Upaya menciptakan proses pembelajaran yang bermutu dan berhasil, dapat dilakukan dengan mewujudkan perilaku psikologis proses pengajaran dan pembelajaran antara (pendidik dan peserta didik) dapat berjalan secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Pernyataan ini, menunjukkan bahwa pengetahuan psikologi pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi guru (pendidik) dalam melaksanakan pengajaran dan bagi peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran. Di dalam proses pengajaran dan pembelajaran terjadi proses (interaksi) antara pendidik dengan peserta didik, dalam interaksi ini terdapat peristiwa psikologis yang dijadikan rambu-rambu oleh para pendidik dalam memperlakukan peserta didik secara efektif dan efesien. Para tenaga pendidik dituntut untuk memahami dan menguasai teori dan aplikasi psikologi pendidikan agar mereka melaksanakan pengajaran dalam proses pendidikan secara berdayaguna dan berhasilguna. Pengetahuan tentang psikologi yang berhubungan dengan pendidikan merupakan suatu keharusan yang mutlak yang perlu dikuasai oleh pendidik, peserta didik, akademisi pendidikan, peneliti pendidikan maupun (Stakeholders) pendidikan dalam melaksanakan tujuan pendidikan. Proses pengajaran dan pembelajaran menghadapi banyaknya perilaku-perilaku psikologis, baik prilaku individu, kelompok, dan sosial yang harus dipahami guru atau dosen (pendidik) dan peserta didik.
A.
Pengertian Psikologi Kognitif
Psikologi Kognitif
menaruh perhatian atas pertanyaan-pertanyaan yang menunjuk
pada cakupan psikologi kognitif, diantaranya :
a. Bagaimana
kita memperoleh, mentransformasikan, merepresentasikan, menyimpan, dan
mendapatkan kembali suatu pengetahuan/ informasi
b.
Bagaimana pengetahuan/ informasi
tersebut merebut perhatian kita
c.
Bagaimana kita merespon pengetahuan/
informasi yang kita terima.
Kognisi
merupakan proses internal yang tidak tampak. Pengetahuan(teori-teori/
model-model) yang dikembangkan untuk menjawab pertanyaan tersebut dibangun atas
dasar asumsi-asumsi tertentu.
B.
Model-model dalam Psikology Kognitif
Konsep-konsep ilmiah merupakan metafora yang
dihasilkan oleh manusia untuk membantu komprehensi terhadap realitas. Para ahli
psikologi menghasilkan model-model konseptual di dalam psikologi kognitif
dengan tujuan untuk mengembangkan suatu sistem yang mencerminkan sifat-sifat
persepsi manusia, berpikir, dan pemahaman terhadap dunia sekeliling.
Seperti telah disebutkan di atas, model-model
kognitif dibangun atas dasar asumsi-asumsi. Asumsi-asumsi tersebut merupakan
hasil observasi terhadap prosesproses kognisi manusia. Asumsi-asumsi yang
tertulis dalam tabel di atas diintegrasikan ke dalam suatu sistem besar, yang
disebut model kognitif.Pembuatan model-model tersebut dapat rnembuat observasi
selanjutnya menjadi lebih komprehensif.
Model yang paling umum digunakan untuk
menjelaskan psikologi kognitif adalah model pemrosesan informasi (information-processing
model). Model pemrosesan informasi telah mendominasi psikologi
kognitif, tetapi model-model yang lain, yang berkembang di dalam ilmu komputer
dan neuroscience
(ilmu tentang syarafl, telah dikombinasikan dengan psikologi kognitif,
membentuk ilmu kognitif.
a). Informasi diproses melalui tahapan yang
berurutan.
Tahapan-tahapan
tersebut misalnya: persepsi, pengkodean informasi, pemanggilan kembali informasi dari memori
(mengingat), pembentukan konsep, keputusan, dan produksi bahasa). Seluruh
komponen model pemrosesan informasi berhubungan dengan komponen-komponen yang
lain, sehingga tidak mudah untuk mengidentifikasi tahap yang pertama. Namun
demikian kita dapat berpikir bahwa proses tersebut diawali dengan datangnya
stimulus.
Stimulus tersebut
tidak secara langsung direpresentasikan di dalam otak, tetapi ditransformasikan
dalam struktur neurologis dan symbol-simbol yang bermakna, yang oleh beberapa
psikolog kogtiitif disebut Internal Representations (representasi
internal).
b). Tiap-tiap tahap menunjukkan fungsi-fungsi
yang unik.
Tiap-tiap tahap
menerima informasi dari tahap sebelumnya dan kemudian menampilkan fungsi
uniknya. Dua pertanyaan yang muncul dari model pemrosesan informasi adalah :
1.
Tahapan-tahapan
apa yang dilalui oleh informasi yang diproses ?
2.
Dalam
bentuk apakah suatu pengetahuan direpresentasikan ?
C. Cakupan Psikology
Kognitif Modern
Psikologi kognitif
menggunakan riset dan pendekatan-pendekatan teoritis dari wilayah utama
psikologi yang yang mencakup :
·
Persepsi
·
|
·
Imajeri
|
·
Neuroscience
|
·
Psikologi perkembangan
|
·
Perhatian
|
·
Berpikir dan pembentukan konsep
|
·
Persepsi pola polapola polapola
|
·
Intelligensi manusia
|
·
Memori
|
·
Intelligensi buatan
|
·
Bahasa
|
|
D. Asal Mula
Psikology Modern
Porsi terbesar psikologi kognitif adalah
berkaitan dengan persoalan bagaimana pengetahuan direpresentasikan di dalam
pikiran. Isu mengenai representasi pengetahuan (sering juga disebut
representasi internal), dalam beberapa abad telah memicu sejumlah pertanyaan
mendasar: bagaimana pengetahuan diperoleh, disimpan, ditransformasikan, dan
digunakan? Apakah sifat-sifat persepsi dan memori itu? Apakah berpikir itu, dan
bagaiman kemampuan tersebut berkembang?
Berikut ini adalah penelusuran kesan-kesan
dari berberpa aliran psikologi dalam menjawab pertanyaan mengenai bagaimana
peristiwa-peristiwa di luar diri seseorang menimbulkan reaksi internal.
a). Periode Awal
Ketertarikan terhadap
pengetahuan dapat dilacak dari Hiroglip Mesir Kuno. Tulisan tersebut
menunjukkan bahwa penulisnya meyakini pengetahuan berpusat di dalam hati,
merupakan pandangan yang juga disebarkan oleh filsuf Yunani, Aristoteles (384322
SM). Lain halnya Plato (427-347), ia berpandangan bahwa pikiran berpusat di
otak.
Isu mengenai
representasi pengetahuan ini juga didiskusikan oleh para filsuf Yunani dengan
konteks yang sekarang ini dikenal sebagai struktur dan proses. Namun kemudian
terbengkalai hingga abad 17-an. Meskipun semula para para psikolog modern masih
cenderung berdebat, masing-masing menekankan salah satu, struktur atau proses,
namun akhirnya terdapat peningkatan kesadaran bahwa kedua hal tersebut saling
berpelukan (merupakan sesuatu yang tak terpisahkan).
a.
Struktur,
yaitu organisasi system kognitif, sebagian besar bersifat metafora
(pengumpamaan). Struktur yang dipostulatkan (dirumuskan sebagai dalil) ini
merupakan "representatifl' organisasi keberadaan mental, bukan merupakan
suatu yang harafiah seperti yang digambarkan. Misalnya, struktur mengenai
memori oleh para teoris dikonsepkan terdiri dari memori jangka pendek dan
memori jangka panjang, direpresentasikan (digambarkan) dengan metafora
"kotak penyimpanan".
b.
Istilah
proses, menunjuk pada system operasi atau fungsi-fungsi kognisi seperti
analisa, transformasi atau perubahan peristiwa-peristiwa mental. Misalnya, hal
lupa, memory coding, perpikir, dll. Proses, bersifat aktif, sedangkan struktur
bersifat pasif.
c.
Struktur
dan proses bekerja bersama-sama dalam pemrosesan informasi.
b). Periode
Pertengahan
Para filsuf dan teolog renaissance nampaknya
cukup puas dengan pengetahuan yang berpusat di otak. Dan bahwa pengetahuan
tidak hanya diperoleh melalui panca indera, namun juga melalui penyelaman.
1)
Abad
18
Empiris Inggris
(Berkeley, Hume, James Mill dan anaknya John Steward Mill) mengusulkan bahwa
pengetahuan terdiri dari tiga tahap: (1) penginderaan secara langsung, (2)
mengkopi hasil penginderaan, (3) transformasi dari pengkopian tersebut,
berasosiasi dengan pikiran.
2)
Abad
19
Para filsuf bergerak
dari filsafat (yang bersifat spekulatif) ke bentuk disiplin yang berdasar
hasil-hasil empirik (Fechner, Brentano, Helmholtz, Wundt, Muller, Kulpe,
Ebbinghause, Gallon, Titchener, dan James).
Pada akhir
pertengahan abad 19 teori-teori representasi pengetahuan terpisah secara tegas:
1). Wundt (Jerman) dan Edward Titchener (AS)
menekankan
struktur representasi mental.
2). Franz
Brentano (Austria) menekankan proses representasi
mental.
3). William
James (AS): "baik struktur maupun mental sama-sama penting! Tidak seperti
perdebatan para filsuf pada masa-masa awal, dalam periode ini para tokoh meguji
adanya struktur atau proses tersebut secara eksperimental.
3) Awal Abad 20
Psikologi kognitif
yang dikonsepkan pada akhir abad 19 tiba-tiba tenggelam, digantikan dengan
Behaviorisme yang menggunakan kerangka kerja psikologi stimulus-respons (S-R).
Studi-studi mengenai operasi-operasi mental dan struktur internal seperti perhatian,
memori, dan berpikir beristirahat total selama 50 tahun. Bagi para behavioris,
representasi internal merupakan variable pengantara (intervening variables) yang
merupakan konstruk hipotetik yang diasumsikan mengantarai efek stimulus
terhadap respon. Tokoh-tokoh behaviorisme pada masda itu, Woodworth, Hull, dan
Tolman menikmati popularitas yang tinggi.
4) Kemunculan Kembali Psikologi Kognitif
Pada tahun 1950-an,
minat mulai berfokus kembali pada persoalan perhatian, memori, rekognisi pola
imaginasi, organisasi semantic, proses-proses bahasa, berpikir, dan topik-topik
psikologi kognitif lainnya. Jurnal jurnal penelitian dan kelompok kelompok
professional baru menandai bahwa para psikolog mulai beralih kembali kepada
psikologi kognitif. Kemunculan kembali psikologi kognitif ini dipicu oleh:
1).
Kegagalan Behaviorisme.
Behaviorisme gagal
memperhitungkan adanya perbedaan individual. Bagaimanapun juga nampak bahwa
proses mental internal berhubungan erat dengan stimulus dan menentukan
perilaku.
2).
Kemunculan teori-teori komunikasi.
Teori komunikasi
menyumbang eksperimen dalam deteksi sinyal, perhatian, cybernetics, dan teori
informasi yang sangat relevan dengan psikologi kognitif.
3).
Linguistik modern.
Cara pandang yang
baru mengenai bahasa dan struktur gramatikal mempengaruhi sikap terhadap
kognisi.
4).
Riset-riset mengenai memori.
5).
Ilmu komputer dan perkembangan teknologi.
Ilmu komputer,
khususnya sub-divisi Artificial Inteligence (AI) menyebabkan diuji kembali
postulat dasar mengenai pemrosesan dan penyimpanan memori seperti halnya
pemrosesan bahasa dan akuisisi (kemahiran). Penelitiaan-penelitian diperluas
dengan menggunakan alat-alat eksperimen yang baru.
5) Revolusi Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Kognitif
Pada tahun 1962
Thomas Khun (filsuf, ahli fisika, dan sejarawan dari Universitas Chicago)
menulis buku The Structure of Scientific Revolution. Karena buku ini berisi
pandangan baru mengenai perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan, dapat menjadi
cermin akan adanya revolusi dalam sejarah ilmu pengetahuan. Revolusi ilmu
pengetahuan menurut Thomas Khun ditandai oleh pergantian paradigma yang
berhubungan dengan penemuan monumental dan/atau peralihan sejumlah besar
ilmuwan dari metode-metode dan konsep-konsep tradisional.
Peralihan di dalam
psikologi Amerika antara tahun 1950-1960, menunjukkan adanya pergantian
paradigma yang oleh beberapa kalangan disebut sebagai revolusi kognitif. Lebih
tepatnya dapat dikatakan terjadi pada tahun 1956, yaitu saat dilaksanakannya
symposium teori informasi di kampus MIT yang melibatkan pembicara seperti Naom
Chomsky, Jerome Bruner, Allen Newell dan Herbert Simon, serta George Miller. Simposium
tersebut telah memberikan efek pendekatan baru dalam psikologi: menerima
proses-proses mental dan representasi pengetahuan sebagai kom nen yang perlu
dan syah (legitimate) untuk memahami psikologi manusia.
Tema utama revolusi
kognitif (kadang-kadang menunjuk pada " teori kotak putih"/ white-box theory)
adalah bahwa proses-pmses internal merupakan pokok bahasan dalam psikologi. Hal
ini berkebalikan dengan behaviorisme (kadang-kadang menunjuk pada " teori
kotak hitam"/ black-box tlreory) yang mengusulkan
bahwa respon-respon atau perilaku merupakan pokok bahasan psikologi yang
sebenarnya.
E. Teori Perkembangan Kognitif
Dikembangkan oleh Jean Peaget, seorang
psikolog Swis yang hidup tahun 18961980. Teorinya memberikan banyak konsep
utama dalam lapangan psikologi perkembangan dan berpengaruh terhadap
perkembangan konsep kecerdasan, yang bagi Piaget, berarti kemampuan untuk
secara lebih tepat mempresentasikan dunia dan melakukan operasi logis dalam
representasi konsep yang berdasar pada kenyataan. Teori ini membahas munculnya
dan diperolehnya schemata-skema tentang bagaimana seseorang mempersepsi
lingkungannya- dalam tahapan-tahapan perkembangan, saat seseorang memperoleh
cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori ini
digolongkan ke dalam konstruktivisme, yang berarti, tidak seperti teori
nativisme ( yang menggambarkan perkembangan kognitif sebagai pemunculan
pengetahuan dan kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun
kemampuan kognitif kita melalui tindakan yang termotivasi dengan sendirinya
terhadap lingkungan. Untuk pengembangan teori ini, Piaget memperoleh Erasmus
Prize. Piaget meembagi skema yang digunakan anak untuk memahami dunianya
melalui empat periode utama yang berkorelasi dengan semakin canggih seiring
pertambahan usia,
a.
Periode
sensorimotor ( usia 0-2 tahun)
b.
Periode
praoperasional (usia 2-7)
c.
Periode
operasional konkrit (usia 7-11)
d.
Periode
operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)
Sumber:
Solso, Robert, L. 1991. Cognitive Psychology. Singapore:
Allyn and Bacon.
F. Pembentukan Pengetahuan Menurut Model Konstruktivis
Pembentukan pengetahuan menurut model
konstruktivisme memandang subjek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif
dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini,
subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh
realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek
itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan
berdasarkan tuntutan lingkungan dan organism yang sedang berubah. Proses
penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi
(Piaget, 1988:60)
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme
adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan
penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka,
bukannya guru atao orang lam. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil
belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan.
Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri
dalam kehidupan kognitif siswa(Suparno, 1997: 81).
Belajar lebih diarahkan pada ezperiental
learning yaitu merupakan adaptasi kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di
laboratorium, diskusi dengan teman sejawat, yang kemudian dikontemplasikan dan
dijadikan ide dan pengembangan konsep baru.
Karenanya aksentuasi dari mendidik dan
mengajar tidak terfokus pada si pendidik melainkan pada pebelajar. Beiajar
seperti ini selain berkenaan dengan hasilnya (outcome) juga memperhatikan
prosesnya dalam konteks tertentu. Pengetahuan yang ditransformasikan diciptakan
dan dirumuskan kembali (created and recreated), bukan sesuatu yang berdiri
sendiri. Bentuknya bias objektif maupun subjektif, berorientasi pada penggunaan
fungsi konvergen dan divergen otak manusia (Semiawan, 2001:6).
Siswa akan menjadi orang yang kritis
menganalisis sesuatu hal karena mereka berpikir bukan meniru. Konstruktivisme
sebagai aliran psikologi kognitif menyatakan manusialah yang membangun makna
terhadap suatu realita. Implikasinya dalam belajar dan mengajar, bahwa
pengetahuan tidak dapat dipindahkan secara utuhlam upaya dari pikiran guru ke
pikiran siswa. Siswa sendirilah yang aktif secara mental dalam membangun
pengetahuannya (Howe, 1996: 45; Carl bereiter, 1994: 21-22). Pengetahuan dalam
pengertian konstruktivisme tidak dibatasi pada pengetahuan yang logis dan
tinggi. Pengetahuan di sini juga dapat mengacu pada pembentukan gagasan,
gambaran,gambaran, pandangan akan sesuatu atau gejala sederhana. Dalam
konstruktivisme, pengalaman dan lingkungan kadang punya arti lain dengan arti
seharihari. Pengalaman tidak harus selalu pengalaman fisis seseorang seperti
melihat, merasakan dengan indranya, tetapi dapat pula pengalaman mental yaitu
berinteraksi secara pikiran dengan suatu obyek (Suparno, 1977:80). Dalam
konstruktivisme kita sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan.
Pemerolehan ini dilakukan dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan, menggali dan
menilai sendiri apa yang kita ketahui.(Anonim, 2002:1)
Proses pembelajaran yang terjadi menurut
pandangan konstruktivisme menekankan pada kualitas dari keaktifan siswa dalam
menginterpretasikan dan membangun pengetahuannya. Setiap organism menyusun
Mengutamakan pengalamannya dengan jalan menciptakan struktur mental dan
menerapkannya dalam pembelajaran. Suatu proses aktif dalam mana organism atau
individu berinteraksi dengan lingkungannya dan mentransformasikannya ke dalam
pikirannya dengan bantuan struktur kognitif yang telah ada dalam pikirannya (Cobb,1994:15).
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan pembelajaran
konstruktivis, yaitu:
a). Mengutamakan
pembelajaran yang bersifat nyata dalam konteks yang relevan.
b). Mengutamakan
proses,
c). Menanamkan
pembelajaran dalam konteks pengalaman social,
d).Pembelajaran
dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman (Honebein, 1996:5)
Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal
penting yang menjadi perhatian Piaget yaitu struktur, isi dan fungsi.
a.
Struktur, Piaget memandang
ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental perkembangan
logis anak-anak. Tindakan(action) menuju pada operasi-operasi dan
operasi-operasi menuju pada perkembangan struktur.
Operasi memiliki
empat cirri yaitu: (1) operasi merupakan tindakan yang terinternalisasi. Tidak
ada garis pemisah antara tindakan fisik dan mental, (2) operasi bersifat
reversible, (3) operasi itu selalu tetap walaupun terjadi tranformasi atau
perubahan, (4)tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi berhubungan
dengan struktur atau sekumpulan operasi.
b.
Isi,merupakan pola
perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap
berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.
c.
Fungsi,
adalah cara yang digunakan organism untuk membuat kemajuan intelektual. Menurut
Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi yaitu organisasi dan
adaftasi (1) Organisasi memberikan pada arganisme kemampuan untuk
mengestimasikan atau mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi
system-sistem yang teratur dan berhubungan. (2) Adaptasi terhadap lingkungan dilakukan melalui dua proses yaitu
asimilasi dan akomodasi.
1.
Asimilasi adalah proses
kognitif dimana seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep ataupun pengalaman
baru kedalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi
dipandang sebagai suatu proses kognitif yang menempatkan dan mengklasifikasikan
kejadian atau rangsangan baru dalam skema yang telah ada. Proses asimilasi ini
berjalan terus. Asimilasi tidak akan menyebabkanperubahan/pergantian schemata
meiainkan perkembangan schemata. Asimilasi adalah salah satu proses individu
dalam mengadaptasikan dan rrtengorganisasikan diri dengan lingkungan baru
pengertian orang itu berkembang.
2.
.Akomodasi, dalam menghadapi rangsangan atau pengalaman
baru seseorang tidak dapat mengasimilasikan pengalaman yang baru dengan
schemata yang telah dipunyai. Pengalaman yang baru itu bias jadi sama sekali tidak
cocok dengan skema yang telah ada.Dalam keadaan demikian orang akan mengadakan
akomodasi. Akomodasi terjadi untu membentuk skema baru yang cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok
dengan rangsangan itu. Bagi Piaget adaptasi merupakan suatu keseimbangan antara
asimilasi dan akomodasi. Bila dalam proses asimilasi seseorang tidak dapat
mengadakan adaptasi terhadap lingkungannya maka terjadilah
ketidakseimabangan(disequilibrium). Akibat ketidakseimbangan itu maka’
terjadilah akomodasi dan struktur kognitif yang ada akan mengalami perubahan
atau munculnya struktur yang baru. Pertumbuhan intelektual ini merupakan proses
terus menerus tentang keadaan ketidakseimbangan dan keadaan
setimbang(disequilibriumequilibrium). Tetapi bila terjadi ketidakseimbangan
maka individu akan berada pada tingkat yang lebih tinggi daripada sebelumnya.
G.
Simpulan
Keberhasilan untuk mengembangkan ranah
kognitif juga akan berdampak positif
terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor ialah segala amal
jasmaniah yang konkret dan mudah diamati, baik kuantitasnya maupun kualitasnya,
karena sifatnya yang terbuka. Namun, disamping kecakapan psikmotor tidak
terlepas dari kecakapan kognitif dan banyak terikat oleh kecakapan afektif.
Banyak contoh yang membuktikan bahwa
kecakapan kognitif berpengaruh besar terhadap perkembangan kecakapan
psikomotor. Para siswa yang berprestasi yang baik ( dalam arti yang luas dan
ideal ) dalam bidang pelajaran agama misalnya sudah tentu akan lebih rajin
beribadah shalat, puasa, mengaji. Sebab ia merasa member bantuan itu adalah kebajikan ( afektif ), sedangkan perasaan
yang berkaitan dengan kebajikan tersebut berasal dari pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran agama yang ia
terima dari gurunya ( kognitif ).
Dari uraian diatas, dapat kita tarik
kesimpulan bahwa upaya guru dalam
mengembangkan keterampilan ranah
kognitif para siswanya merupakan hal
yang sangat penting jika guru tersebut menginginkan siswanya aktif mengembangkan sendiri keterampilan ranah-ranah psikologis lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Iskandar, M.Pd, Psikologi PendidikanSetelah Orientasi Baru,
Gaung Persada ( GP ) Press – 2009 ( Jambi)
Muhibbin Syah, M.Ed, Psiklogi Belajar, PT Gajah Grafindo Persada,
Jakarta, 2005, Pengantar dari Prof. Dr. S.C. Utami Munandar ( GuruBesar
Psikologi UI )
Anderson, John R, Cognitive Psychology and Its Implication, 3rd.
Edition. New York : W.H. Freeman and Company, 1990
Best, John B, Cognitive Psychology. 2nd Edition.
New York : Wet Publishing Company.1985
No comments:
Post a Comment