- Pengertian Metode Diskusi
Metode diskusi adalah
metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar memecahkan masalah (problem solving), yang lazim disebut
sebagai diskusi kelompok (group
discussion) dan resitasi bersama (socialized
recitation). Diskusi merupakan
percakapan ilmiah yang responsif berisikan pertukaran pendapat yang dijalin
dengan pertanyaan-pertanyaan problematis pemunculan ide-ide dan pengujian ide-ide
atau pun pendapat dilakukan oleh beberapa orang yang tergabung dalam kelompok
itu yang diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalahnya dan untuk mencari
kebenaran.
Sedangkan menurut Nana
Sudjana, bahwa diskusi pada dasarnya ialah tukar menukar informasi, pendapat,
dan unsur-unsur pengalaman secara teratur dengan maksud untuk mendapat pengertian
bersama yang lebih jelas dan lebih teliti tentang sesuatu, atau untuk
mempersiapkan dan merampungkan keputusan bersama.
Oleh karena itu, diskusi
bukan debat, karena debat adalah perang mulut, orang beradu argumentasi, beradu
paham, dan kemampuan persuasi untuk memenangkan pahamnya sendiri. Sedangkan
dalam diskusi, tiap orang diharapkan memberikan sumbangan pemikiran sehingga
seluruh kelompok kembali dengan paham yang dibina bersama. Dengan sumbangan
pemikiran dari setiap orang, kelompok diharapkan akan maju dari satu pemikiran
ke pemikiran yang lain, langkah demi langkah sampai kepada paham terakhir
sebagai hasil karya bersama.
Tujuan dari penggunaan
metode diskusi adalah untuk memotivasi (mendorong) dan memberi stimulasi
(memberi rangsangan) kepada siswa agar berpikir dengan renungan yang dalam (reflective thinking).
- Macam-Macam Diskusi Kelompok
Ditinjau dari sudut formalitas
dan jumlah peserta yang mengikutinya, diskusi dapat digolongkan menjadi 4
macam, yaitu:
a. Diskusi informal, aturannya lebih longgar
daripada aturan yang dipakai dalam diskusi-diskusi lainnya, karena sifatnya yang
tidak resmi. Jumlah pesertanya pun tidak perlu dibatasi secara ketat dan
biasanya hanya merupakan kelompok kecil yang salah seorang di antaranya tampil
sebagai pemimpin tanpa pembantu atau wakil.
b. Diskusi formal, aturan yang dipakai sebagai
tata tertib dalam diskusi ragam formal biasanya ketat dan rapi. Jumlah siswa
yang menjadi peserta pun umumnya lebih banyak bahkan dapat melibatkan seluruh
siswa. dan di antara peserta dipilih atau ditunjuk sebagai pemimpin atau
wakilnya, pemimpin berfungsi sebagai moderator, sedangkan wakilnya sebagai
sekretaris atau notulis yang ditugasi mencatat notulen.
c. Diskusi panel, biasanya diikuti oleh
seluruh siswa kelas. Kata “panel” sendiri berarti sekelompok pembicara yang
dipilih untuk berbicara. Tugas utama mereka adalah menjawab
pertanyaan-pertanyaan dari peserta. Aturan yang digunakan dalam diskusi panel
jelas, ketat, dan rapi, seperti halnya dalam diskusi ragam formal. Agenda
masalah dalam diskusi panel biasanya lebih luas dan terkadang merupakan
akumulasi agenda yang sebelumnya didiskusikan dalam diskusi ragam lain.
d. Diskusi simposium, penyelenggaraannya
hampir sama dengan diskusi formal lainnya, perbedaannya hanya agenda masalah
dalam simposium disampaikan oleh seorang pemrasaran atau lebih. Pemrasaran
secara bergiliran menyampaikan uraian pandangannya mengenai topik yang sama
atau salah satu aspek dari topik yang sama tersebut.
Apabila dilihat dari
sudut pola pemusatan orang yang berperan dalam diskusi di sekolah, metode
diskusi terbagi menjadi 2 pola, yaitu:
a. Pola diskusi teacher centrality (terpusat pada guru)
Dalam diskusi yang
berpola terpusat pada guru, peranan guru adalah sebagai berikut:
1) Indikator, yakni peserta yang
menampilkan agenda masalah yang akan dijadikan topik diskusi;
2) Direktur, yakni peserta yang
mengarahkan pembicaraan pada agenda masalah yang harus dibicarakan;
3) Moderator, yakni peserta yang diberi
wewenang mengatur lalu lintas pembicaraan para partisipan (siswa peserta);
4) Evaluator, yakni penilai kemajuan dan
partisipasi para partisipan baik sebagai individu maupun sebagai kelompok.
Sedangkan peran serta
para siswa sebagai partisipan, adalah sebagai berikut:
1) Kontributor, yaitu sebagai penyumbang
saran dan pemikiran, pembanding, dan penyanggah;
2) Evaluator, yaitu penilai taraf
keberhasilan upaya pemecahan masalah yang dilakukan lewat diskusi yang ia
ikuti.
b. Pola diskusi student centrality (terpusat pada siswa)
Dalam diskusi yang
menganut pola pemusatan kegiatan pada siswa, keterlibatan guru tidak langsung
tetapi peranannya tetap penting, karena ia harus menjalankan fungsinya sebagai:
1) Indikator, 2) Konsultan (penasehat), 3) Encourager
(pendorong semangat), 4) Observer, dan
evaluator (peninjau dan penilai
aktivitas partisipan). Adapun peran serta para siswa dalam diskusi berpola student centrality tersebut, adalah:
1) Sebagai moderator, yakni salah seorang
partisipan yang dipandang layak memimpin diskusi,
2) Sebagai kontributor, yaitu pemberi
kontribusi berupa pertanyaan, sanggahan, saran, dan sebagainya.
3) Sebagai encourager, yakni pemberi dorongan dan kesempatan kepada sesama
partisipan untuk turut aktif memberi kontribusi,
4) Sebagai evaluator, yakni penilai
jalannya pembahasan dan keputusan atau kesimpulan atau jawaban yang berhubungan
dengan pemecahan masalah yang disodorkan oleh guru sebagai moderator.
- Langkah-langkah Metode Diskusi
Beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam menggunakan metode diskusi, yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan atau perencanaan diskusi,
yaitu:
1) Tujuan diskusi harus jelas, agar
pengarahan diskusi lebih terjamin.
2) Peserta diskusi harus memenuhi
persyaratan tertentu, dan jumlahnya disesuaikan dengan sifat diskusi itu
sendiri.
3) Penentuan dan perumusan masalah yang
akan didiskusikan harus jelas.
4) Waktu dan tempat diskusi harus tepat,
sehingga tidak akan berlarut-larut.
b. Pelaksanaan diskusi, yaitu:
1) Membuat struktur kelompok (pimpinan,
sekretaris, dan anggota),
2) Membagi-bagi tugas dalam diskusi,
3) Merangsang seluruh peserta untuk
berpartisipasi,
4) Mencatat ide-ide atau saran-saran yang
penting,
5) Menghargai setiap pendapat yang
diajukan peserta,
6)
Menciptakan
situasi yang menyenangkan.
c. Tindak lanjut diskusi, yaitu:
1) Membuat hasil-hasil atau kesimpulan
dari diskusi,
2) Membacakan kembali hasilnya untuk
diadakan koreksi seperlunya,
3) Membuat penilaian terhadap pelaksanaan
diskusi tersebut untuk dijadikan bahan pertimbangan dan perbaikan pada
diskusi-diskusi yang akan datang.
- Kelebihan dan Kekurangan Metode
Diskusi
Kelebihan-kelebihan atau
manfaat yang dapat diambil dari pelaksanaan diskusi, adalah sebagai berikut:
a.
Peserta
didik memperoleh kesempatan untuk berpikir;
b.
Peserta
didik mendapat pelatihan mengeluarkan pendapat, sikap, dan aspirasinya secara
bebas; peserta didik belajar bersikap toleran terhadap teman-temannya;
c.
Diskusi
dapat menumbuhkan partisipasi aktif dari kalangan peserta didik;
d.
Diskusi
dapat mengembangkan sikap demokratis, dapat menghargai pendapat orang lain; dan
e.
Dengan
diskusi, pelajaran menjadi relevan dengan kebutuhan masyarakat.
Sedangkan menurut
Muhibbin Syah, bahwa pelaksanaan metode diskusi dalam pembelajaran, yaitu
dapat:
a.
Mendorong
siswa berpikir kritis,
b.
Mendorong
siswa mengekspresikan pendapatnya secara bebas,
c.
Mendorong
siswa menyumbangkan buah pikirannya untuk memecahkan masalah bersama, dan
d.
Mengambil
satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif jawaban untuk memecahkan
masalah berdasarkan pertimbangan yang seksama.
Selain
kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh metode diskusi seperti telah diuraikan
di atas, metode diskusi juga mempunyai kekurangan-kekurangan atau
kelemahan-kelemahan, yaitu:
a.
Diskusi
terlampau menyerap waktu, kadang-kadang diskusi larut dengan keasyikannya dan
dapat mengganggu pelajaran lain,
b.
Pada
umumnya peserta didik tidak berlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan
waktu diskusi dengan baik, maka kecenderungan mereka tidak sanggup berdiskusi,
dan
c.
Kadang-kadang
guru tidak memahami cara-cara melaksanakan diskusi, maka kecenderungan diskusi
menjadi tanya jawab.
Sedangkan menurut
Muhibbin Syah, bahwa metode diskusi yang dari permukaannya tampak bagus dan
sangat menjanjikan hasil yang optimal, ternyata juga mempunyai
kelemahan-kelemahan, yaitu:
a. Jalannya diskusi lebih sering
didominasi oleh siswa partisipan yang pandai, sehingga mengurangi peluang siswa
lain untuk memberikan kontribusi,
b. Jalannya diskusi sering terpengaruh oleh
pembicaraan yang menyimpang dari topik pembahasan masalah, sehingga pertukaran
pikiran menjadi asal-asalan dan bertele-tele, dan
c. Diskusi biasanya lebih banyak
memboroskan waktu, sehingga tidak sejalan dengan prinsip efisiensi.
Untuk itu, usaha yang
harus dilakukan oleh seorang guru agar diskusi dapat berjalan dengan baik dan
berhasil dengan baik, yaitu:
a. Masalahnya harus controversial,
artinya mengandung pertanyaan dari peserta didik. Masalah tersebut, menarik perhatian
mereka karena bertalian erat dengan mereka,
b. Guru harus menempatkan dirinya sebagai
pemimpin diskusi, ia harus membagi-bagi pertanyaan dan memberi petunjuk tentang
jalannya diskusi. Guru juga berperan sebagai penangkis terhadap pertanyaan yang
diajukan peserta didik, dan
c. Guru hendaknya memperhatikan
pembicaraan agar fungsi guru sebagai pemimpin diskusi dapat dilaksanakan
sebagaimana mestinya.
Pustaka:
Syaiful
Sagala. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta
Muhibbin
Syah, 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja
Rosda Karya,
No comments:
Post a Comment