BAB I PENDAHULUAN
Kehadiran
dan kecepatan perkembangan teknologi informasi (selanjutnya disebut TI) telah menyebabkan terjadinya proses perubahan
dramatis dalam segala aspek kehidupan.
Kehadiran TI tidak memberikan pilihan lain kepada dunia pendidikan selain turut serta dalam memanfaatkannya. TI
sekarang ini memungkinkan terjadinya proses
komunikasi yang bersifat global dari dan ke seluruh penjuru dunia sehingga batas wilayah suatu negara menjadi tiada dan
negara-negara di dunia terhubungkan menjadi
satu kesatuan yang disebut global village atau desa dunia. Melalui pemanfaatan TI, siapa saja dapat memperoleh
layanan pendidikan dari institusi pendidikan
mana saja, di mana saja, dan kapan saja dikehendaki.
Menurut
pemikiran penulis, TI adalah solusi bagi beragam masalah pendidikan.
Secara khusus, pemanfaatan TI dalam pembelajaran dipercaya akan: (a) meningkatkan kualitas pembelajaran, (b)
mengembangkan keterampilan TI (IT skills) yang diperlukan oleh siswa ketika bekerja dan
dalam kehidupannya nanti, (c) memperluas
akses terhadap pendidikan dan pembelajaran, (d) menjawab “the technological
imperative” (keharusan berpartisipasi dalam TI), (e) mengurangi biaya pendidikan,
dan (f) meningkatkan rasio biaya-manfaat dalam pendidikan.
Sistem
pendidikan yang tidak memanfaatkan TI akan menjadi kadaluwarsa dan kehilangan
kredibilitasnya. Namun, di sisi lain ada
juga pendapat yang menyatakan bahwa situasi ini lebih disebabkan oleh adanya
konspirasi yang mengakibatkan terjadinya ketergantungan dunia pendidikan
terhadap TI. Kedua pendapat itu tidak
perlu diperdebatkan karena memiliki kesahihan tersendiri dari persepektif yang
berbeda. Justru, yang seharusnya menjadi
perhatian adalah bagaimana dampak TI terhadap sistem pendidikan, terutama
sistem pembelajaran, serta bagaimana strategi pemanfaatan TI dalam
pembelajaran? Tentunya, untuk semua itu
diperlukan langkah-langkah strategis
agar dapat diperoleh hasil yang optimal.
Pembelajaran
merupakan salah satu subsistem yang tidak luput dari arus perubahan yang
disebabkan oleh kehadiran TI yang sangat intrusif. Dengan segala atributnya, TI
menjadi hal yang tidak dapat dihindarkan lagi dalam sistem pembelajaran.
Beragam kemungkinan ditawarkan oleh TI untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Di antaranya ialah (1) TI untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan
profesional tenaga pengajar, (2) TI sebagai sumber belajar dalam pembelajaran,
(3) TI sebagai alat bantu interaksi pembelajaran, dan (4) TI sebagai wadah
pembelajaran, termasuk juga perubahan
paradigma pembelajaran BI yang diakibatkan oleh pemanfaatan TI dalam pembelajaran.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Perubahan Budaya Pembelajaran
Pembelajaran
memiliki tradisi, asumsi, kaidah ilmiah, serta norma akademik yang
menjadikannya sebagai suatu sistem budaya tersendiri. Dari masa ke masa tradisi pembelajaran BI
mengalami perubahan, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, beragam
kebutuhan masyarakat, serta kemajuan teknologi informasi.
Seperti
telah diuraikan sebelumnya, TI membawa dampak tersendiri terhadap sistem
pembelajaran. TI menawarkan beragam
bentuk pemanfaatan dalam sistem pembelajaran pada khususnya dan pembelajaran
pada umumnya, yaitu Computer Assisted Instruction (CAI), Computer Managed
Learning (CML), dan Computer Mediated Communication (CMC). Bentuk pemanfaatan TI yang mutakhir dalam pembelajaran
adalah proses pembelajaran maya atau yang dikenal dengan istilah virtual
learning. Proses pembelajaran maya
terjadi pada kelas maya (virtual classroom) dan atau universitas maya (virtual
university) yang berada dalam cyberspace
(dunia cyber) melalui jaringan internet.
Proses
pembelajaran maya berintikan keterpisahan ruang dan waktu antara siswa dan
tenaga pengajar, serta sistem belajar terbuka yang berintikan akses yang
terbuka dan kebebasan memilih ragam sumber belajar serta alur proses belajar
oleh siswa. Pembelajaran maya yang memanfaatkan the world wide web (WWW) pada
prinsipnya memberikan apa yang diinginkan setiap orang (dalam beragam bentuk),
di tempat yang diinginkannya, pada saat yang diinginkannya ( to give what
people want, where they want it, and when they want it – www). Dengan demikian, siswa dapat memperoleh bahan
ajar yang sudah dirancang dalam paket-paket pembelajaran yang tersedia dalam
situs maya. Biasanya bahan ajar disediakan dalam bentuk multimedia terpadu, dan
kemungkinan untuk mencetak bagian-bagian tertentu pada printer seseorang. Siswa
dapat mempelajari bahan ajar tersebut sendiri, tanpa bantuan belajar apapun
atau dari siapapun. Jika diperlukan,
siswa dapat memperoleh bantuan belajar dalam bentuk interaksi yang
difasilitasikan oleh komputer, yaitu belajar berbantuan komputer (computer
assisted learning, atau interactive web pages), belajar berbantuan tenaga
pengajar secara synchronous (dalam titik waktu yang sama), maupun asynchronous
(dalam titik waktu yang berbeda), dan atau belajar berbantuan sumber belajar
lain seperti teman dan pakar melalui surat elektronik (e-mail), diskusi
(chat-room), perpustakaan (melalui kunjungan ke situs-situs basis informasi
yang ada dalam jaringan internet). Di
samping itu, siswa juga memiliki catatan-catatan pribadi dalam note-book. Penilaian hasil belajar mahasiswa (web-based
evaluation) juga dapat dilakukan secara terbuka melalui komputer, kapan saja mahasiswa merasa siap untuk
dinilai (atau embedded/terintegrasi dalam virtual course).
Secara
umum, proses pembelajaran maya dapat menjadi sistem pembelajaran tersendiri (instructor
independent), atau juga digabungkan dengan proses pembelajaran langsung (tatap
muka di kelas) yang mengandalkan kehadiran tenaga pengajar (instructor
dependent). Apapun bentuknya, pemanfaatan TI dalam pembelajaran membawa
perubahan tradisi atau budaya pembelajaran.
Dalam pembelajaran berbasis TI,
peran tenaga pengajar sebagai the sole authority of knowledge berubah
menjadi fasilitator bagi siswa untuk berinteraksi dengan berbagai sumber
belajar dan bersama siswa menemukan berbagai sumber belajar dan informasi terkini
dalam bidang ilmunya. Dalam hal ini, tenaga pengajar dan siswa tidak mungkin
lagi untuk bergantung hanya pada satu sumber belajar saja. Sumber belajar dalam
pembelajaran berbasis TI tidak hanya terbatas pada ruang kelas, satu orang
tenaga pengajar, satu buku teks, atau sumber yang terdapat di lingkungan
institusi pendidikan itu sendiri, melainkan terbuka lintas institusi, lintas
negara, dan lintas waktu.
Sementara
itu, adanya tuntutan untuk berinteraksi dengan beragam sumber belajar
mengakibatkan siswa perlu menguasai keterampilan navigasi informasi (knowledge
navigation), keterampilan berkomunikasi dengan beragam sumber belajar, dan
keterampilan belajar mandiri. Keterampilan tersebut merupakan rangkaian
kompetensi yang harus dikuasai siswa dan menjadi indikator kualitas siswa pada
era teknologi informasi. Dalam hal ini, siswa bukan lagi gelas kosong yang
harus diisi oleh tenaga pengajar, tetapi merupakan manusia utuh, unik, memiliki
potensi, serta kaya akan pengalaman belajar dan pengetahuan yang telah
dikuasainya.
Dengan
demikian, siswa diasumsikan mampu untuk belajar secara mandiri melalui
interaksinya dengan beragam sumber belajar.
Dengan perubahan-perubahan tersebut, budaya pembelajaran mengalami
perubahan secara keseluruhan. TI secara nyata menyebabkan terjadinya perubahan
budaya pembelajaran, dari pembelajaran yang berfokus pada tenaga pengajar atau
materi (teacher-centered atau content-centered) menuju budaya pembelajaran yang
berfokus pada siswa dan kompetensi, atau pengalaman belajar. Pembelajaran yang
berorientasi pada siswa/kompetensi memiliki ciri utama yang berbeda dari
pembelajaran berorientasi pada tenaga pengajar/materi. Perbedaan keduanya
adalah sebagai berikut.
Tabel
1 Perbedaan Pembelajaran Berdasarkan
Orientasinya
·
Pembelajaran berorientasi pada siswa atau kompetensi
dicirikan oleh:
•
Belajar
•
Siswa
•
Proses dan produk
•
Ragam alternatif
•
Penemuan atau konstruksi makna
•
Situasional dan
individual
|
Pembelajaran
berorientasi pada dosen atau materi dicirikan oleh:
·
Mengajar
·
Dosen
·
Materi keilmuan
·
Jawaban yang benar atau terbaik
·
Penyajian oleh dosen
·
Perampatan
|
Kendati
perbedaan keduanya bersifat continuum (rentangan), namun pembelajaran berbasis
TI akan secara kental diwarnai dengan pembelajaran yang berorientasi pada siswa
dan kompetensi. Dalam konteks ini, arti
belajar dan mengajar atau menjadi tenaga pengajar juga berubah sebagaimana
tampak dalam Tabel 1.
Tabel
tersebut menunjukkan bahwa dalam pembelajaran berorientasi pada siswa dan
kompetensi, belajar berarti menciptakan makna sebagai hasil interaksi siswa
dengan lingkungan belajar dan beragam sumber belajar, termasuk tenaga pengajar.
Dengan demikian, tidak ada lagi partisipasi siswa yang pasif menerima informasi
keilmuan yang disampaikan dosen, dan kemudian mereproduksi dari informasi
keilmuan secara benar dan tepat sebagai hasil belajar. Sementara itu, menjadi tenaga pengajar dalam pembelajaran
berorientasi pada siswa dan kompetensi berarti menjadi perancang pengalaman
belajar yang bermakna, dan menjadi fasilitator proses belajar siswa. Tenaga pengajar merupakan scaffolder yang
membantu siswa untuk mengisi ketimpangan skemanya (zone of proximal
development) Dengan demikian, dalam pembelajaran berorientasi pada siswa dan
kompetensi, tenaga pengajar tidak lagi mengajar, tetapi memberi bantuan kepada
siswa untuk berkembang. Perubahan budaya
belajar tersebut memperlihatkan bahwa dalam budaya belajar yang baru ini siswa
diposisikan sebagai pembelajar yang menggali, mengolah, dan membangun makna
(pengetahuan, sikap, dan keterampilan).
Orientasi pembelajaran pun bergeser dari teaching ke learning, dari
transmission (sekadar penyampaian informasi) ke transaction dan transformation
(memberdayakan siswa sebagai individu yang memiliki potensi dan kemampuan untuk
menggali, mencari, serta mengolah dan memaknai informasi).
Tabel
2 Perbedaan Paradigma Pembelajaran
Pembelajaran berorientasi pada
Tenaga Pengajar/Materi
|
Pembelajaran berorientasi pada
Siswa dan Kompetensi
|
||
Belajar adalah
|
Mengajar adalah
|
Belajar Adalah
|
Menjadi
pengajar adalah
|
… menghasilkan kinerja yang betul/
benar (correct performance of a
task)
|
…
menyampaikan
informasi
keilmuan yang akurat dan benar
|
… pemahaman pribadi (personal
understanding)
|
… merancang tugas yang
menantang
|
… proses yang
kumulatif
|
… berurutan (sequential)
|
… sangat individual, bermakna, dan selektif
|
… mengobservasi
perkembangan siswa, dan
berinteraksi dengan siswa
untuk menegosiasi makna
|
… menerima semua informasi keilmuan
(receptive)
|
… menyampaikan
informasi secara
langsung kepada
siswa
|
… aktif berpartisipasi (mental maupun
fisik)
|
… membantu proses belajar siswa
|
… proses yang
terjadi di luar
kemudian masuk ke dalam diri siswa
|
… menata lingkungan sesuai
urutan (sequence)
|
… mengkonstruksikan
(membangun)
makna
|
… menciptakan
ketidakseimbangan yang menantang siswa
untuk berpikir kritis
|
… berlatih dan
menunjukkan
keterampilan (yang benar)
|
… memberi penghargaan kepada tugas/ jawaban
yang benar
|
… mengkaji dan
mengintegrasikan
beragam informasi dalam rangkaian
kebermaknaan
|
… membantu siswa untuk mengkaji ulang dan menganalisis kasus/
serangkaian kejadian
|
… menghindari
kesalahan
|
… menyampaikan
“satu kebenaran”
kepada siswa
|
… berani berbuat salah dan memperbaikinya
|
… menyajikan beragam perspektif, dan
kesalahan siswa merupakan bagian
yang melekat dalam proses belajar
|
Perubahan
budaya pembelajaran sebagai akibat pemanfaatan TI sangat bergantung pada
berbagai komponen dalam sistem pendukung pembelajaran. Tenaga pengajar
merupakan salah satu komponen terpenting yang sangat berperan dalam perubahan tersebut. Perubahan budaya
pembelajaran menuntut kemampuan kreatif, akses, serta wawasan tenaga pengajar
tentang perubahan tersebut. Di samping itu, tenaga pengajar juga dituntut untuk
memiliki keterampilan teknis penguasaan TI agar dapat melakukan perubahan
secara operasional, dan bersikap positif terhadap TI serta perubahan
tersebut.
Di
samping tenaga pengajar, siswa juga perlu dipersiapkan, begitu juga para
administrator pembelajaran, karena tidak ada perubahan yang terjadi secara
isolatif dan dalam kondisi vakum. Dengan
demikian, perubahan budaya pembelajaran yang diakibatkan oleh pemanfaatan TI
bukan hanya untuk segelintir orang saja, atau satu dua komponen saja, tetapi
berlaku bagi semua tatanan sistem pembelajaran, bahkan sistem pendidikan di
suatu institusi pendidikan secara umum.
Konsekuensinya,
imbas maupun hasil dari perubahan budaya pembelajaran juga menjadi milik
seluruh pihak yang berkontribusi dalam pembelajaran. Iklim akademik yang diciptakan oleh
pemanfaatan TI dalam pembelajaran adalah
adanya transparansi pembelajaran (sehingga pembelajaran tidak menjadi ritual
milik tenaga pengajar saja), keterbukaan akan keberagaman (karena sumber belajar
yang tidak hanya satu, dan berbagai alternatif sumber informasi yang tersedia),
serta proses evaluasi pembelajaran yang otentik dan berkelanjutan (sebagai
bentuk akuntabilitas). Iklim akademik yang tertutup yang telah menjadi tradisi
yang diwariskan secara turun temurun menjadi minimal atau bahkan hilang dan
digantikan dengan iklim akademik yang
terbuka dalam pembelajaran yang memanfaatkan TI.
B.
Pemanfaatan TI dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama
Berbagai
kalangan mempersepsikan TI akan menjadikan pembelajaran lebih efektif, efisien,
dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Namun, perlu diperhatikan bahwa
TI bukanlah tujuan atau pembelajaran itu sendiri, sehingga betapapun
mempesonanya TI dengan segala kapasitas dan atributnya, tetapi pembelajaran itu
sendiri yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hasilnya.
Secara
umum, TI dalam pembelajaran memiliki potensi untuk memberdayakan siswa, yaitu
mendorong tumbuhnya keterampilan belajar siswa (learning to learn),
keterampilan bernalar siswa (higher order thinking skills), keterampilan
berkomunikasi (secara tertulis ataupun lisan), dan juga kemampuan siswa untuk
menemukan beragam sumber belajar. Pemanfaatan TI yang dirancang dengan cermat
dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam pembelajaran, serta kemandirian siswa
untuk menginisiasikan kontak, diskusi, dan refleksi untuk memperbaiki hasil
belajarnya. Oleh karena itu, pemanfaatan TI juga dipercaya dapat meningkatkan
kemampuan siswa untuk bekerja secara kelompok, dan meningkatkan keterampilan
sosial siswa. Keterampilan sosial siswa dalam pemanfaatan TI bukanlah
keterampilan sosial dalam definisi tradisional, tetapi keterampilan sosial
dalam era TI – misalnya pemanfaatan telepon genggam, short message services,
dan palm notebook. Sekarang ini
seseorang memiliki keterlibatan sosial yang jauh lebih tinggi daripada sebelum
ada TI (misalnya e-mail, atau telepon genggam).
Secara
operasional, TI dapat dimanfaatkan dalam pembelajaran sebagaimana media
pembelajaran lain. Presentasi
menggunakan powerpoint dan LCD (liquid crystal display) dapat digunakan oleh
seorang tenaga pengajar dalam menyajikan materi pembelajaran. Begitu juga
dengan video atau kaset audio. E-mail dapat digunakan untuk tenaga pengajar
mengirimkan tugas individual kepada siswa, dan digunakan siswa untuk memasukkan
tugasnya kepada tenaga pengajar atau berdiskusi dengan temannya tentang
tugasnya. Jaringan internet juga dapat digunakan untuk mencari informasi yang
terdapat di berbagai situs institusi ataupun publikasi ilmiah.
Secara
khusus, TI dalam pembelajaran dapat dimanfaatkan untuk mencari beragam sumber belajar, sebagai alat bantu interaksi
pembelajaran, sebagai wahana penyediaan materi pembelajaran, mengakomodasikan
produk hasil belajar siswa, dan berkomunikasi (siswa dengan siswa, siswa dengan
tenaga pengajar, siswa dengan beragam sumber), serta untuk pengembangan
profesionalitas tenaga pengajar.
1. TI untuk Beragam Sumber Belajar
TI dapat digunakan untuk
mencari beragam sumber belajar yang ada di jaringan internet. Sumber belajar yang ada di jaringan internet
memiliki ruang lingkup yang sangat luas berasal dari berbagai jenis informasi –
misalnya surat kabar, majalah ilmiah, catatan pribadi, kutipan, peribahasa,
buku, dan iklan. Selain itu, sumber belajar yang ada di jaringan internet
relatif bersifat mutakhir, sehingga siswa dan tenaga pengajar dapat mengikuti
perkembangan bidang ilmu dengan baik.
Mengingat ruang lingkup TI
yang luas, mencari sumber belajar di jaringan internet memerlukan keterampilan
tersendiri. Tenaga pengajar dan siswa perlu menguasai keterampilan temu kembali
informasi (information retrieval skills) menggunakan mesin-mesin pencari
informasi (search engine) di jaringan internet. Keterampilan temu kembali
informasi dapat membantu tenaga pengajar dan siswa untuk membatasi ruang
lingkup sumber belajar yang dibutuhkannya.
Dalam hal kegiatan
pembelajaran, sumber belajar yang tersedia di jaringan internet belumlah
terlalu banyak. Contoh sumber belajar yang tersedia di internet yang dapat
digunakan oleh guru Bahasa Indonesia, antara lain:
No
|
Aspek Pembelajaran
|
Alamat Situs
|
Informasi yang
disampaiakan
|
1
|
Keterampilan Menulis
|
http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/wahya.doc
|
Makalah keterampilan menulis
|
2
|
Ketarmpilan Berbicara
|
http://www.damar.or.id/artikel/keterampilandasarfasi
litator.php
|
Berbicara sebagai Keterampilan Dasar
Fasilitator
|
3
|
Keterampilan Menyimak
|
http://www.ialf.edu/kipbipa/papers/IimRochima.doc
|
Artikel tentang pentingnya menyimak
|
4.
|
Keterampilan Membaca
|
http://www.itb.ac.id/Ip3/aa/bab03.doc
|
Keterampilan Membaca dan Belajar
|
5
|
Tata Bahasa
|
http://www.seasite.niu.edu/Indonesia/TataBahasa/De
fault.htm
|
Tata Bahasa Indonesia (Berbahasa Inggris)
|
6.
|
Kosakata
|
http://www.mail-archive.com/i18n@linux.or.id/msg.00119.html
|
Kosakata bahasa Indonesia (Berbahasa Inggris)
|
7.
|
Kesusastraan
|
http://www.cybersastra.net
|
Perkembangan Sastra Terkini
|
8.
|
Kebahasaan
|
http://www.bahasa-sastra.web.id
|
Perkembangan Bahasa dan Makalah Bahasa
Indonesia (sastra)
|
9
|
Pengajaran Bahasa Indonesia
|
http://www.dikdasmen.depdiknas.go.id/html/plp/kompetensi_guru_bahasa_in.htm/http://www.pdk.go.id/Jurnal/32/pelaksanaan_pengajaran_bahasa_in.htm/
|
Kompetensi guru bahasa Indonesia
|
2.
TI sebagai Alat Bantu Interaksi Pembelajaran
Memanfaatkan TI sebagai alat
bantu interaksi pembelajaran memerlukan perancangan pembelajaran yang
sistematik. Perlu dihindarkan
pemanfaatan TI yang bersifat sekadar suplemen atau bagian tambahan yang tidak bermakna
bagi proses pembelajaran. Oleh karena
itu, sejak awal, perlu ada kejelasan tentang keterampilan atau kompetensi yang
hendak dicapai melalui pemanfaatan TI. Berturut-turut kemudian perlu
dipertimbangkan dampak pengiring (nuturant effect) dan nilai tambah (added
value) yang diperoleh dari pemanfaatan TI (dibandingkan pemanfaatan media lain),
jangka waktu interaksi, bagaimana interaksi akan dilaksanakan (Kontak dengan siapa?
Strategi?).
Untuk keterampilan berbahasa
misalnya, sumber belajar di jaringan internet serta TI dapat dimanfaatkan
sebagai berikut.
Tabel
4. Contoh Sumber Belajar Keterampilan Berbahasa
Membaca
|
Keterampilan
membaca cepat, membaca bermakna, inferensi, skimming dan scanning, analisis
wacana
|
Menulis
|
Keterampilan
menulis beragam jenis tulisan: surat, sinopsis, karya ilmiah, rangkuman,
argumentasi, puisi, cerita pendek, dll.
|
Menyimak
|
Keterampilan
mendengarkan – dari berbagai situs radio, televisi.
|
Berbicara
|
Latihan
(drill and practice), diskusi, pengambilan keputusan, mengobrol.
|
Interaksi untuk keterampilan
membaca, menulis, menyimak dapat diakomodasikan melalui pemanfaatan TI dan
sumber belajar di internet. Namun,
interaksi untuk keterampilan berbicara sampai saat ini masih memerlukan pemanfaatan
TI yang berbasis komputer dalam bentuk computer assisted instruction, dan
program simulasi yang lebih menekankan pada latihan berbicara (drill and
practice).
Sementara itu, untuk unsur
bahasa seperti kosakata, tata bahasa, kesusasteraan, dan kebahasaan, interaksi
berbasis TI dapat dimanfaatkan secara optimal.
Untuk kosakata, di jaringan internet terdapat berbagai kamus, termasuk
tesaurus. Mudah-mudahan Kamus Umum Bahasa Indonesia sudah masuk dalam internet,
begitu juga brosur perkembangan bahasa Indonesia. Untuk kesusastraan dan
kebahasaan, analisis dan kajian berbagai karya dapat ditemukan di internet,
sehingga diskusi dan analisis lebih lanjut (perbandingan dan argumentasi,)
dapat difasilitasi.
3.
TI sebagai Wahana Materi Pembelajaran
TI dapat digunakan sebagai bagian
terintegrasi dalam materi pembelajaran.
Beragam sumber belajar yang dapat ditemukan di jaringan internet melalui
pemanfaatan TI. Disamping itu, TI juga
membantu tenaga pengajar yang mau dan ingin mengembangkan program pembelajarannya
di internet. Tenaga pengajar dapat
merancang suatu program pembelajaran yang sistematis, kemudian dilengkapi
dengan beragam komponen, seperti komponen e-text, e-video, e-audio, sumber
belajar lain (URL addresses), e-test, e-exercises/ assignment. Setelah itu, tenaga pengajar dapat membuat
rancangan pembelajaran atau SAP untuk semua materi tersebut, sehingga siswa
kemudian dapat melakukan pembelajaran mandiri dengan menggunakan beragam
komponen pembelajaran berbasis TI yang telah dirancang oleh tenaga
pengajar.
TI sebagai wahana materi
pembelajaran juga memberikan kesempatan kepada siswa untuk memuat hasil
karyanya (produk dalam bentuk apapun) di jaringan internet. Siswa dapat secara kreatif membuat situsnya
sendiri yang berisi hasil-hasil karyanya selama mengikut proses
pembelajaran. Dengan demikian, situs
siswa akan menjadi portofolio yang menunjukkan hasil karya dan kompetensi yang
dicapainya.
4.
TI dalam Pengembangan Profesional Tenaga Pengajar
TI memiliki peran penting dalam pengembangan
profesional tenaga pengajar. Melalui pemanfaatan TI, tenaga pengajar dapat
menjadikan internet sebagai perpustakaannya, menjadikan e-mail sebagai alat
komunikasi antarsejawat, menjadikan bulletin board sebagai sarana untuk
memperoleh informasi mutakhir tentang bidang ilmunya, dan menjadikan kesempatan
chatting untuk mengobrol (atau berdiskusi) dengan santai tentang bidang
ilmunya.
Berikut ini alamat situs beberapa
perpustakaan digital, asosiasi profesi, jurnal, perguruan tinggi yang
menawarkan program studi lanjut dalam bidang pendidikan.
Tabel
5 Contoh Situs Pengembangan Profesional
Tenaga Pengajar
No
|
Jenis Informasi
|
Alamat Situs
|
Informasi yang Disampaikan
|
1
|
Perpustakaan On-line
|
http://www.lib.uum.edu.my/
|
Koleksi buku on-line (berbahasa
Inggris)
|
2
|
Asosiasi Profesi
|
http://www.dewankehormatanpwi.com/aktivitas.php?Subjek=1/
|
Kode etik insan pers
|
3
|
Jurnal PT yang menawarkan beasiswa,
termasuk jurusan bahasa Indonesia
|
http://www.dikti.org/linkPT.html/
|
Link perguruan tinggi se-Indonesia yang
menawarkan beasiswa BPPS
|
C.
Optimalisasi Pemanfaatan TI dalam Pembelajaran
Kehadiran
TI pada saat ini sudah tidak mungkin dihindarkan lagi. Oleh karena itu, diperlukan kesiapan untuk
menerima TI, dan kemampuan untuk memanfaatkannya seoptimal mungkin. Untuk dapat memanfaatkan TI dalam
pembelajaran secara optimal, diperlukan hal-hal berikut:
(1) Visi
Pembelajaran – yang menjelaskan bagaimana pembelajaran seharusnya:
karakteristik, proses, dan paradigmanya – di masa mendatang. TI membawa
perubahan dalam berbagai aspek pembelajaran, termasuk paradigma
pembelajarannya. Apakah pembelajaran BI tetap berfokus pada materi dan tenaga
pengajar? Ataukah pembelajaran yang diinginkan adalah yang berfokus pada siswa
atau kompetensi? Apakah pembelajaran akan
memiliki sifat fleksibel, dari sisi peserta pembelajaran serta akses? Apakah pembelajaran dipersepsikan memerlukan
TI? Dalam hal ini, perlu ada kejelasan
visi pembelajaran yang memanfaatkan TI, sehingga TI dapat dimanfaatkan dengan
optimal.
(2) Realokasi sumber daya – hal ini sangat
penting karena dari waktu ke waktu penerimaan
setiap lembaga pendidikan relatif tidak meningkat. Untuk memanfaatkan
TI, yang memiliki initial cost yang sangat tinggi, diperlukan keberanian
pimpinan lembaga pendidikan untuk merealokasikan sumberdaya sesuai dengan
prioritas yang ditentukan. Alokasi sumberdaya ini dapat dibuat secara bertahap
sehingga pengembangan pemanfaatan TI pun dilakukan secara bertahap dan
sistematik.
(3) Strategi implementasi – Sesuai dengan
alokasi sumberdaya yang dibuat bertahap, maka strategi implementasi pun perlu
dilakukan secara bertahap dan sistematik.
Pentahapan ini menjamin bahwa langkah yang dilakukan tidak terlalu besar
sehingga dapat memutarbalikkan tradisi pembelajaran yang sekarang sudah
berjalan dan banyak orang sudah merasa nyaman dengan hal itu. Pentahapan juga
dapat memberikan gambaran tentang keuntungan dari pemanfaatan TI, contoh
keberhasilan pemanfaatan TI yang kemudian dapat dirampatkan kepada kasus-kasus
lainnya, serta nilai tambah yang dapat diperoleh melalui pemanfaatan TI
(misalnya keterampilan tenaga pengajar, siswa)
(4) Infrastruktur
– sarana dan prasarana menjadi sangat penting dalam upaya pemanfaatan TI dalam
pembelajaran. Pemanfaatan TI sangat bergantung pada kehadirang perangkat keras
pendukung, perangkat lunak, jaringan, serta sumberdaya manusia yang dapat
mendukung. Jika salah satu tidak
tersedia, maka pemanfaatan TI tidak akan optimal.
(5) Akses
siswa kepada TI – walaupun pemanfaatan sudah dirancang dengan sistematis dan
cermat, jika siswa tidak atau belum memiliki akses terhadap TI, maka
pemanfaatan TI akan menjadi beban semata.
Jika memungkinkan, institusi pendidikan dapat menyediakan TI yang dapat
diakses oleh siswa, atau institusi pendidikan dapat menjamin bahwa siswa dapat
mengakses TI, misalnya melalui penyediaan daftar warnet, computer and internet
rental.
(6) Kesiapan tenaga pengajar – Pembelajaran merupakan proses untuk
knowledge production, knowledge transmission, dan knowledge application dalam
bidang pendidikan.
Sementara
itu, TI adalah alat yang dapat mempermudah dan mempercepat terjadinya proses
tersebut. Tenaga pengajar perlu memiliki
sikap dan pengetahuan yang jelas tentang hal tersebut, sehingga tidak menjadikan
TI sebagai pembelajaran itu
sendiri.
Oleh
karena itu, persiapan tenaga pengajar dimulai dari tahap penyadaran, sampai
tahap adopsi dan pemanfaatan perlu dilakukan, melalui berbagai cara, seperti
pelatihan, learning by doing, sekolah lanjut. Kesiapan tenaga pengajar meliputi
computer and internet literacy, pengetahuan teknis dan operasional komputer dan
internet, keterampilan merancang
pembelajaran berbasis TI keterampilan memproduksi pembelajaran berbasis TI,
serta keterampilan mengintegrasikan TI dalam sistem pembelajaran secara umum.
Institusi pendidikan perlu melakukan penataan tentang penghargaan bagi tenaga
pengajar yang telah mulai berpartisipasi dalam pemanfaatan TI, sebagai salah
satu bentuk motivasi eksternal.
(7) Kendali
mutu dan penjaminan mutu – Inisiasi pembelajaran berbasis TI perlu disikapi sebagai proyek pengembangan
kualitas pembelajaran. Dalam hal ini,
perencanaan secara konseptual maupun operasional merupakan syarat yang tidak
dapat ditawar.
Pemantauan
inisiasi selama dilaksanakan juga merupakan mekanisme pengendalian mutu yang
tidak dapat dihindarkan. Kemudian,
evaluasi keberhasilan (cost-effectiveness dan cost efficiency) menjadi mata
rantai akhir untuk menentukan sejauhmana pembelajaran berbasis TI dapat
memberikan hasil yang optimal. Perlu diyakinkan bahwa pembelajaran berbasis TI
akan memberikan hasil sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan,
bukannya berkurang atau menyimpang.
(8) Kolaborasi dan konsorsium – Pembelajaran berbasis TI, seperti juga
pembelajaran berbasis TI lainnya, tidak mungkin untuk berdiri sendiri. Kolaborasi dan pengembangan jejaring keahlian
merupakan landasan dasar dari keberhasilan pembelajaran berbasis TI. Artinya, dituntut kerjasama dari berbagai
pihak dalam beragam peran untuk dapat mengembangkan pembelajaran berbasis TI,
melaksanakannya, serta mengevaluasi dan merevisi untuk kemudian meningkatkan
kualitasnya.
Kedelapan
strategi tersebut memerlukan perencanaan dan juga sumberdaya yang tidak
sedikit. Apakah kita mampu dan mau melakukan semua itu? Menurut Machiavelli
dalam bukunya The Prince: “There is nothing more difficult to plan, more
doubtful of success, nor more dangerous to manage than the creation of a new
order of things”. Jika memang kita perlu
berubah, maka kita dapat melakukannya.
BAB
III SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
TI
dapat membantu untuk memperkaya, mempermudah, dan mempercepat pembelajaran yang
selama ini sudah dilaksanakan berdasarkan tradisi akademiknya. Dengan beragam
kemudahan yang dijanjikan TI, pemanfaatan TI dipercaya akan dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran. Di samping itu, pembelajaran
berbasis TI juga menyebabkan terbukanya akses terhadap pembelajaran bagi semua
orang secara luas.
B.
Saran
Dalam
meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, TI merupakan salah satu upaya yang
harus dicobaterapkan secara perlahan-lahan. Pembelajaran dengan memanfaatkan TI
hendaknya dapat diterima pikiran terbuka (sehingga kita dapat mempelajarinya
dan mengkaji secara mendalam keuntungannya bagi pembelajaran), dan hati yang
terbuka (sehingga kita dapat membantu mereka yang belum dapat menerima TI, atau
belum memiliki akses terhadap TI).
DAFTAR
PUSTAKA
Barron,
A.E., et. al. 2002. Technologies for Education: A Practical Guide. 4th
Ed. Greenwood Village, CO: Libraries
Unlimited.
Khan,
A.W. 2002. Telecommunications and the
Global Education Challenge. PTC 2002
Plenaries.
Newby,
T. J., et. al. 2000. Instructional Technology for Teaching and Learning:
Designing Instruction, Integrating Computers, and Using Media. 2nd Ed.
Upper Saddle River, N.J.: Merill Prentice Hall.
Padolina,
C.D. 2001. IT for University Teaching. Paper presented at the UP Alumni Council
Meeting, Bahay Alumni, UP Diliman, Quezon City, June 15, 2001.
Purbo,
O. W. 2003. Indonesia. Digital Review of Asia Pacific 2003/2004.
Teeler,
D. & Gray, P. 2000. How To Use The Internet in ELT. Essex, England: Pearson
Education Limited.
No comments:
Post a Comment