model-model
yang selalu actual sesuai dengan tuntutan kekinian
c. Penelitian Pengembangan atau Research
and Development merupakan penghubung
antara penelitian yang bersifat teoritis dengan penelitian yang bersifat
praktis
d. Metode
Penelitian Pengembangan atau Research
and Development merupakan yang metode cukup komprehensif ,
mulai dari metode deskriptif, evaluatif, dan eksperimen.
Kelemahan Penelitian Pengembangan atau Research
and Development yaitu
sebagai berikut:
a. Pada
prinsipnya Pengembangan
atau Research
and Development memerlukan waktu yang
relatif panjang; karena prosedur yang harus ditempuhpun relatif kompleks.
b. Pengembangan atau Research
and Development dapat dikatakan sebagai
penelitian “here and now” , Penelitian R & D tidak mampu digeneralisasikan
secara utuh, karena pada dasarnya penelitian R & D pemodelannya pada sampel
bukan pada populasi.
Sumber: http://ainamulyana.blogspot.co.id/2016/04/penelitian-pengembangan-research-and.html
No comments:
Post a Comment