A.
PENGERTIAN SUPERVISI AKADEMIK
Apa Pengertian Supervisi Akademik, Tujuan Supervisi Akademik dan Fungsi Supervisi Akademik? Salah satu tugas kepala sekolah/madrasah adalah melaksanakan supervisi
akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif diperlukan
keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman, at al; 2007).
Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah
harus memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi:
pengertian, tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi
supervisi akademik.
Supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah/madrasah antara
lain adalah sebagai berikut.
- Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan kecenderungan perkembangan tiap bidang pengembangan pembelajaran kreatif, inovatif, pemecahan masalah, berpikir kritis dan naluri kewirausahaan
- Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang pengembangan di sekolah/madrasah atau mata pelajaran di sekolah/madrasah berlandaskan standar isi, standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip pengembangan KTSP.
- Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan strategi/ metode/teknik pembelajaran/bimbingan yang dapat mengembangkan berbagai potensi siswa.
- Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran/ bimbingan (di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk mengembangkan potensi siswa.
- Membimbing guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan dan menggunakan media pendidikan dan fasilitas pembelajaran.
- Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi untuk pembelajaran.
Kompetensi supervisi akademik intinya
adalah membina guru dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran. Sasaran
supervisi akademik adalah guru dalam melaksanakan proses pembelajaran, yang
terdiri dari materi pokok dalam proses pembelajaran, penyusunan silabus dan
RPP, pemilihan strategi/metode/teknik pembelajaran, penggunaan media dan
teknologi informasi dalam pembelajaran, menilai proses dan hasil pembelajaran
serta penelitian tindakan kelas. Oleh karena itu, pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi
supervisi akademik yang meliputi (1) Memahami konsep supervisi akademik; (2)
membuat rencana program supervisi akademik; (3) menerapkan teknik-teknik supervisi akademik;
(4) menerapkan supervisi klinis; (5) Melaksanakan
tindak lanjut supervisi akademik.
1.
Konsep Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian
kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi
akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja
guru dalam mengelola pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa
refleksi praktis penilaian kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat
kondisi nyata kinerja guru untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa
yang sebenarnya terjadi di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh
guru dan siswa di dalam kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan
aktivitas di dalam kelas itu yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah
dilakukan oleh guru dalam mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan
kekurangan guru dan bagaimana cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan
guru dalam mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di
sini, bahwa setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan
supervisi akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa
pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-baiknya.
2.
Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Tujuan supervisi akademik adalah:
a.
membantu guru mengembangkan kompetensinya,
b.
mengembangkan kurikulum,
c.
mengembangkan kelompok kerja guru, dan membimbing
penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al; 2007, Sergiovanni, 1987).
Supervisi akademik merupakan salah
satu (fungsi mendasar (essential function)
dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk., 1981; dan
Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai sumber
informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
3.
Prinsip-prinsip supervisi akademik
a.
Praktis, artinya mudah
dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
b.
Sistematis, artinya
dikembangan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan tujuan
pembelajaran.
c.
Objektif, artinya masukan
sesuai aspek-aspek instrumen.
d.
Realistis, artinya
berdasarkan kenyataan sebenarnya.
e.
Antisipatif, artinya mampu
menghadapi masalah-masalah yang mungkin akan terjadi.
f.
Konstruktif, artinya
mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam mengembangkan proses
pembelajaran.
g.
Kooperatif, artinya ada
kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam mengembangkan
pembelajaran.
h.
Kekeluargaan, artinya
mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh dalam mengembangkan pembelajaran.
i.
Demokratis, artinya
supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan supervisi akademik.
j.
Aktif, artinya guru dan
supervisor harus aktif berpartisipasi.
k.
Humanis, artinya mampu
menciptakan hubungan kemanusiaan yang harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar,
antusias, dan penuh humor
l.
Berkesinambungan (supervisi
akademik dilakukan secara teratur dan berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
m.
Terpadu, artinya menyatu dengan dengan
program pendidikan.
n.
Komprehensif, artinya
memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di atas (Dodd, 1972).
4.
Dimensi-dimensi
subtansi supervisi akademik
a. Kompetensi kepribadian.
b. Kompetensi pedagogik.
c. Kompotensi profesional.
d. Kompetensi sosial.
Sering
dijumpai adanya kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi akademik hanya
datang ke sekolah dengan membawa instrumen pengukuran kinerja. Kemudian masuk
ke kelas melakukan pengukuran terhadap kinerja guru yang sedang mengajar.
Setelah itu, selesailah tugasnya, seakan-akan supervisi akademik sama dengan
pengukuran kinerja guru dalam proses pembelajaran.
Perilaku
supervisi akademik sebagaimana diuraikan di atas merupakan salah satu contoh
perilaku supervisi akademik belum baik. Perilaku supervisi akademik yang
demikian tidak akan memberikan banyak pengaruh terhadap tujuan dan fungsi
supervisi akademik. Seandainya memberikan pengaruh, pengaruhnya relatif sangat
kecil artinya bagi peningkatan mutu guru
dalam mengelola proses pembelajaran. Supervisi akademik sama sekali bukan
penilaian unjuk kerja guru. Apalagi bila tujuan utama penilaiannya semata-mata
hanya dalam arti sempit, yaitu mengkalkulasi kualitas keberadaan guru dalam
memenuhi kepentingan akreditasi guru belaka.
Hal
ini sangat berbeda dengan konsep supervisi akademik. Secara konseptual,
supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran.
Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan
kemampuannya mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, berarti, esensi
supervisi akademik itu sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Meskipun
demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian unjuk kerja
guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan, bahwa supervisi
akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan
kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai unjuk kerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu kegiatan yang tidak bisa
dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam mengelola proses pembelajaran
sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu
kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian
integral dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat
membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya terlebih
dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa ditetapkan aspek
yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Salah satu tugas kepala sekolah adalah
merencanakan supervisi akademik. Agar kepala sekolah dapat melaksanakan
tugasnya dengan baik, maka kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat
rencana program supervisi akademik.
1. Konsep perencanaan program supervisi akademik
Perencanaan
program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen perencanaan pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Manfaat perencanaan program supervisi akademik
Manfaat perencanaan program supervisi
akademik adalah sebagai berikut :
a.
sebagai
pedoman pelaksanaan dan pengawasan akademik,
b.
untuk
menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program supervisi akademik,
dan
c.
penjamin
penghematan serta keefektifan penggunaan sumber daya sekolah (tenaga, waktu dan
biaya).
3. Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik
Prinsip-prinsip perencanaan program
supervisi akademik adalah:
a.
obyektif
(data apa adanya),
b.
bertanggung
jawab,
c.
berkelanjutan,
d.
didasarkan
pada Standar Nasional Pendidikan, dan
e.
didasarkan
pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah.
4. Ruang lingkup supervisi akademik
Ruang lingkup supervisi akademik meliputi:
a.
Pelaksanaan KTSP
b.
Persiapan,
pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru.
c.
Pencapaian
standar kompetensi lulusan, standar proses, standar Isi, dan peraturan
pelaksanaannya.
d.
Peningkatan mutu pembelajaran melalui
pengembangan sebagai berikut:
1) model
kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;
2) peran
serta peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif, kreatif, demokratis,
mendidik, memotivasi, mendorong
kreativitas dan dialogis;
3) peserta
didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir serta kebebasan berpikir
sehingga dapat melaksanakan aktivitas intelektual yang kreatif dan inovatif,
berargumentasi, mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi;
4) keterlibatan
peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai pemahaman konsep, tidak terbatas
pada materi yang diberikan oleh guru.
5) bertanggung
jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan pembelajaran untuk setiap mata
pelajaran yang diampunya agar siswa mampu:
a) meningkat
rasa ingin tahunya;
b) mencapai
keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai dengan tujuan pendidikan;
c) memahami
perkembangan pengetahuan dengan kemampuan mencari sumber informasi;
d) mengolah
informasi menjadi pengetahuan;
e) menggunakan
pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;
f) mengkomunikasikan
pengetahuan pada pihak lain; dan
g)
mengembangkan belajar mandiri dan kelompok
dengan proporsi yang wajar.
Supervisi akademik juga mencakup buku
kurikulum, kegiatan belajar mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling.
Supervisi akademik tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi
administratif. Sasaran utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar
dengan tujuan meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel
yang mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat
dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus
utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang sifatnya memberikan kesempatan
kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga mampu melaksanakan
tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
Sasaran
utama supervisi akademik adalah kemampuan-kemampuan guru dalam merencanakan
kegiatan pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, menilai hasil
pembelajaran, memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan layanan
pembelajaran, menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, memanfaatkan
sumber belajar yang tersedia, dan mengembangkan interaksi pembelajaran
(strategi, metode, teknik) yang tepat. Supervisi edukatif juga harus
didukung oleh instrumen-instrumen yang sesuai.
- Instrumen-instrumen
supervisi akademik
Seorang
kepala sekolah/madrasah yang akan melaksanakan kegiatan supervisi harus
menyiapkan perlengkapan supervisi, instrumen, sesuai dengan tujuan, sasaran,
objek metode, teknik dan pendekatan yang direncanakan, dan instrumen yang
sesuai, berupa format-format supervisi dapat dilihat pada lampiran berupa format
1 sampai dengan 9.
6. Bagaimana model-model supervisi akademik?
Secara
umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam, yaitu: supervisi umum
dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan untuk seluruh kegiatan teknis
administrasi sekolah, sedangkan supervisi akademik lebih diarahkan pada
peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut
ini akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik.
a. Model
supervisi tradisional
1) Observasi
Langsung
Supervisi model ini dapat
dilakukan dengan observasi langsung kepada guru yang sedang mengajar melalui
prosedur: pra-observasi dan post-observasi.
a)
Pra-Observasi
Sebelum observasi kelas,
supervisor seharusnya melakukan wawancara serta diskusi dengan guru yang akan
diamati. Isi diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan,
metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.
b)
Observasi
Setelah wawancara dan
diskusi mengenai apa yang akan dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar
mengajar, kemudian supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas
meliputi pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.
c)
Post-Observasi
Setelah observasi kelas
selesai, sebaiknya supervisor mengadakan wawancara dan diskusi tentang: kesan
guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,
identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan,
gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.
2) Supervisi akademik dengan cara tidak langsung
a)
Tes
dadakan
Sebaiknya soal yang
digunakan pada saat diadakan sudah diketahui validitas, reliabilitas, daya beda
dan tingkat kesukarannya. Soal yang diberikan sesuai dengan yang sudah
dipelajari peserta didik waktu itu.
b)
Diskusi
kasus
Diskusi kasus berawal dari
kasus-kasus yang ditemukan pada observasi Proses Pembelajaran (PBM),
laporan-laporan atau hasil studi dokumentasi. Supervisor dengan
guru mendiskusikan kasus demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai
alternatif jalan keluarnya.
c)
Metode
angket
Angket ini berisi
pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan mencerminkan penampilan, kinerja
guru, kualifikasi hubungan guru dengan siswanya dan sebagainya.
b. Model
kontemporer (masa kini)
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan
pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis.
Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang
bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik
langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda.
C.
TEKNIK-TEKNIK
SUPERVISI AKADEMIK
Satu di antara tugas kepala sekolah adalah
melaksanakan supervisi akademik. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara
efektif diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal
(Glickman, at al; 2007). Oleh sebab itu,
setiap Kepala sekolah harus memiliki keterampilan teknikal berupa
kemampuan menerapkan teknik-teknik supervisi yang tepat dalam melaksanakan
supervisi akademik. Teknik-teknik supervisi akademik meliputi dua macam, yaitu: individual dan kelompok (Gwyn, 1961).
Teknik supervisi akademik ada dua, yaitu
teknik supervisi individual dan teknik supervisi kelompok.
1.
Teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan
supervisi perseorangan terhadap guru.
Supervisor di sini hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil
supervisi ini akan diketahui kualitas pembelajarannya.
2. Macam-macam
teknik supervisi individual
Teknik supervisi individual ada lima macam yaitu:
a.
kunjungan kelas,
b.
observasi kelas,
c.
pertemuan individual,
d.
kunjungan antarkelas, dan
e.
menilai diri sendiri.
3.
Kunjungan
kelas
Kunjungan
kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah untuk menolong guru dalam mengatasi
masalah di dalam kelas.
4.
Melaksanakan
kunjungan kelas
Cara
melaksanakan kunjungan kelas:
a.
dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu
tergantung sifat tujuan dan masalahnya,
b.
atas permintaan guru bersangkutan,
c.
sudah memiliki instrumen
atau catatan-catatan, dan
d.
tujuan kunjungan harus
jelas.
5. Tahap-tahap kunjungan kelas
Ada
empat tahap kunjungan kelas.
a. Tahap persiapan. Pada tahap ini, supervisor merencanakan
waktu, sasaran, dan cara mengobservasi selama kunjungan kelas.
b. Tahap pengamatan selama kunjungan. Pada tahap ini,
supervisor mengamati jalannya proses pembelajaran berlangsung.
c. Tahap akhir kunjungan. Pada tahap ini, supervisor bersama
guru mengadakan perjanjian untuk membicarakan hasil-hasil observasi.
d. Tahap terakhir adalah tahap tindak lanjut.
2.
Kriteria
kunjungan kelas
Dengan
menggunakan enam kriteria yaitu:
a. memiliki tujuan-tujuan tertentu;
b. mengungkapkan aspek-aspek yang dapat memperbaiki
kemampuan guru;
c. menggunakan instrumen observasi untuk mendapatkan data
yang obyektif;
d.
terjadi interaksi antara
pembina dan yang dibina sehingga menimbulkan sikap saling pengertian;
e.
pelaksanaan kunjungan kelas
tidak menganggu proses pembelajaran; dan
f.
pelaksanaannya diikuti
dengan program tindak lanjut.
3.
Observasi
kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran
secara teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,
kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran.
4.
Aspek-aspek
yang diobservasi di dalam kelas
Secara umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a.
usaha-usaha dan aktivitas
guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b.
cara menggunakan media
pengajaran
c.
variasi metode,
d.
ketepatan penggunaan media
dengan materi
e.
ketepatan penggunaan metode
dengan materi, dan
f. reaksi mental para siswa dalam proses belajar
mengajar.
5.
Pelaksanaan
observasi kelas
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahap:
a. persiapan,
b. pelaksanaan,
c. penutupan,
d. penilaian hasil observasi; dan
e. tindak lanjut. Supervisor: 1) sudah siap dengan instrumen observasi, 2)
menguasai masalah dan tujuan supervisi, dan 3) observasi tidak mengganggu
proses pembelajaran.
6.
Pertemuan
Individual
Pertemuan individual
adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan tukar pikiran antara supervisor
guru. Tujuannya adalah:
a. memberikan kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui
pemecahan kesulitan yang dihadapi;
b. mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
c. memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri
guru; dan
d. menghilangkan atau menghindari segala prasangka.
7. Jenis-jenis pertemuan individual
Swearingen (1961) mengklasifikasi empat jenis pertemuan (percakapan)
individual sebagai berikut
a.
classroom-conference, yaitu
percakapan individual yang dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid
sedang meninggalkan kelas (istirahat).
b.
office-conference. Yaitu
percakapan individual yang dilaksanakan di ruang kepala sekolah atau ruang
guru, di mana sudah dilengkapi dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan
untuk memberikan penjelasan pada guru.
c.
causal-conference. Yaitu percakapan individual
yang bersifat informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
d.
observational
visitation. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan setelah
supervisor melakukan kunjungan kelas atau observasi kelas.
8.
Pelaksanaan pertemuan
individual
Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif
guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan pengarahan,
dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih meragukan.
9. Kunjungan antar kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke
kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi
pengalaman dalam pembelajaran.
10. Cara-cara melaksanakan kunjungan antar kelas
Caranya:
a.
harus direncanakan;
b.
guru-guru yang akan
dikunjungi harus diseleksi;
c.
tentukan guru-guru yang akan
mengunjungi;
d.
sediakan segala fasilitas
yang diperlukan;
e.
supervisor hendaknya mengikuti acara ini dengan pengamatan
yang cermat;
f.
adakah tindak lanjut setelah
kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan pribadi,
penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu;
g.
segera aplikasikan ke
sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan menyesuaikan pada situasi dan
kondisi yang dihadapi;
h.
adakan perjanjian-perjanjian
untuk mengadakan kunjungan antar kelas berikutnya.
11. Menilai diri sendiri
Menilai
diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri secara objektif.
Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.
12. Cara-cara menilai diri sendiri
Caranya
sebagai berikut.
a.
Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan
kepada murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas. Biasanya
disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup maupun terbuka, dengan
tidak perlu menyebut nama.
b.
Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
c.
Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja secara individu maupun secara kelompok.
13.
Supervisi kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru yang
diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau kebutuhan atau
kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau dikumpulkan menjadi
satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka diberikan layanan supervisi sesuai
dengan permasalahan atau kebutuhan yang mereka hadapi. Menurut Gwynn (1961),
ada tiga belas teknik supervisi kelompok yaitu:
a.
kepanitiaan-kepanitiaan,
b.
kerja
kelompok,
c.
laboratorium
dan kurikulum,
d.
membaca
terpimpin,
e.
demonstrasi
pembelajaran,
f.
darmawisata,
g.
kuliah/studi,
h.
diskusi
panel,
i.
perpustakaan,
j.
organisasi
profesional,
k.
buletin
supervisi,
l.
pertemuan
guru,
m.
lokakarya
atau konferensi kelompok
Tidak satupun di antara teknik-teknik supervisi
individual atau kelompok di atas yang cocok atau bisa diterapkan untuk semua
pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu, seorang kepala sekolah harus mampu
menetapkan teknik-teknik mana yang sekiranya mampu membina keterampilan
pembelajaran seorang guru. Untuk menetapkan
teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah. Seorang kepala
sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang keterampilan yang akan
dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap teknik di atas dan sifat
atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan betul-betul sesuai dengan
guru yang sedang dibina melalui supervisi akademik. Sehubungan dengan
kepribadian guru, Lucio dan McNeil (1979) menyarankan agar kepala sekolah
mempertimbangkan enam faktor kepribadian guru, yaitu kebutuhan guru, minat
guru, bakat guru, temperamen guru, sikap guru, dan sifat-sifat somatic guru.
Jika kepala
sekolah ingin mengadakan supervisi akademik, maka pastikan dulu apakah supevisi
itu untuk individual atau kelompok. Kemudian pilihlah teknik supervisi yang
tepat menurut pengalaman kepala sekolah dengan banyak bertanya kepada pengawas
sekolah selaku pembina atau teman sejawat.
D.
KONSEP SUPERVISI KLINIS
Ide untuk memberlakukan
supervisi klinis bagi guru muncul ketika guru tidak harus disupervisi atas
keinginan kepala sekolah sebagai supervisor tetapi atas kesadaran guru untuk
datang ke supervisor untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Kepala sekolah
sebagai supervisor akademik seyogyanya memiliki pengetahuan dan menguasai
penerapan supervisi klinis.
1. Supervisi
klinis
Supervisi klinis adalah pembinaan kinerja guru dalam mengelola
proses pembelajaran (Sullivan & Glanz, 2005). Menurut
Sergiovanni (1987) ada dua tujuan supervisi klinis: pengembangan profesional
dan motivasi kerja guru.
2.
Pelaksanaan
supervisi klinis
Menurut Sullivan & Glanz (2005), ada empat langkah
yaitu:
a.
perencanaan pertemuan,
b.
observasi,
c.
pertemuan berikutnya, dan
d.
repleksi kolaborasi.
Langkah-langkah
perencanaan pertemuan meliputi: 1) memutuskan fokus observasi (pendekatan umum,
informasi langsung, kolaboratif, atau langsung diri sendiri), 2) menetapkan metode
dan formulir observasi, 3) mengatur waktu observasi dan pertemuan berikutnya.
Langkah-langkah observasi: a) memilih alat observasi, b) melaksanakan
observasi, c) memverifikasi hasil observasi dengan guru pada pertemuan berikutnya,
d) menganalisis data hasil verifikasi dan menginterpretasi, dan e) memilih
pendekatan interpersonal setelah pertemuan berikutnya. Langkah-langkah
pertemuan berikunya adalah menentukan fokus dan waktu. Langkah-langkah refleksi
kolaborasi: (1) menemukan nilai-nilai apa? (2) mana yang kurang bernilai, (3)
apa saran-saran anda.
3. Perbedaan Pokok Supervisi Tradisional dengan Supervisi
Klinis Ditinjau dari Pendekatannya
No
|
Supervisi
Tradisional (Preskriptif)
|
Supervisi
Klinis (Kolaboratif)
|
1
|
Supervisor
bertindak sebagai inspektur yang harus mengamankan peraturan yang berlaku.
|
Supervisor bertindak sebagai mitra atau rekan kerja
guru.
|
2
|
Supervisor
menganggap dirinya sebagai seorang ahli dan memiliki rasa super jika
dibanding dengan guru yang disupervisi.
|
Supervisor
dan guru yang disupervisi mempunyai derajat keahlian yang sama.
|
3
|
Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan preskriptif (membandingkan apa yang
diobservasi dengan apa yang dijadikan model).
|
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan inkuiri
(mencoba menemukan dan memahami apa yang dilakukan guru)
|
4
|
Supervisor
lebih berkuasa dari guru yang disupervisi dalam kegiatan diskusi sebelum dan
sesudah observasi
|
Diskusi
dilaksanakan sebagai tindak lanjut dari pengamatan proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Diskusi bersifat terbuka dan objektif.
|
5
|
Supervisi bertujuan untuk menjamin agar metode yang
ditetapkan diterapkan secara benar
|
Supervisi bertujuan untuk membantu mengembangkan
profesionalitas guru melalui kegiatan-kegiatan reflektif.
|
4. Terdapat perbedaan antara supervisi non-klinis dengan
supervisi klinis sebagai berikut (La Sulo, 1988:9).
No
|
Aspek
|
Supervisi
non klinis
|
Supervisi
klinis
|
1
|
Prakarsa
dan tanggung jawab
|
Terutama
oleh supervisor
|
Diutamakan
oleh guru
|
2
|
Hubungan
supervisor dengan guru
|
Realisasi
atasan dengan bawahan
|
Realisasi kolegial yang sederajat dan interaktif
|
3
|
Sifat supervisi
|
Cenderung
direktif atau otokratif
|
Bantuan
yang demokratis
|
4
|
Sasaran
supervisi
|
Samar-samar atau sesuai keinginan supervisor
|
Diajukan oleh guru sesuai dengan kebutuhannya, dikaji
bersama menjadi kontrak
|
5
|
Ruang
lingkup supervisi
|
Umum dan
luas
|
Terbatas
sesuai kontrak
|
6
|
Tujuan supervisi
|
Cenderung
evaluatif
|
Bimbingan yang analitis dan deskriptif
|
7
|
Peran
supervisor dalam pertemuan
|
Banyak
member tahu dan mengarahkan
|
Banyak
bertanya untuk analisis diri
|
8
|
Balikan
|
Atas
kesimpulan supervisor
|
Dengan
analisis dan interprestasi bersama berdasarkan data observasi sesuai kontrak.
|
C. Contoh
Supervisi klinis dapat dianalogikan dengan istilah klinis
dalam dunia kesehatan yang menunjuk pada suatu tempat untuk berobat. Seorang
pasien datang ke klinis bukan karena diundang dokter melainkan karena ia
membutuhkan pengobatan agar sembuh dari penyakitnya. Selanjutnya, dokter
mengadakan diagnosis dan resep untuk mengobati penyakit pasiennya. Dalam dunia
sekolah, guru datang sendiri menemui kepala sekolah untuk meminta bantuan
memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya.
Hasil
supervisi perlu ditindaklanjuti agar memberikan dampak yang nyata untuk
meningkatkan profesionalisme guru. Dampak nyata ini diharapkan dapat dirasakan
masyarakat maupun stakeholders.
Tindak lanjut tersebut berupa: penguatan
dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang
bersifat mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru
diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran Iebih lanjut.
Tindak lanjut dari hasil analisis merupakan
pemanfaatan hasil supervisi. Dalam materi pelatihan tentang tindak lanjut hasil
supervisi akan dibahas mengenai pembinaan dan pemantapan instrumen.
1. Pembinaan
Kegiatan pembinaan dapat
berupa pembinaan langsung dan tidak langsung.
a.
Pembinaan
langsung
Pembinaan ini dilakukan
terhadap hal-hal yang sifatnya khusus, yang perlu perbaikan dengan segera dari
hasil analisis supervisi.
b.
Pembinaan
tidak langsung
Pembinaan ini dilakukan
terhadap hal-hal yang sifatnya umum yang perlu perbaikan dan perhatian setelah
memperoleh hasil analisis supervisi.
Beberapa cara yang dapat dilakukan
kepala sekolah/madrasah dalam membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran dalam:
1. Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan
pembantu guru lainnya
2. Menggunakan buku teks secara efektif
3. Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat
mereka pelajari selama pelatihan profesional/inservice training
4. Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki
5. Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)
6. Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa
7. Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu
pembelajaran
8. Mengelompokan siswa secara lebih efektif
9. Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama
10. Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil
11. Mengikutsertakan masyarakat dalam mengelola kelas
12. Meraih moral dan motivasi mereka sendiri
13. Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi
dan kreatifitas layanan pembelajaran
14. Membantu membuktikan siswa dalam meningkatkan ketrampilan
berpikir kritis, menyelesaikan masalah dan pengambilan keputusan
15. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
2.
Pemantapan Instrumen Supervisi
Kegiatan
untuk memantapkan instrumen supervisi dapat dilakukan dengan cara diskusi
kelompok oleh para supervisor tentang instrumen supervisi akademik maupun instrumen
supervisi non akademik.
Dalam memantapkan
instrumen supervisi, dikelompokkan menjadi:
a.
Persiapan guru untuk mengajar terdiri dari:
1) Silabus
2) RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
3) Program Tahunan
4) Program Semesteran
5) Pelaksanaan proses pembelajaran
6) Penilaian hasil pembelajaran
7) Pengawasan proses pembelajaran
b. Instrumen supervisi kegiatan belajar
mengajar
1)
Lembar
pengamatan
2)
Suplemen observasi (ketrampilan mengajar, karakteristik
mata pelajaran, pendekatan klinis, dan sebagainya)
c.
Komponen dan kelengkapan instrumen, baik instrumen supervisi
akademik maupun isntrumen supervisi non akademik.
d. Penggandaan
instrumen dan informasi kepada guru bidang studi binaan atau kepada karyawan
untuk instrumen non akademik.
Dengan demikian, dalam tindak lanjut supervisi dapat
disimpulkan sebagai berikut:
a.
Dalam pelaksanaannya kegiatan tindak lanjut supervisi
akademik sasaran utamanya adalah kegiatan belajar mengajar.
b.
Hasil analisis, catatan supervisor, dapat dimanfaatkan
untuk perkembangan keterampilan mengajar guru atau meningkatkan profesionalisme
guru dan karyawan, setidak-tidaknya dapat mengurangi kendala-kendala yang
muncul atau yang mungkin akan muncul.
c.
Umpan balik akan member prtolongan bagi supervisor dalam
melaksanakan tindak lanjut supervisi.
d.
Dari umpan balik itu pula dapat tercipta suasana komunikasi
yang tidak menimbulkan ketegangan, menonjolkan otoritas yang mereka miliki,
memberi kesempatan untuk mendorong guru memperbaiki penampilan, serta
kinerjanya.
Cara-cara
melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi akademik sebagai berikut.
1. Mengkaji rangkuman hasil penilaian.
2. Apabila ternyata tujuan supervisi
akademik dan standar-standar pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya
dilakukan penilaian ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru
yang menjadi tujuan pembinaan.
3. Apabila ternyata memang tujuannya
belum tercapai maka mulailah merancang kembali program supervisi akademik guru
untuk masa berikutnya.
4.
Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.
5. Mengimplementasikan rencana aksi
tersebut pada masa berikutnya.
6. Ada lima langkah pembinaan kemampuan guru melalui
supervisi akademik, yaitu:
a. menciptakan
hubungan-hubungan yang harmonis,
b. analisis kebutuhan,
c. mengembangkan strategi dan media,
d. menilai,
dan
e. revisi
Seorang kepala sekolah telah selesai mensupervisi guru A mapel IPA. Hasil
rekapitulasi skor menunjukkan 86 yang dikategorikan Baik dengan beberapa
catatan, dilanjutkan dengan evaluasi proses pembelajaran. Evaluasi menggunakan
format dalam (lampiran) yang mengacu perencanaan program supervisi akademik.
Caranya dengan menambah satu kolom lagi untuk kolom realisasi. Selanjutnya, realisasi dibandingkan
dengan target atau indikator untuk mengetahui tingkat ketercapaiannya.
Dodd, W.A.
1972. Primary School
Inspection in New Countries. London: Oxford University
Press.
Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instructional Leadership A
Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.
Gwynn, J.M. 1961. Theory and
Practice of Supervision. New York: Dodd, Mead & Company.
Robbins, S.P.2008. The Truth about
Managing People. Second Edition. Upper Sadle River, New Jersey: Pearson
Education, Inc.
Sergiovanni, T.J. 1982. Supervision
of Teaching. Alexandria: Association for Supervision and Curriculum
Development.
Sullivan, S. & Glanz, J. 2005. Supervision
that Improving Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks,
California: Corwin Press.
Verma, V.K. 1996. The Human Aspects of Project Management Human
Resources Skills for the Project Manager. Volume Two. Harper Darby,PA:
Project Management Institute.
Sullivan, S & Glanz, J. 2005. Supervision
that Improves
Teaching Strategies and Techniques. Thousand Oaks,
California: Corwin
Press.
Supervisi Akademik dalam peningkatan profesionalisme guru.
2006. Kompetensi
Supervisi Kepala Sekolah Pendidikan
Dasar. Direktorat Tenaga
Kependidikan Ditjen PMPTK
Depdiknas.
Wiles, J. dan J. Bondi.
1986. Supervision: A Guide to Practice .
Second Edition. Columbus: Charles E. Merrill Publishing Company
No comments:
Post a Comment