A. Latar Belakang
Menurut Yin (2012) studi
kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks
kehidupan nyata, apabila batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak
secara tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti.
Pengertian Studi Kasus Secara sederhana studi kasus dapat diartikan sebagai
suatu metode penyelidikan secara langsung dengan latar yang alamiah dan
memusatkan perhatian pada suatu peristiwa secara intensif dan rinci. Setiap
penelitian empiris sekurang-kurangnya memiliki desain peenelitian yang
implisit, jikalau tidak bisa yang eksplsit.
Studi kasus menjadi metode paling sesuai untuk fase penyelidikan dari sebuah penelitian karena mengedepankan survey dan proses historis sebagai jalan untuk penjelasan yang bersifat sebab musabab (kausalitas). Meskipun demikian, metode studi kasus hanya merupakan persiapan metode penelitian dan tidak dapat digunakan untuk menggambarkan atau menguji suatu masalah.
Beberapa tantangan dalam penggunaan studi kasus sebagai sebuah metode, antara lain:
Dalam melakukan penelitian studi kasus diperlukan juga desain penelitian. Menurut Nachmias dan Nachmias (1976), desain penelitian adalah suatu rencana yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Dalam hal ini desain penelitian merupakan suatu model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kausal antarvariabel di dalam suatu penelitian.
Desain penelitian tersebut juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi, yaitu apakah interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau situasi-situasi yang berbeda (Yin, 2012). Dapat disimpulkan bahwa desain penelitian mengarahkan peneliti pada sebuah prosedur atau langkah-langkah yang menjadi acuan sebuah penelitian sehingga peneliti tidak mengalami jalan buntu dalam melaksanakan penelitian.
B. Rumusan Masalah
Kriteria penetapan kualitas desain penelitian sangat berpengaruh terhadap suatu penelitian. Demikian juga untuk penelitian studi kasus. Kriteria kualitas desain penelitian berkaitan dengan:
Selanjutnya adalah pelaksanaan pengumpulan data dalam studi kasus. Bukti atau data untuk keperluan sebuah studi kasus pada dasarnya berasal dari enam sumber, antara lain:
1) Dokumen
Sementara itu, perbedaan antara penelitian studi kasus holistik (jenis 1) dan terpancang (jenis 2) adalah pada jumlah unit analisis yang digunakan. Pada jenis yang pertama, jumlah unit analisis yang digunakan pada umumnya hanya satu atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak dapat dijelaskan, karena terintegrasi dengan kasusnya. Dalam penelitian studi kasus yang demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan karena kasus tersebut juga sekaligus merupakan unit analisis dari penelitian.
Sedangkan jenis yang kedua, penelitian studi kasus terpancang memiliki unit analisis lebih dari satu. Hal ini dapat terjadi karena didasari oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis. Tuntutan penggunaan lebih dari satu unit analisis biasanya disebabkan oleh tujuan penelitian yang ingin menjelaskan hubungan secara komprehensif dan detail setiap bagian dari kasus secara lebih mendalam. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin banyak jenis unit analisis yang digunakan, sifat alamiah penelitian akan semakin kabur, karena cenderung menjadi penelitian yang terikat pada keberadaan unit analisisnya.
Studi kasus menjadi metode paling sesuai untuk fase penyelidikan dari sebuah penelitian karena mengedepankan survey dan proses historis sebagai jalan untuk penjelasan yang bersifat sebab musabab (kausalitas). Meskipun demikian, metode studi kasus hanya merupakan persiapan metode penelitian dan tidak dapat digunakan untuk menggambarkan atau menguji suatu masalah.
Beberapa tantangan dalam penggunaan studi kasus sebagai sebuah metode, antara lain:
1. Peneliti harus mengidentifikasi kasus yang
akan diteliti dan melakukan sistem pembatasan, mengenali beberapa opsi yang
mungkin untuk dijadikan pilihan dan memahami kasus atau isu yang layak untuk
diteliti.
2. Peneliti harus mempertimbangkan untuk
mempelajari satu atau banyak kasus. Motivasi peneliti untuk mempertimbangkan
banyak kasus adalah ide dari generalisasi sebagai substansi dari penelitian
kualitatif.
3. Memiliki cukup informasi untuk
mempresentasikan gambaran dari kasus yang membatasi nilai-nilai dari beberapa
studi kasus. Dalam perencanaan studi kasus, harus terjadi pembangunan acuan
pengumpulan data dimana informasi-informasi dispesifikasikan menjadi data-data
yang benar-benar dibutuhkan dalam melakukan penelitian.
4. Memutuskan pembatasan dari sebuah kasus,
termasuk pembatasan dalam hal waktu, kejadian, dan proses karena beberapa studi
kasus cenderung tidak memiliki poin permulaan dan akhir yang jelas.
Dalam melakukan penelitian studi kasus diperlukan juga desain penelitian. Menurut Nachmias dan Nachmias (1976), desain penelitian adalah suatu rencana yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Dalam hal ini desain penelitian merupakan suatu model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kausal antarvariabel di dalam suatu penelitian.
Desain penelitian tersebut juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi, yaitu apakah interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau situasi-situasi yang berbeda (Yin, 2012). Dapat disimpulkan bahwa desain penelitian mengarahkan peneliti pada sebuah prosedur atau langkah-langkah yang menjadi acuan sebuah penelitian sehingga peneliti tidak mengalami jalan buntu dalam melaksanakan penelitian.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang
tersebut, maka dirumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Merancang atau
Mendesain Studi Kasus?”
C. Tujuan
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan ini
adalah:
1. Memenuhi
tugas mata kuliah studi kasus
2. Memberikan
informasi tentang studi kasus
3. Memberikan
informasi tentang merancang studi kasus
4. Bahan diskusi
tentang merancang studi kasus
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Desain
Penelitian
Desain penelitian adalah
keseluruhan dari perencanaan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan
mengantisipasi beberapa kesulitan yang mungkin timbul selama proses penelitian,
hal ini penting karena desain penelitian merupakan strategi untuk mendapatkan
data yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian hipotesis atau untuk menjawab
pertanyaan penelitian dan sebagai alat untuk mengontrol variabel yang
berpengaruh dalam penelitian (Sugiyono, 2010).
Menurut Yin (2011) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti.
Sebagai defenisi ringkas, desain penelitian sebagai suatu rencana yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Desain penelitian merupakan model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kasual antarvariable dalam suatu penelitian. Desain penelitian juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi apakah interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau kondisi-kondisi yang berbeda. (Nachmias dan Nachmias, 1976, hlm 77-78 dalam Yin, 1987). Tujuan pokok dari desain penelitian adalah membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.
B. Komponen-komponen Desain Penelitian
Menurut Yin (2011) studi kasus adalah suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tidak tampak secara tegas atau jelas dan menggunakan berbagai sumber atau multisumber bukti.
Sebagai defenisi ringkas, desain penelitian sebagai suatu rencana yang membimbing peneliti dalam proses pengumpulan, analisis, dan interpretasi observasi. Desain penelitian merupakan model pembuktian logis yang memungkinkan peneliti untuk mengambil inferensi mengenai hubungan kasual antarvariable dalam suatu penelitian. Desain penelitian juga menentukan ranah kemungkinan generalisasi apakah interpretasi yang dicapai dapat digeneralisasikan terhadap suatu populasi yang lebih besar atau kondisi-kondisi yang berbeda. (Nachmias dan Nachmias, 1976, hlm 77-78 dalam Yin, 1987). Tujuan pokok dari desain penelitian adalah membantu peneliti menghindari data yang tak mengarah ke pertanyaan-pertanyaan awal penelitian.
B. Komponen-komponen Desain Penelitian
Untuk studi kasus, ada lima komponen desain penelitian
studi yang sangat penting, yaitu:
1. Pertanyaan
penelitian
Pertanyaan
penelitian berkenan dengan “W-H question” yaitu what, who, where, why dan how
yang akan member rambu-rambu terhadap strategi penelitian yang digunakan. Dari
bentuk pertanyaan diatas, studi kasus paling cocok menggunakan pertanyaan How dan
why.
2. Proposisinya,
jika ada
Proposisi
mengarahkan perhatian peneliti kepada sesuatu yang harus diselidiki dalam ruang
lingkup studinya. Contoh: peneliti mungkin berpikir bahwa organisasi bekerja
sama untuk sebuah keuntungan timbal balik yang besar. Proposisi ini mencerminkan
isu teoritis penting dan juga menyatakan kepada peneliti dimana ia harus
mencari bukti yang relevan.
3. Unit-unit
analisis
Unit
analisis berkaitan dengan masalah penentuan apa yang dimaksud dengan “kasus”
dalam penelitian. Contoh studi kasus tentang pasien histeria atau pemimpin yang
otoriter. Pada situasi seperti ini, perorangan merupakan kasus yang akan
dikaji, dan individu tersebut merupakan unit analisis. Sehingga informasi
mengenai setiap individu yang relevan dikumpulkan.
4. Logika yang
mengaitkan data dengan proposisi
Penjodohan
pola merupakan cara mengaitkan data dengan proposisi, penjodohan pola adalah
pengelompokkan jenis-jenis data dalam satu kategori atau proses koding.
5. Kriteria
untuk menginterpretasi temuan
Setelah
pola-pola dijodohkan atau dikategorikan maka diharapkan agar pola-pola tersebut
memberikan gambaran yang cukup jelas tentang perbedaan gambaran sehingga
temuan-temuan dapat diinterpretasikan dengan baik.
Kriteria penetapan kualitas desain penelitian sangat berpengaruh terhadap suatu penelitian. Demikian juga untuk penelitian studi kasus. Kriteria kualitas desain penelitian berkaitan dengan:
Validitas
konstruk yakni menetapkan ukuran operasional yang benar untuk konsep-konsep
yang akan diteliti. Dalam studi kasus, dapat digunakan teknik multisumber
bukti, memberikan kesempatan kepada informan kunci untuk meninjau kembali draft
laporan studi kasus yang bersangkutan.
Validitas
internal merupakan hubungan sebab-akibat, dimana kondisi-kondisi tertentu
diperhatikan guna mengarahkan kondisi-kondisi lain, untuk membedakan dari
hubungan semu.
Validitas
eksternal yaitu menetapkan ranah dimana temuan suatu penelitian dapat
divisualisasikan.
Realibitas
yaitu bahwa suatu penelitian seperti prosedur pengumpulan data dapat
diinterpretasikan dengan hasil yang sama pada waktu yang berbeda.
Selanjutnya adalah pelaksanaan pengumpulan data dalam studi kasus. Bukti atau data untuk keperluan sebuah studi kasus pada dasarnya berasal dari enam sumber, antara lain:
1) Dokumen
Dokumen-dokumen dapat
berupa: surat, memorandum, pengumuman resmi, proposal, artikel-artikel, agenda,
dll. Manfaat dari penggunaan bukti dokumen ini adalah untuk mendukung dan
menambah bukti dari sumber-sumber lain. Dokumen membantu memverifikasi ejaan
dan judul atau nama yang benar dari organisasi yang disinggung dalam wawancara.
Dokumen juga membantu memberikan rincian informasi jika bukti documenter
bertentangan dengan informasi dari sumber yang didapat maka peneliti mempunyai
alasan untuk meneliti lebih jauh tentang topik yang bersangkutan. Kesimpulan
juga dapat dibuat dari dokumen-dokumen terkait.
2) Rekaman Arsip
2) Rekaman Arsip
Berupa rekaman
keorganisasian atau bagan organisasi, daftar nama dan komoditi yang relevan,
peta dan bagan karakteristik geografis suatu tempat, rekaman daftar nomor
telepon, buku harian, dll.
3) Wawancara
3) Wawancara
Wawancara merupakan salah
satu sumber informasi yang sangat penting dalam studi kasus. Wawancara dalam
studi kasus terdiri dari beberapa tipe yakni tipe open-ended, yaitu peneliti
dapat bertanya kepada informan kunci tentang fakta-fakta suatu peristiwa,
selain itu peneliti juga memberikan kesempatan kepada informan untuk memberikan
opini tentang peristwa tersebut.
Tipe wawancara terfokus artinya wawancara akan terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara dan informan tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat diluar dari pertanyaan yang diajukan. Dan tipe wawancara terstruktur artinya peneliti menyusun pertanyaan-pertanyaan tertentu sehingga memunculkan jawaban yang berkorespondensi dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya.
4) Observasi langsung
Tipe wawancara terfokus artinya wawancara akan terfokus pada pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh pewawancara dan informan tidak diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat diluar dari pertanyaan yang diajukan. Dan tipe wawancara terstruktur artinya peneliti menyusun pertanyaan-pertanyaan tertentu sehingga memunculkan jawaban yang berkorespondensi dengan kategori yang telah ditentukan sebelumnya.
4) Observasi langsung
Peneliti membuat kunjungan
langsung ke lapangan dengan asumsi bahwa fenomena yang terjadi, pelaku atau
kondisi lingkungan sosial relevan akan tersedia untuk observasi. Bukti
observasi cenderung bermanfaat sebagai informasi tambahan tentang topik yang
akan diteliti.
5) Observasi partisipan
5) Observasi partisipan
Dalam hal ini peneliti tidak
hanya bertindak sebagai pengamat yang pasif tetapi peneliti juga bertindak
aktif dalam mengambil peran dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam
peristiwa-peristiwa yang diteliti.
6) Perangkat Fisik
6) Perangkat Fisik
Sumber bukti ini dapat
berupa perangkat fisik, peralatan teknologi, alat, pekerjaan seni atau beberapa
bukti kultural lainnya. Contoh: sebuah perangkat hasil cetakan komputer dapat
dipakai sebagai sumber informasi tentang kualitas komputer tersebut.
Selain sumber individual
diatas, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengumpulan data
studi kasus. Hal tersebut mencakup:
Berbagai
sumber bukti yaitu bukti dari dua atau lebih sumber, tetapi sesuai dengan
dengan serangkaian fakta dan temuan yang sama.
Data
dasar yaitu cara mengorganisasikan dan mendokumentasikan data yang telah
terkumpul berupa catatan studi kasus, dokumen studi kasus, bahan tabulasi atau
data survei, dan narasi.
Memelihara
rangkaian bukti. Prinsip ini memungkinkan pengamat atau pembaca dapat mengikuti
asal muasal dari pertanyaan penelitian awal sampai dengan konklusi dari studi
kasus yang disajikan. Hal ini mengacu pada sebuah skenario dari awal penelitian
sampai dengan selesai sebagai suatu ikatan yang utuh dan sinergis, sehingga
memudahkan pembaca untuk memahami dengan baik studi kasus tersebut.
C. Desain-Desain Studi Kasus
Karakteristik umum desain
penelitian berperan sebagai latar untuk memikirkan desain yang spesifik bagi
studi kasus. Menurut Robert K. Yin, Studi kasus adalah strategik yang lebih cocok bila pokok pertanyaan suatu
penelitian berkenaan dengan how dan why, bila peneliti hanya memiliki sedikit
peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki dan bilamana
fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer di dalam kehidupan
nyata. Studi kasus adalah bentuk penelitian yang mendalam tentang suatu aspek
lingkungan sosial termasuk manusia di dalamnya.
Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, masing-masing adalah tipe eksplanatoris, yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dalam konteks kehidupan nyata. Tipe eksploratoris, yaitu digunakan untuk mengeksplorasi suatu situasi yang tidak dapat dievaluasi secara intevensi atau berdasarkan single point saja. Dan tipe berikutnya adalah deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada kehidupan nyata.
Sementara itu, Yin membagi penelitian studi kasus secara umum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi kasus dengan menggunakan kasus tunggal dan jamak/ banyak. Disamping itu, ia juga mengelompokkannya berdasarkan jumlah unit analisisnya, yaitu (1) penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic) yang menggunakan satu unit analisis.(2) Desain kasus tunggal terjalin (embedded) yang menggunakan beberapa atau banyak unit analisis. Penelitian studi kasus disebut terpancang (embedded), karena terikat (terpancang) pada unit-unit analisisnya yang telah ditentukan.
Penelitian studi kasus dapat dibedakan menjadi tiga tipe, masing-masing adalah tipe eksplanatoris, yaitu untuk menjelaskan hubungan kausal dalam konteks kehidupan nyata. Tipe eksploratoris, yaitu digunakan untuk mengeksplorasi suatu situasi yang tidak dapat dievaluasi secara intevensi atau berdasarkan single point saja. Dan tipe berikutnya adalah deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan fenomena yang terjadi pada kehidupan nyata.
Sementara itu, Yin membagi penelitian studi kasus secara umum menjadi 2 (dua) jenis, yaitu penelitian studi kasus dengan menggunakan kasus tunggal dan jamak/ banyak. Disamping itu, ia juga mengelompokkannya berdasarkan jumlah unit analisisnya, yaitu (1) penelitian studi kasus tunggal holistik (holistic) yang menggunakan satu unit analisis.(2) Desain kasus tunggal terjalin (embedded) yang menggunakan beberapa atau banyak unit analisis. Penelitian studi kasus disebut terpancang (embedded), karena terikat (terpancang) pada unit-unit analisisnya yang telah ditentukan.
Untuk lebih jelasnya,
hubungan antar kedua pengelompokkan tersebut, perhatikan tabel jenis-jenis
penelitian studi kasus berikut ini:
Holistik(unit
analisis tunggal)
|
Tipe
1
|
Tipe
3
|
Terjalin(unit
multianalisis)
|
Tipe 2
|
Tipe
|
Pada tabel di atas dapat
dilihat bahwa terdapat 4 (empat) jenis penelitian studi kasus, yaitu:
1. Penelitian studi kasus
tunggal holistik (jenis 1 dan 2)
Penelitian
studi kasus tunggal holistik (holistic single-case study) adalah penelitian
yang menempatkan sebuah kasus sebagai fokus dari penelitian.
Yin
menjelaskan bahwa terdapat 5 (lima) alasan untuk menggunakan hanya satu kasus
di dalam penelitian studi kasus, yaitu:
a)
Kasus yang dipilih mampu menjadi bukti dari teori yang telah dibangun dengan
baik. Teori yang dibangun memiliki proposisi yang jelas, yang sesuai dengan
kasus tunggal yang dipilih sehingga dapat dipergunakan untuk membuktikan
kebenarannya.
b)
Kasus yang dipilih merupakan kasus yang ekstrim atau unik. Kasus tersebut dapat
berupa keadaan, kejadian, program atau kegiatan yang jarang terjadi, dan bahkan
mungkin satu-satunya di dunia, sehingga layak untuk diteliti sebagai suatu
kasus.
c)
Kasus yang dipilih merupakan kasus tipikal atau perwakilan dari kasus lain yang
sama. Pada dasarnya, terdapat banyak kasus yang sama dengan kasus yang dipilih,
tetapi dengan maksud untuk lebih menghemat waktu dan biaya, penelitian dapat
dilakukan hanya pada satu kasus saja, yang dipandang mampu menjadi
representatif dari kasus lainnya.
d)
Kasus dipilih karena merupakan kesempatan khusus bagi penelitinya. Kesempatan
tersebut merupakan jalan yang memungkinkan peneliti untuk dapat meneliti kasus
tersebut. Tanpa adanya kesempatan tersebut, peneliti mungkin tidak memiliki
akses untuk melakukan penelitian terhadap kasus tersebut.
e)
Kasus dipilih karena bersifat longitudinal, yaitu terjadi dalam dua atau lebih
pada waktu yang berlainan. Kasus yang demikian sagat tepat untuk penelitian
yang dimaksudkan untuk membuktikan terjadinya perubahan pada suatu kasus akibat
berjalannya waktu.
Sementara itu, perbedaan antara penelitian studi kasus holistik (jenis 1) dan terpancang (jenis 2) adalah pada jumlah unit analisis yang digunakan. Pada jenis yang pertama, jumlah unit analisis yang digunakan pada umumnya hanya satu atau bahkan sama sekali unit analisisnya tidak dapat dijelaskan, karena terintegrasi dengan kasusnya. Dalam penelitian studi kasus yang demikian, unit analisis tidak dapat ditentukan karena kasus tersebut juga sekaligus merupakan unit analisis dari penelitian.
Sedangkan jenis yang kedua, penelitian studi kasus terpancang memiliki unit analisis lebih dari satu. Hal ini dapat terjadi karena didasari oleh hasil kajian teori yang menuntut adanya lebih dari satu unit analisis. Tuntutan penggunaan lebih dari satu unit analisis biasanya disebabkan oleh tujuan penelitian yang ingin menjelaskan hubungan secara komprehensif dan detail setiap bagian dari kasus secara lebih mendalam. Hal yang perlu diperhatikan adalah bahwa semakin banyak jenis unit analisis yang digunakan, sifat alamiah penelitian akan semakin kabur, karena cenderung menjadi penelitian yang terikat pada keberadaan unit analisisnya.
2. Penelitian studi kasus
jamak (jenis 3 dan 4)
Pada
dasarnya, penelitian studi kasus jamak adalah penelitian yang menggunakan lebih
dari satu kasus. Penggunaan jumlah kasus lebih dari satu pada penelitian studi
kasus pada umumnya dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih detail, sehingga
diskripsi hasil penelitian menjadi semakin jelas dan terperinci. Hal ini juga
didorong oleh keinginan untuk menggeneralisasi konsep atau teori yang
dihasilkan. Dengan kata lain, penggunaan jumlah kasus yang banyak dimaksudkan
untuk menutupi kelemahan yang terdapat pada penggunaan kasus tunggal, yang
dianggap tidak dapat digeneralisasikan.
BAB III PENUTUP
Studi Kasus Tunggal Studi
kasus tunggal pada umumnya hanya melibatkan satu lingkungan tertentu dan pada
periode tertentu pula. Satu lingkungan dipilih karena dianggap memiliki
keunikan yang tidak dimiliki oleh lingkungan lain. Dengan demikian, studi kasus
tunggal tidak dimaksudkan untuk membuat kesimpulan yang akan diterapkan pada
kasus lain. Adanya periode tertentu pada kasus menunjukkan bahwa perlunya
menyelidiki suatu proses. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik penelitian
kualitatif yang lebih menekankan pada aspek proses dan bukan hasil.
Sejumlah alasan yang dapat
digunakan untuk memilih studi kasus tunggal 1) penelitian difokuskan pada
lingkup yang terdapat keterkaitan subjek-subjek yang diteliti dalam kelompok,
dan mengharuskan bahwa kelompok tersebut yang diuji 2) pada studi kasus, dalam
kenyataannya semua aspek dari kehidupan sosial individu adalah saling berkait
dan sering seseorang tidak cukup memahami tanpa pertimbangan dari yang lain.
Dalam bidang pendidikan,
fokus studi kasus tunggal (individual case study) dapat diterapkan untuk
meneliti individu, program, peristiwa, atau proses yang diakibatkan oleh suatu
konsep tertentu. Studi kasus tunggal dapat juga dimaknai kasus organisasi,
yaitu studi kasus untuk mendapatkan informasi tentang keterangan-keterangan
organisasi.
Dalam Studi multikasus, peneliti
yang melakukan penelitian dengan menggunakan lebih dari satu kasus, maka
istilah yang digunakan adalah Multiple Case Studies. Pada awalnya, studi multi
kasus (Multiple Case Studies) dipandang sebagai lawan dan berbeda dari studi
kasus tunggal. Studi multi kasus dipilih untuk mengerjakan apa yang dipandang
sebagai penelitian komparatif (Comparative Case Studies). Studi multi kasus
memiliki keuntungan dan kerugian dibandingkan studi kasus tunggal. Studi multi
kasus dipandang lebih kuat karena harus menuntut banyak sumber dan banyak waktu
untuk menyelidiki. Studi multi kasus melibatkan pengumpulan dan analisis data
dari beberapa kasus.
Penelitian multikasus dapat
menghasilkan kajian kasus untuk dilihat persamaan dan perbedaannya, dapat
melihat (menguji) keefektifan suatu teori yang diamati di beberapa kasus, dan
dapat melakukan generalisasi hasil dari beberapa kasus Alasan yang memperkuat
peneliti harus memilih penelitian multikasus
DAFTAR PUSTAKA
Prof. Dr. Robert K. Yin.
2012. Studi Kasus; Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2013. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung. Alfabeta.
http://asrori.blog.ca/etd/jtang2004./
metode dan desain studi kasus.
No comments:
Post a Comment