A. Pengertian
Karya Tulis Ilmiah
Karya
tulis ilmiah adalah suatu produk dari kegiatan ilmiah. Mem- bicarakan produk
ilmiah, pasti kita membayangkan kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan temuan
baru yang bersifat ilmiah, yaitu penelitian. Memang temuan ilmiah dilakukan melalu penelitian, namun tidak hanya
penelitian merupakan satu-satunya karya tulis ilmiah.
Karya
tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu per- masalahan.
Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamat- an, pengumpulan
data yang diperoleh melalui suatu penelitian. Karya tulis ilmiah melalui
penelitian ini menggunakan metode ilmiah yang sistematis untuk memperoleh
jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang diteliti. Untuk memperjelas
jawaban ilmiah berdasarkan penelitian, penulisan karya tulis ilmiah hanya dapat
dilakukan sesudah timbul suatu masalah, yang kemudian dibahas melalui
penelitian dan kesimpulan dari penelitian tersebut.
Karya
tulis ilmiah sebagai sarana komunikasi ilmu pengetahuan yang berbentuk tulisan
menggunakan sistematika yang dapat diterima oleh komunitas keilmuan melalui
suatu sistematika penulisan yang disepakati. Dalam karya tulis ilmiah
cirri-ciri keilmiahan dari suatu karya harus dapat dipertanggung jawabkan
secara empiris dan objektif. Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni
gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam
menyebutkan sumber pengetahuan ilmiah yang digunakan dalam penulisan. Penulisan
ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak
bisa diindentifikasikan mana yang merupakan subjek dan predikat serta hubungan
apa antara subjek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak
jelas. Penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih
kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang harus disampaikannya.
Dalam
penelitian yang digunakan sebagai bahan penulisan karya tulis ilmiah mengutip
pernyataan orang lain sebagai dasar atau sebagai landasan penyusunan
penelitian. Pernyataan ilmiah ini digunakan untuk bermacam-macam tujuan sesuai
dengan bentuk argumentasi yang diajukan. Pernyataan tersebut dapat digunakan
sebagai definisi dalam menjelaskan suatu konsep, atau dapat digunakan sebagai
premis dalam pengambilan kesimpulan pada suatu argumentasi.
Pernyataan
ilmiah yang harus kita gunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal, yaitu
:
1. Harus dapat kita identifikasikan orang
yang membuat pernyataan tersebut.
2. Harus dapat kita identifikasikan media
komunikasi ilmiah di mana pernyataan disampaikan apakah dalam makalah, buku,
seminar, lokakarya dan sebagainya.
3. Harus dapat diindentifikasikan lembaga
yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat domisili dan waktu
penerbitan itu dilakukan. Sekiranya publikasi ilmiah tersebut tidak diterbitkan
maka harus disebutkan tempat, waktu dan lembaga yang melakukan kegiatan
tersebut.
Cara
kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam karya tulis ilmiah disebut teknik
notasi ilmiah. Terdapat bermacam-macam teknik notasi ilmiah yang pada dasarnya
mencerminkan hakikat dan unsur yang sama.
Buku
ini memberikan contoh teknik notasi ilmiah yang menggunakan catatan kaki (Footnote).
Catatan kaki merupakan informasi dari pernyataan yang kita kutip. Di
samping itu catatan kaki dapat digunakan sebagai infor- masi tambahan yang
tidak langsung berkaitan dengan pernyataan dalam badan tulisan.
Kutipan
yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ada dua jenis yaitu kutipan langsung
dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pernyataan yang kita
tulis dalam karya tulis ilmiah susunan kalimat aslinya tanpa mengalami
perubahan sedikit pun. Kutipan tak langsung merupakan kutipan pendapat atau
pernyataan orang lain dengan melakukan perubahan kalimat yang dikutip
disesuaikan dengan bahasa penulis itu sendiri.
B. Persyaratan karya
Tulis Ilmiah
Karya tulis ilmiah merupakan perwujudan
kegiatan ilmiah yang dikomunikasikan lewat bahasa tulisan. Karya tulis ilmiah
adalah karangan atau karya tulis yang menyajikan fakta dan ditulis dengan
menggunakan metode penulisan yang baku.
Hal-hal yang harus ada dalam karya ilmiah
antara lain:
1. Karya tulis ilmiah memuat gagasan ilmiah lewat
pikiran dan alur pikiran.
2. Keindahan karya tulis ilmiah terletak pada
bangun pikir dengan unsur-unsur yang menyangganya.
3. Alur pikir dituangkan dalam sistematika dan
notasi.
4. Karya tulis ilmiah terdiri dari unsur-unsur:
kata, angka, tabel, dan gam- bar, yang tersusun mendukung alur pikir yang
teratur.
5. Karya tulis ilmiah harus mampu mengekspresikan
asas-asas yang terkan- dung dalam hakikat ilmu dengan mengindahkan
kaidah-kaidah keba- hasaan.
6. Karya tulis ilmiah terdiri dari serangkaian
narasi (penceritaan), eksposisi (paparan), deskripsi (lukisan) dan argumentasi
(alasan).
Karya
ilmiah adalah suatu karya tulis yang membahas suatu permasa- lahan.Pembahasan
dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat
dari suatu penelitian.
Karya
tulis ilmiah harus memiliki gagasan ilmiah bahwa dalam tulisan tersebut harus
memiliki permasalahan dan pemecahan masalah yang menggunakan suatu alur
pemikiran dalam pemecahan masalah. Alur pemikiran tersebut tertuang dalam
metode penelitian. Metode penelitian ilmiah pada hakikatnya merupakan
operasionalisasi dari metode keilmuan. Dengan kata lain bahwa struktur berpikir
yang melatarbelakangi langkah-langkah dalam penelitian ilmiah adalah metode
keilmuan.
Metode
penelitian yang digunakan untuk mengungkapkan pemecahan masalah memiliki
pengertian sebagai berikut:
1.
Penelitian
adalah usaha yang sistematik dan terorganisasi untuk menyelidiki masalah spesifik
yang memerlukan pemecahan.
2.
Cara ilmiah
yang digunakan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.
3.
Cara
ilmiah dilandasi oleh metode rasional dan metode empiris serta metode
kesisteman.
4.
Penelitian
meliputi proses pemeriksaan, penyelidikan, pengujian dan eksperimen yang harus
diilakukan secara sistematik, tekun, kritis, objektif, dan logis.
5.
Penelitian
dapat didefinisikan sebagai pemeriksaan atau penyelidikan ilmiah sistematik,
terorganisasi didasarkan data dan kritis mengenai masalah spesifik yang dilakukan
secara objektif untuk mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban dari masalah
tersebut.
Metode penulisan karya
tulis ilmiah mengacu pada metode pengungkapan fakta yang biasanya berasal dari
hasil penelitian dengan berbagai metode yang digunakan. Karya tulis ilmiah
dapat juga disebut sebagai laporan hasil penelitian.
Laporan hasil
penelitian ditulis sesuai dengan tujuan laporan tersebut dibuat atau ditujuan
untuk keperluan yang dibutuhkan. Laporan hasil penelitian dapat ditulis dalam
dua macam, yaitu sebagai dokumentasi dan sebagai publikasi. Perbedaan kedua karya tulis ilmiah ini terletak pada format penulisan.
Karya tulis ilmiah sebagian
besar merupakan publikasi hasil peneli- tian. Dengan demikian format yang digunakan dalam karya tulis ilmiah ini ditentukan
oleh isi penelitian yang menggambarkan metode atau sistematika penelitian.
Metode penelitian secara garis besar dapat dibagi dalam empat macam.yaitu yang
disusun berdasarkan hasil penelitian kuantitatif, hasil penelitian kualitatif,
hasil kajian pustaka, dan hasil kerja pengembangan.
Karya tulis ilmiah yang berupa hasil
penelitian inid apat dibedakan berdasarkan sasaran yang dituju oleh penulis. Karya
tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat akademik berupa skripsi, tesis, dan
disertasi. Karya tulis ilmiah untuk kepentingan masyarakat akademik bersifat
teknis, berisi apa yang diteliti secara lengkap, mengapa hal itu diteliti, cara
melakukan penelitian, hasil-hasil yang diperoleh, dan kesimpulan penelitian.
Isinya disajikan secara lugas dan. objektif. Karya tulis ilmiah untuk
kepentingan masyarakat umum biasanya disajikan dalam bentuk artikel yang lebih
cenderung menyajikan hasil penelitian dan aplikasi dari hasil penelitian
tersebut dalam subtansi keilmuannya.
Dari berbagai
macam bentuk karya tulis ilmiah, karya tulis ilmiah memiliki persyaratan
khusus. Persyaratan
karya tulis ilmiah adalah:
1. Karya tulis ilmiah
menyajikan fakta objektif secara sistematis atau menyajikan aplikasi hukum alam
pada situasi spesifik.
2. Karya tulis
ilmiah ditulis secara cermat, tepat, benar, jujur dan tidak bersifat terkaan. Dalam pengertian
jujur terkandung sikap etik penulis ilmiah yakni mencantukan rujukan dan
kutipan yang jelas.
3. Karya tulis
ilmiah disusun secara sistematis setiap langkah direncanakan secara terkendali,
konseptual dan prosedural.
4. Karya tulis
ilmiah menyajikan rangkaian sebab-akibat dengan pemahaman dan alasan yang
indusif yang mendorong pembaca untuk menarik kesimpulan.
5. Karya tulis
ilmiah mengandung pandangan yang disertai dukungan dan pembuktian berdasarkan
suatu hipotesis
6. Karya tulis
ilmiah hanya mengandung kebenaran faktual sehingga tidak akan memancing
pertanyaan yang bernada keraguan. Penulis karya ilmiah tidak boleh memanipulasi
fakta, serta tidak bersifat ambisius dan berprasangka, penyajian tidak boleh
bersifat emotif.
Berdasarkan uraian di
atas, maka dalam menulis karya ilmiah memer- lukan persiapan yang dapat dibantu
dengan menyusun kerangka tulisan. Di samping itu, karya tulis ilmiah harus
menaati format yang berlaku.
Sistematika Karya Tulis Ilmiah
Menulis karya tulis
ilmiah yang bersumber penelitian adalah menulis laporan penelitian dan artikel
untuk jurnal ilmiah. Oleh sebab itu, format penulisannya menyesuaikan dengan
format penelitian. Format penelitian sangat tergantung dengan metode penelitian
yang digunakan, di mana setiap metode memiliki format tersendiri. Format dalam
menulis karya ilmiah merupakan alur-alur jalan pikiran yang terdapat dalam
sebuah penelitian yang dikaitkan dengan proses penulisan.
Dalam
pembahasan ini kita tidak akan menekankan kepada aspek-aspek penelitian seperti
teknik pengambilan data, analisis data, dan teknik analisis statistika,
melainkan kepada rambu-rambu pikiran yang merupakan tema pokok sebuah proses
penelitian. Seperti kita ketahui bahwa penelitian adalah sebuah proses
pemecahan masalah, maka penulisan karya tulis ilmaih merupakan pemaparan proses
pemecahan masalah, sehingga pembaca memperoleh jawaban dari masalah yang diteliti.
Karya
tulis ilmiah hasil penelitian berfungsi mengkomunikasikan ihwal gagasan atau
hasil penelitian yang telah dilakukan, khususnya (a) gagasan: Apa yang menjadi
permasalahan, dan Bagaimana gagasan yang dikemukakan dalam memecahkan maasalah,
(b) Penelitian: apa yang diteliti, mengapa penelitian dilakukan, dan apa yang
menjadi fokusnya, apa yang menjadi acuan konseptualnya, bagaimana desainnya, bagaimana data dikum- pulkan
dan dianalisis, temuan apa yang diperoleh, apa kesimpulan akhirnya, dan apa rekomendasi
yang dinyatakan berdasarkan temuan tersebut bagi kepentingan praktis dan
pengembanga ilmu.
Bentuk karya
tulis ilmiah ada dua macam, yaitu (a) panjang, contoh- nya skripsi, tesis atau
laporan penelitian, dan (b) atau versi pendek, contoh- nya artikel jurnal dan makalah simposium.
A. Sistematika Laporan Penelitian
Bagian Awal
- Hal-hal yang
termasuk bagian awal adalah :
- Halaman sampul
- Halaman judul
- Abstrak
- Kata Pengantar
- Daftar Isi
- Daftar Gambar
- Daftar Lampiran
Bagian Inti
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Pembatasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Kegunaan Penelitian
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian pustaka setiap variabel
B. ...............
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
C. Populasi dan Sampel Penelitian
D. Metode Penelitian
E. Instrumen Penelitian
F. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
B. Uji Prsayarat Analisis
C. Pengujian Hipotesis
D. Pembahasan hasil penelitian
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
Bagian Akhir
•
Daftar
Pustaka
•
Lampiran
•
Riwayat
Hidup Penulis
f). Sistematika Laporan
Penelitian Versi Pendek:
(Makalah Seminar, Artikel Jurnal Ilmiah)
1). Pendahuluan
2). Metode
3). Temuan dan Pembahasan
4). Kesimpulan dan
Rekomendasi
5). Daftar Pustaka
Ketentuan Dalam Penulisan Ilmiah
A. Notasi Ilmiah
1. Pengertian
Notasi Ilmiah
Terdapat bermacam-macam sistem dalam
penulisan notasi untuk menyusun karya tulis ilmiah. Sistem yang dikenal di
kalangan masyarakat ilmiah antara lain adalah system University of Chicago
Press, Sistem Harvard, Sistem American Psychological Assosation (APA), Sistem
American Antropoloist, Sistem Harcouver, dan sistem Gabungan (misalnya Sistem
Harvard dengan sistem huruf)-Keseluruhan sistem tersebut pada hakikatnya dapat
dikelompokkan menjadi tiga golongan yakni, pertama, sistem yang mempergunakan
catatan kaki (umpamanya Sistem University of Chicago press), kedua, sistem yang
tidak menggunakan catatan kaki (umpamanya sistem yang menggabungkan kedua sistem
yang pertama).
Sistem yang menggunakan catatan kaki
menaruh sumber rujukan yang berupa nama pengarang, judul, penerbit, tahun
penerbitan, dan halaman yang dirujuk, dibagian bawah dari halaman tulisan. Dari
sinilah dikembangkan terminology footnote atau catatan kaki disebabkan
letak rujukan yang diletakan pada bagian bawah atau kaki dari tulisan. Walaupun
demikian, terdapat juga sistem yang menggunakan catatan kaki, namun meletakkan
daftar rujukannya tidak di halaman yang sama, melainkan di belakang setelah
seluruh karya tulis selesai. Hal ini sering dilakukan untuk memudahkan
pengetikan. Sebenarnya, meletakkan daftar rujukan di belakang ini bertentangan
dengan tujuan yang ingin dicapai oleh sistem catatan kaki, yakni pembaca dengan
cepat menemukan sumber rujukan yang digunakan dalam karya tulis. Seorang
pembaca, yang meresensi sebuah buku untuk menemukan sumber rujukan, menulis
bahwa "catatan kaki yang ditaruh di belakang (menjadi catatan belakang),
malah mempersulit pembaca untuk merekam kutipan-kutipan para analis".
Selanjutnya, ia menyarankan bahwa dalam penerbitan selanjutnya hal ini
"dibenahi
Contoh di atas dikemukakan untuk
menunjukkan bahwa setiap sistem notasi ilmiah mempunyai kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Jadi, dalam memilih sistem notasi ilmiah, kita harus
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan tersebut vis-a-vis tujuan penulisan
karya tulis kita. Kelebihan sistem catatan kaki, di samping dengan mudah menemukan
sumber rujukan pada halaman yang sama, juga memungkinkan kita untuk menambahkan
keterangan tambahan untuk tubuh tulisan yang ditaruh dalam catatan kaki. Keterangan
tambahan ini, baik yang berupa penjelasan maupun analis, akan
"memperluas" dan "memperdalam" materi karya tulis. Hal ini
tidak ditaruh dalam tubuh tulisan sebab akan menggangu kelancaran penulisan.
Disebabkan hal inilah maka sistem
catatan kaki sangat ideal untuk penulisan karya tulis ilmiah yang membutuhkan
kedalaman dan keluasan materi tulisan seperti skripsi, tesis, disertasi, atau
laporan penelitian lainnya. Sebaiknya, terdapat pula tulisan yang relative
tidak sedalam dan seluas karya tulis tersebut seperti artikel ilmiah yang
dipublikasikan dalam jurnal atau majalah. Untuk tulisan semacam ini maka teknik
notasi yang ideal adalah sistem tanpa catatan kaki.
Sistem tanpa catatan kaki, sesuai dengan
namanya, meletakkan daftar pernyataan yang tercantum tulisan. Artinya dalam
pernyataan yang tercantum dalam tubuh tulisan sudah terangkum di dalamnya
sumber rujukan. Hal ini sangat memudahkan penulisan, termasuk mereka yang
membaca tulisan tersebut, terutama bila dikaitkan dengan diskripsi perkembangan
keilmuan (the state of the art) atau analisis perbandingan dengan karya
ilmiah lainnya. Kelemahannya ialah bahwa keterangan tambahan yang bersifat
memperluas dan memperdalam tulisan tidak dapat diberikan.
Untuk mengatasi kekurangan itu maka
sering digabungkan antara sistem tanpa catatan kaki dengan sistem catatan kaki.
Artinya, sumber rujukan mempergunakan sistem tanpa catatan kaki, sedangkan
keterangan tambahan mempergunakan sistem catatan kaki. Penelitian akadeik
seperti skripsi, tesis, dan disertasi, sering mempergunakan sistem gabungan
ini.
Semua peneliti harus menguasai ketigia sistem
penulisan ini dengan berbagai variasinya, Baik sistem catatan kaki, maupun
sistemtanpa catatan kaki, tidak terdiri dari satu teknik notasi ilmiah yang
sama, melainkan berkembang menjadi beragam teknik penulisan. Pengiriman artikel
ke jurnal tertentu membutuhkan persyaratan penulisan tertentu pula. Sebagaimana
telah disinggung terdahulu, penulisan Sistem American Psychological Association
berbeda dengan Sistem American Anthropologist. Perbedaan ini tidak akan terlalu
dibesar-besarkan, yang penting ialah bahwa kita mengenal berbagai sistem yang
berlaku dalam masyarakat ilmiah.
2. Kutipan,
Catatan Kaki, dan Daftar Pustaka
1). Kutipan
Kutipan adalah bagian dari pernyataan,
pendapat, buah pikiran, definisi, atau hasil penelitian orang lain atau penulis
sendiri yang telah terdokumentasi. Kutipan akan dibahas dan ditelaah berkaitan
dengan materi penulisan. Kutipan dari pendapat berbagai tokoh merupakan esensi
dalam penulisan sinteisis.
Kutipan dilakukan apabila penulis sudah
memperoleh sebuah kerangka berpikir yang mantap. Walaupun kutipan atas pendapat
seorang pakar itu diperkenankan, tidaklah berarti bahwa keseluruhan sebuah
tulisan dapat terdiri dari kutipan-kutipan. Garis besar kerangka karangan serta
kesimpulan yang dibuat harus merupakan endapat penulis sendiri. Kutipan –
kutipan hanya berfungsi sebagai bahan bukti untuk menunjang pendapat penulis.
Manfaat Kutipan
- untuk menegaskan isi uraian
- untuk membuktikan kebenaran dari sebuah
pernyataan yang dibuat oleh penulis
- untuk mencegah penggunaan dan pengakuan bahan
tulisan orang lain sebagai milik sendiri
Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah pengambilan bagian
tertentu dari tulisan orang lain tanpa melakukan perubahan ke dalam tulisan
kita. Syarat kutipan langsung adalah sebagai berikut:
- Tidak
boleh melakukan perubahan terhadap teks asli yang dikutip
- Menggunakan
tiga titik berspasi [. . . ]jika ada bagian yang dikutip dihilangkan
- Menyebutkan
sumber sesuai dengan teknik notasi yang digunakan.
- Bila
kutipan langsung pendek (tidak lebih empat baris) dilakukan dengan cara :
a. Integrasikan langsung dalam tubuh teks
b. Diberi jarak antarbaris yang sama dengan
teks
c. Diapit oleh tanda kutip
5. Bila kutipan langsung panjang (lebih dari
empat baris) dilakukan dengan cara”
a. Dipisahkan dengan spasi (jarak antarbaris)
lebih dari teks
b. Diberi jarak rapat antarbaris dalam
kutipan
Contoh Kutipan Langsung Pendek
Kecerdasan emosi merupakan kemampuan
memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, serta menggunakan
perasaan-perasaan itu untuk “memandu pikiran dan tindakan”.1
Goleman menyatakan bahwa kecerdasan
emosional merupakan kemampuan seperti kemampuan untuk memotivasi diri sendiri
dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati dan tidak
melebih-lebihkan, mengatur suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak
melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa.1
Contoh Kutipan Langsung Panjang
Kecerdasan
emosi merupakan kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang
lain, serta menggunakan perasaan- perasaan itu untuk memandu pikiran dan
tindakan. Mayer
dan Salovey mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut:
Emotional
intelligence involves the ability to perceive accurately, appraise, and express
emotion; the ability to understand emotion and emotional knowledg; and ability
to regulate emotions to promote emotional and intellectual growth.1
Kutipan Tak
Langsung
Kutipan tak
lansung adalah kutipan yang menuliskan kembali dengan kata-kata sendiri.
Kutipan ini dapay dibuat panjang atau pendek dengan cara mengintegrasikan dalam
teks, tidak diapit dengan kata kutip dan menyebutkan sumbernya sesuai dengan
teknik notasi yang dijadikan pedoman dalam menulis karya ilmiah.
Contoh Kutipan Taklangsung
Secara
empirik hal ini telah dibuktikan oleh Jepang melalui Restorasi Meiji telah
berhasil memodernisasi bangsa Jepang menjadi bangsa yang maju dengan jalan
membenahi sistem pendidikannya terutama pada jenjang pendidikan tinggi. Faktor
pendidikan dalam proses modernisasi menjadi penting sebab pada hakikatnya
modernisasi menjadi penting sebab pada hakikatnya modernisasi adalah perubahan
pandangan hidup yang didorong oleh cara berpikir. 1
2). Catatan Kaki
Catatan
kaki adalah penyebutan sumber yang dijadikan kutipan. Fungsi catatan kaki
adalah memberikan penghargaan terhadap sumber yang dikutip dan aspek ligalitas
untuk izin penggunaan karya tulis yang dikutip, serta yang terpenting adalah
etika akademik dalam masyarakat ilmiah sebagai wujud kejujuran penulis. Ada beberapa cara yang
digunakan dalam menuliskan sumber kutipan, antara lain:
1. Nama pengarang hanya satu orang
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996), hal. 39.
Atau
Maurice N. Richter, Jr, Science as a Cultural Process (Cambridge
Schenkman, 1972), h.4
2. Nama
Pengarang yang jumlahnya dua orang dituliskan lengkap
David B. Brinkerhoff dan Lynn K. White, Sociology (St Paul: Wst
Publishing Company, 1988), hal. 585.
3. Nama Pengarang yang jumlahnya sampai tiga
orang dituliskan lengkap sedangkan jumlah pengarang yang lebih dari tiga orang
hanya dituliskan nama pengarang pertama ditambah kata et al. (et al: dan
tain-lain).
John A. R. Wilson, Mildred C. Robeck, and William B. Micheal, Psychological
Foundation of Learning and Teaching (New York: McGraw-Hill Book Company,
1974), hal. 406.
dan
Carrick Martin et al., Introduction
to Accounting ed ke 3 (Singapore ”Mc.Graw-Hill,
1991), hal 123.
4.
Kutipan yang diambil dari halaman tertentu
disebutkan halamannya dengan singkatan p (pagina) atau h (halaman). Sekiranya
kutipan itu disarikan dari beberapa halaman umpamanya dari halaman 1 sampai
dengan 5 maka dikutip p. 1-5 atau hh 1-5.
David Harrison, The Sociology of
Modernization and Development (London: Unwin Hyman Ltd., 1988), hal. 20-21.
Abin Syamsudin Makmun, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1996), hal. 39- 44
5.
Sebuah makalah yang dipublikasikan dalam majalah,
Koran, kumpulan karangan atau disampaikan dalam forum ilmiah dituliskan dalam
tanda kutip yang disertai dengan informasi mengenai makalah tersebut.
Karlina, "Sebuah Tanggapan : Hipotesa dan
Setengah llmuan," Kompas, 12 Desember 1981 ,h.4.
Liek Wiliardjo, "Tanggung llmuan" Pustaka
th. Ill 1979,pp.11-14. Jawab Sosial No. 3, April
M. Sastrapratedja, "Perkembangan ilmu dan
Teknologi dalam Kaitannya dengan Agama dan Kebudayaan". Makalah disampaikan dalam Kongres Ilmu Pengetahuan
Nasional (KIPNAS) III, LIPI. Jakarta ,
15-19 September 1981.
B. Suprapto, "Aturan Permainan dalam ilmu-ilmu
alam."llmu dalam Perspektif. ed. Juiun S.
Suriasumantri (Jakarta : Gramedia, 1978) pp. 129-133.
J.J. Honingman, The World of Man, dalam Alfian (ed.),
Persepsi Masyarakat tentang Kebudayaan
(Jakarta : Gramedia, 1985), hal. 100.
6. Pengulangan kutipan dengan sumber yang sama
dilakukan dengan memakai notasi op. cit. (opera citato : dalam karya yang telah
dikutip), loc. Cit. (loco citato : dalam tempat yang telah dikutip dan ibid,
(ibidem: dalam tempat yang sama). Untuk pengulangan maka pengarang tidak
ditulis lengkap melainkan cukup nama familinya saja. Sekiranya pengulangan
dilakukan dengan tidak diselang oleh pengarang lain maka dipergunakan notasi ibid.
dikutip kembali sumber yang sama
dengan kutipan sebelumnya pada halaman yang sama
lbid
dikutip kembali sumber yang sama dengan
kutipan sebelumnya pada halaman yang berbeda
Ibid., hal 12.
Mengutip sumber yang sama dan halaman yang
sama tetapi sudah diselingi oleh sumber lain
Conny R.
Semiawan, loc. cit.
Mengutip sumber yang sama dan halaman yang
berbeda tetapi sudah diselingi oleh sumber lain
Jujun S. Suriasumantri, op. cit., hal. 49
Mengutip
pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang sama tanpa diselingi oleh
sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, hal. 39 – 42.
Mengutip
pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang sama tetapi sudah diselingi
oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, loc.cit.
Mengutip
pengarang yang sama buku berbeda dan halaman yang berbeda tetapi sudah
diselingi oleh sumber lain
Suriasumantri, Pembangunan Modernisasi dan Pendidikan, op.cit., hal. 7
7. Kadang-kadang
kita ingin mengutip sebuah pernyataan yang telah dalam karya tulis yang lain. Untuk
itu maka kedua sumber itu kita tuliskan.
Anastasi dalam Syafuddin Azwar, Pengantar Psikologi
Inteligensi (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hal. 6.
Anton Bekker, “Badan
Manusia dan Budaya” dalam G. Muedjanti, (ed.) Tantangan Kemanusiaan Universal (Yogyakarta:
Kanisius), hal. 19.
Jujun S. Suriasumantri, “Pembangunan Sosial Budaya Secara
Terpadu”, dalam Masalah Sosial Budaya
Tahun 2000: Sebuah Bunga Rampai Soedjatmoko at al. (ed.) (Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1986), hal. 10.
8. Kadang-kadang kita ingin mengutip sebuah
pernyataan yang telah diterjemahkan. Untuk itu maka kedua sumber itu kita
tuliskan.
Theodore M. NewComb, Ralph H. Turner dan Philip E. Converse, Psikologi Sosial, Terjemahan FPUI
(Jakarta: Diponegoro: 1985), hal. 325.
J.W. Schoorl, Modernisasi: Pengantar Sosiologi Pembangunan
Negara-negara Sedang Berkembang, Terjemahan R.G. Soekadijo (Jakarta: PT
Gramedia, 1982), hal. 4.
9. Majalah/Jurnal
Ilmiah
James
F. Stratman, “The Emergence of Legal Composition as a field of inquiry,” Review
of Educational Research, LX (2,1990), pp. 153-235.
10. Interview
Interview dengan Dr. Endry Boeriswati,
M.Pd. . Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS UNJ, 2 Februari 2007
pukul 15.00
11. Tidak dipublikasikan
Endry Boeriswati, Penilian Berbasis Kelas dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia, Makalah Pelatihan Widya Iswara Bahasa
Indonesia, Jakarta : PPPG Bahasa, 2006)
12. Buku yang terdiri dari beberap jilid yang
mempunyai judul umum namun tiap jilid mempunyai subjudul sendiri.
Russell G. Davis (ed.), Planning Education ofr Development. Vol II :
Issues and Problem in the Planning of Education in Developing Countries
(Cambridge, Harvard University, 1980). P.p. 76.
13. Dokumen
RI, Undang-Undang Dasar 1945, Bab VII,
Pasal 19, Ayat 1.
14. Situs Internet
Thorndike,
R.L., History of Infleunces in Develompment of Intelligence Theory &
Testing, (http://www.Indiana.edu/~intel/Thorndike.html),
1998, hal. 1.
Traditional
Intelligence Theories,. (http://edweb.gsn.org/edref.mi.
hst.html), 2000,
hal. 1 Report of Task Force established by Board of Scientific Affairs of
American Psychological Assciation, (http://www.cycau.com/Organ/
Upstream/ IQ/apa/html), 20/08/2000, hal. 13
3. Daftar Pustaka
Daftar
pustaka merupakan rujukan penulis selama ia melakukan dan menyusun penulisan
baik sebagai penunjang maupun sebagai data. Ada beberapa teknik penulisan daftar pustaka.
Semua teknik yang dipilih dapat menyesuaikan dengan pedoman yang kita pilih.
Namun demikian pada dasarnya daftar pustaka digunakan untuk pembantu pembaca
mengenal ruang lingkup penulis, memberikan informasi kepada pembaca untuk
memperoleh pengetahuan yang lebih lengkap dan mendalam daripada kutipan yang
digunakan penulis, dan membantu pembaca memilih refrensi dan materi dasar
studinya.
Teknik
penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:
a.
Baris
pertama dimulai pada margin kiri, baris kedua dan selanjutnya dimulai dengan 3
ketukan ke dalam.
b.
Jarak antarbaris 1,5 spasi
c.
Diurutkan berdasarkan abjad huruf pertama nama
keluarga penulis.
d.
Jika penulis yang sama menulis lebih dari satu karya
tulis yang dikutip, nama penulis nama penulis harus ditulis berulang.
e.
Urutan penulisan: nama penulis diawali nama keluraga
penulis, tahun terbitan, judul karya tulis dengan menggunakan huruf kapital di
awal kata, dan data publikasi berisi nama kota dan nama penerbit karya yang
dikutip.
Contoh Penulisan Daftar Pustaka
Brotowidjoyo, Mukayat D.
2002. Penulisan Karangan Ilmiah. (Ed.
Ke-2). Jakarta: Akademika Pressindo.
Perino, Joseph G. 1999. Self-Confidence,
http://www.psychological-self-help.com/ intro/html.on-line
Suriasumantri, Jujun S. “Pembangunan Sosial Budaya Secara Terpadu”, dalam
Masalah Sosial Budaya Tahun 2000: Sebuah
Bunga Rampai Soedjatmoko at al. (ed. 1986). Yogyakarta : Tiara Wacana.
Schoorl, J.W. 1982. Modernisasi:
Pengantar Sosiologi Pembangunan Negara-negara Sedang Berkembang, Terjemahan
R.G. Soekadijo. Jakarta :
PT Gramedia..
B. Bahasa
dalam Karya Tulis Ilmiah
1. Bahasa llmiah
Berbagai
ketentuan yang sepatutnya diperhatikan oleh penyusun karya tulis ilmiah agar karya
tulisnya komunitatif, karya tulis ilmiah itu harus memenuhi kriteria logis
sistematis, dan lugas, karya tulis ilmiah disebut logis jika keterangan yang
dikemukakannya dapat ditelusuri alasan-alasannya yang masuk akal. Karya tulis ilmiah disebut sistematis jika keterangan yang ditulisnya
disusun dalam satuan-satuan yang berurutan dan saling berhubungan. Karya tulis
ilmiah disebut lugas jika keterangan yang diuraikannya disajikan dalam bahasa
yang langsung menunjukkan persoalan dan tidak berbunga-bunga. Dalam hubungan
dengan penggunaan bahasa. Bab ini akan membicarakan pemakaian bahasa, bab ini
akan membicarakan pemakaian ejaan yang disempurnakan, pembentukan kata,
pemilihan kata, penyusunan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf dalam karya
tulis ilmiah.
Ciri-ciri Bahasa Ilmiah
•
Bahasa Ilmiah harus tepat dan tunggal makna, tidak
remang nalar ataupun mendua.
–
Contoh:”penelitian ini mengkaji metode pemebalajaran
CTL objek yang efektif dan efisien”
•
Bahasa
Ilmiah mendefinisikan secara tepat istilah, dan pengertian yang berkaitan
dengan suatu penelitian, agar tidak menimbulkan kerancuan.
•
Bahasa
Ilmiah itu singkat, jelas dan efektif.
–
Contoh:”tulisan
ini (dilakukan dengan maksud untuk) membahas kecendrungan
peningkatan kompetensi guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2006”.
Catatan:
kata-kata yang di dalam kurung sebaiknya dihilangkan.
Kalimat Yang Efektif
•
“Kalimat yang membangkitkan acuan dan makna yang sama
di benak pendengar atau pembaca dengan yang ada di benak pembicara atau penulis
•
Kalimat
yang efektif ditentukan oleh:
–
Keterpaduan
kalimat: mengacu pada penalaran (deduksi, induksi, top-down, bottom-up, dll.)
–
Koherensi
kalimat: mengacu pada hubungan timbal-balik antara kalimat-kalimat
Contoh :
Kalimat tidak Efektif
|
Kalimat Efektif
|
•
membahayakan bagi penderita
•
membicarakan tentang penyakit
•
mengharapkan akan tindakan
•
para dokter saling bantu-membantu
•
keharusan daripada dilakukannya tindakan pembedahan
|
•
membahayakan penderita
•
membicarakan penyakit
•
mengharapkan tindakan
•
para dokter saling membantu
•
keharusan melakukan pembedahan
|
Koherensi Kalimat
Hal-hal yang
dapat mengganggu koherensi kalimat
•
Tempat kata
–
Pekan
Kesenian Bekas Penyandang Kusta Nasional
•
Pemilihan dan Pemakaian Kata
–
Memilih kata depan atau kata penghubung yang salah:
•
Dari hasil perhitungan…..
–
Memilih dua kata yang kontradiktif atau medan maknanya tumpang
tindih:
•
Banyak siswa-siswa ….
•
Suatu
ciri-ciri yang didapatkan…...
–
Menggunakan
kata yang tidak sesuai:
•
Walaupun banyak artikel berpendapat…..
–
Menggunakan nama atau istilah yang benar, tetapi
penulisannya keliru
2. Penerapan
Ejaan yang disempurnakan
a. Penggunaan
Spasi
Penggunaan
spasi setelah tanda baca sering tidak diindahkan. Menurut ketentuanyang
berlaku, setelah tanda baca (titik, koma, titik koma, titik dua, tanda satu,
tanda Tanya) harus ada spasi, jarak satu pukulan ketikan.
b. Pengunaan Garis Bawah Satu
Garis bawah satu dalam karya tulis ilmiah
digunakan untuk menandai kata-kata atau bagian-bagian yang harus dicetak miring
apabila karya tulis ilmiah itu diterbitkan. Garis bahwa satu dipakai pada 1)
anak bab, 2) subanak bab, 3) kata asing atau kata daerah, 4) judul buku,
majalah, surat kabar yang dikutip dalam naskah. Perhatikan contoh-contoh
berikut:
1) Anak Bab
Misalnya
1. Later Belakang dan Masalah
2) Subanak Bab
Misalnya:
1.1.1. Later
Belakang
1.1.2. Masalah
3) Kata Asing atau kata Daerah
Acceptence boundary "batas
penerimaan"
Papalingpang
(Sd.) bertentangan.
4)
Judul
Buku, Majalah, atau Surat Kabar yang diterbitkan
Misalnya:
Buku Dasar-dasar Gizi Kuliner
Majalah Intisari
Surat Kabar Kompas
Garis bawah satu itu dibuat terputus-putus
kata demi kata, sedangkan spasi (jarak kata dengan kata) tidak perlu
digarisbawahi sebab yang akan dicetak miring adalah kata itu sendiri.
3. Pemenggalan
Kata
Apabila memengalan atau penyukuran
sebuah kata dalam penggantian baris, kita harus membubuhkan tanda kurang (-),
dengan tidak didahului spasi dan tidak dibubuhksn di pinggir ujung bsris. Tanda
hubung itu dibubuhkan di pinggir ujung baris. Dalam kaitan ini, pias kanan karya
tulis ilmiah tidak perlu lurus. Yang harus diutamakan adalah pemenggalan kata
sesuai dengan kaidah penyukuan, bukan masalah kelurusan atau kerapian pias
kanan karya tulis ilmiah. Namun, jika pengetikan karya tulis menggunakan
computer, kerapian pias kanan dapat deprogram dan penyukuran kata dapat
dicegah. Berikut dicantumkan kaidah penyukuran sesuai dengan Pedoman Umum
Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan.
1)
Kalau
di tengah kata ada dua vocal yang berurutan, pemenggalan dilakukan di antara
kedua vocal.
Misalnya : bi-arkan, mema-lukan, pu-ing.
2)
Kalau
di tengah kata ada dua vocal yang mengapit sebuah konsonan (termasuk ng, ny,
sy, dan kh), Pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.
Misalnya : pu-jangga, tereke-nal,
meta-nol, muta-khir.
3) Kalau di tengah kata ada dua konsonan atau
lebih, Pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan itu.
Misalnya : hid-roponik, resep-sionis,
lang-sung.
4) Kalau di tengah kata ada tiga konsonan atau
lebih, Pemisahan tersebut dilakukan di antara konsonan yang pertama dan
konsonan kedua.
Misalnya : Indus-trial, kon-struksi, in-stansi, ben-trok.
5) Jika kata berimbuhan atau berpartikal
dipengal, kita harus memisahkan imbuhan atau partikel itu dari kata dasarnya
(termasuk imbuhan yang mengalami perubahan bentuk).
Misalnya : pelapuk-an, me-ngisahkan,
peng-awetan.
Selain itu, jangan sampai terjadi pada
ujung baris atau pada pangkal baris terdapat hanya satu huruf walaupun huruf itu
merupakan satu suku kata. Demikaian juga, harus diusahakan (kalau mungkin) agar
nama orang tidak dipenggal atau suku-suku katanya.
4. Penulisan
di sebagai kata Depan
Di yang berfungsi sebagai kata depan
harus dituliskan terpisah dari kata yang mengiringinya. Biasanya di sebagai
kata depan ini berfungsi menyatakan arah atau tempat dan merupakan jawaban atas
pernyataan dimana.
Contoh-contoh penggunaan di kata depan
di
samping di rumah
di
persimpangan
di
sebelah utara
di
pasar
di
sungai
di
luar kota
di
toko
5. Penulisan
di sebagai Awalan
Di- yang berfungsi sebagai awalan
membentuk kata kerja pasif dan harus dituliskan serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Pada umumnya, kata kerja pasif yang berawalan di-dapat diubah
menjadi kata kerja aktif yang berawalan meng-(meN-).
Misalnya:
Diubah berlawanan dengan mengubah
Dipahami berlawanan dengan memahami
Dilihat berlawanan dengan melihat
Dimeriahkan berlawanan dengan memeriahkan.
Diperlihatkan berlawanan dengan memperlihatkan.
6. Penulisan
ke sebagai Kata Depan
Ke yang berfungsi sebagai kata depan,
biasanya menyatakan arah atau tujuan dan merupakan jawaban atas pertanyaan ke
mana. Ke belakang ke
muka
ke kecamatan
ke lokasi penelitian
ke pinggir
ke atas
ke sini
ke samping
ke bawah
ke dalam
Sebagai patokan kita, ke yang dituliskan
terpisah dari kata yang mengiringinya jika kata-kata itu dapat dideretkan
dengan kata-kata yang didahului kata di dan dari.
Misalnya :
Ke sana di sana dari sana
Ke kecamatan di kecataman dari kecamatan
ke jalan raya di jalan raya dari jalan raya
ke berbagai di berbagai dari berbagai
Instansi Instansi Instansi
7. Penulisan ke-sebagai Awalan
Ke- yang tidak menunjukkan arah atau
tujuan harus dituliskan serangkaian dengan kata yang mengiringinya karena
ke-seperti itu tergolong imbuhan.
Misalnya:
Kelima kepagian
Kehadiran ketrampilan
Kekasih kepanasan
Kehendak kedinginan
Ketua kehujanan
Catatan:
Ke pada kata kemari, walaupun menunjukkan arah,
harus dituliskan serangkaian karena tidak dapat dideretkan dengan di mari dan
dari mari. Selain itu,
penulisan ke pada kata keluar harus dituliskan serangkai jika berlawanan dengan
kata masuk. Misalnya : saya ke luar dari organisasi itu. Akan
tetapi, jika ke luar itu berlawanan dengan ke dalam, ke harus
dituliskan terpisah. Misalnya, Pandangannya diarahkan ke luar ruangan.
8. Penulisan
Partikel pun
Pada dasarnya, partikel pun yang
mengikuti kata benda, kata kerja, kata sifat, kata bilangan harus dituliskan
terpisah dari kata yang mendahuluinya karena pun di sana merupakan kata
yang lepas.
Menangis pun di rumah pun
Seratus pun satu
kali pun
Berlari pun tingginya
pun
Negara pun apa
pun
Sesuatu pun ke
mana pun
Akan tetapi, kata-kata yang mengandung
pun berikut harus dituliskan serangkai karena sudah dianggap padu benar. Jumlah
kata seperti itu tidak banyak, hanya dua belas kata, yang dapat dihapal di luar
kepala, yaitu adapun, andaipun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, ataupun,
kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, Cyang berarti walaupun)
sungguhpun, dan walaupun.
9. Penulisan Partikel per
Partikel per yang berarti
"mulai" demi atau "tiap" dituliskan terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya :
Per meter per kilogram
Per orang per Oktober
Per orang per Januari
Per kapita per liter
Satu per
satu
Akan tetapi, per yang menunjukkan
pecahan atau imbuhan harus dituliskan serangkaian dengan kata yang
mendahuluinya.
Misalnya:
Lima tiga perdelapan perempat final
Empat pertiga satu perdua
Dua pertujuh tujuh persembilan
10. Penggunaan
Tanda Hubung (-)
Tanda hubung digunakan untuk merangkaikan kata
ulang. Dalam pedoman ejaan kata ulang harus dituliskan dengan dirangkaikan oleh
tanda hubung. Penggunaan angka dua pada kata ulang tidak dibenarkan, kecuali
dalam tulisan-tulisan cepat,- seperti catatan pada waktu mewawancarai seseorang
atau catatan fapat. Perhatian penggunaan tanda hubung pada kata ulang berikut.
dibesar-besarkan bolak-balik
berliku-liku meloncat-loncat
ramah-tamah kait-mengait
sayur-mayur tunggang-langgang
centang-perenang kupu-kupu
compang-camping tolong-menolong
Tanda hubung juga harus digunakan antara
huruf kecil dan huruf capital kata berimbuhan, baik awalan maupun akhiran, dan
antara unsur kata yang tidak dapat berdiri sendiri dan kata yang mengikutinya
yang diawali huruf capital.
Misalnya:
rahmat-Nya se-Jawa Barat
non-RRC di sisi-Nya
se-DKI Jakarta non-Palestina
hamba-Nya se-lndonesia
KTP-Nya PBB-lah
ber-SIM SK-mu
Makhluk-Nya pan-lslamisme
Sinar-X
Antara huruf dan angka dalam suatu
ungkapan juga harus digunakan tanda hubung.
Misalnya :
ke-2 ke-50
uang 500-an ke-25
ke-100 tahun 90-an
ke-40 ke-500
abad 20-an
Jika dalam tulisan terpaksa
digunakan kata-kata asing yang belum diserap, kemudian kata itu diberi imbuhan
bahasa Indonesia, penulisannya tidak langsung diserangkaikan, tetapi dirangkaikannya
dengan tanda hubung. Dalam hubungan ini, kata asingnya perlu digarisbawahi
(cetak miring).
Misalnya:
men-charter di-recall
di-charter di-calling
di-coach men-tackle
pen-tacle-an
Sebenarnya,
masih banyak masalah ejaan yang perlu dibicarakan, terutama yang sering
dijumpai dalam tulisan sehari-hari salah, tetapi karena ada hal lain, yaitu
masalah penyusunan kalimat dan paragraph, yang juga perlu disinggung selintas,
pembicaraan ejaan dicukupkan sekian saja. Diharapkan agar para penyusun karya tulis
ilmiah memiliki sendiri buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan agar
segala masalah aturan ejaan dapat dikuasai betul.
11. Pembentukan
Kata
a. Peluluhan
Bunyi
Jika
kata dasar berbunyi awal /kl, /pi, /t/, /s/, ditambah imbuhan meng-,
meng-...kan, atau meng-l, bunyi awal itu harus luluh menjadi (ng),
/ml/, /n/, dan /ny/. Kaidah itu berlaku juga bag! kata-kata yang berasal dari
bahasa asing yang sekarang sudah menjadi warga kosakata bahasa Indonesia .
Bandingkan dua bentuk di bawah ini, yaitu bentuk baku
dan bentuk tidak baku .
Bentuk Baku
|
Bentuk Tidak Baku
|
Mengikis
Mengultuskan
Mengambinghitamkan
Mengalkulasikan
Memesona
Memarkir
Menafsirkan
Menahapkan
Menerjemahkan
Menyukseskan
Menyuplai
Menargetkan
Menakdirkan
|
Mengkikis
Mengkultuskan
Mengkambinghitamkan
Mengkalkuiasikan
Mempesona
Memparkir
Mentafsirkan
Mentahapkan
Menterjemahkan
Mensukseskan
Mensuplai
Mentargetkan
Mentakdirkan
|
Demikian juga, bunyi /k/, /p/, /t/, /s/,
harus luluh jika diberi imbuhan peng- atau peng..-an (pe-N atau pe
N-....an).
Bentuk Baku
|
Bentuk Tidak
|
Pengikisan Pemarkiran Penargetan Penerjemahan Penahanan Penyuplai
penyuksesan
|
Pengikikisan Pemparkiran Pentargetan Penterjemahan Pentahapan Pensuplai
Pensuksesan
|
Kaidah di atas tidak berlaku bagi
kata-kata serapan yang bunyi awal katanya berupa gugus konsonan.
Transkripsi menjadi mentranskripsikan
atau pentranskripsian, klasifikasi menjadi mengklasifikasikan atau
pengklasifikasian.
b. Penulisan Gabungan Kata
Di dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang disempurnakan terdapat kaidah yang menyatakan bahwa gabungan
kata, termasuk yang lazim disebut kata majemuk, unsure-unsurnya dituliskan
terpisah. Gabungan kata yang harus dituliskan
terpisah, antara lain, sebagai berikut.
duta besar tata bahasa
sebar luas loka karya
tanda tangan empat puluh
ibu kota dua puluh lima
rumah sakit umum lipat ganda
hancur lebur juru tulis
tanggung
jawab anak emas
tepuk tangan kerja sama
kambing hitam beri tahu
Selain gabungan kata di atas yang harus
dituliskan terpisah, terdapat juga gabungan kata yang harus dituliskan
serangkai, yaitu gabungan kata yang sudah dianggap sebagai kata yang padu,
sebagai berikut.
Bagaimana
bumi putra
padahal
halalbihalal
saputangan
segitiga
antarkota
antarwarga
asusila
dasawarsa
kontrarevolusi
ekstrakurikuler
Pancasila
mahakuasa
mahasiswa
pascapanen
pascaperang
purnawirawan
purnasarjana
semiprofessional
nonmigas
|
apabila
dari pada
matahari
barangkali
manakala
sekaligus
bilamana
amoral
dwiwarna
caturtunggal
poligami
monoteisme
saptakrida
subbagian
subpanitia
subseksi
swadaya
swasembada
peribahasa
perilaku
tunarungu
tunanetra
|
DAFTAR PUSTAKA
Akhadiah, Sabarti, Arsyad Maidar G., dan Ridwan, Sakura H. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga
American Psychological Assosciation. 2001. Publication Manual of The
American Psychological Assosiantion.Ed. ke-5 Washingtn , D.C.
Brotowidjoyo, Mukayat D. 2002. Penulisan
Karangan Ilmiah. (Ed. Ke-2). Jakarta: Akademika Pressindo.
Keraf, Gorys. 1997. Komposisi:
Sebuah Pengantar Kemahiran Berbahasa. Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah.
Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa
Indonesia Dengan Benar. Jakarta : Puspa Swara
Surisasumantri, Jujun S. 2000. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer Jakarta: Sinar Harapan,
Turabian, Kate L.
1996. A Manual for Wrting of Term Papers,
Theses, and Disertation. (Ed. Ke 6). Chicago :
The University of
Chicago Press.
No comments:
Post a Comment