Logo Blog

TUGAS KULIAH DAN BELAJAR

Penerapan Prinsip Perkembangan dan Kecepatan Siswa Dalam Belajar Sangat Bervariasi

Makalah Penerapan Prinsip Perkembangan dan Kecepatan Siswa Dalam Belajar Sangat Bervariasi
Contoh penerapan prinsip Perkembangan Dan Kecepatan Siswa Dalam Belajar Sangat Bervariasi

Makalah dan Contoh penerapan prinsip Perkembangan Dan Kecepatan Siswa Dalam Belajar Sangat Bervariasi dalam pelajaran antara lain: 

1.     Penerapan Prinsip Belajar Tuntas
Konsep Belajar Tuntas
Belajar tuntas (Mastery learning) adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar bahan ajaran dikuasai secara tuntas, artinya dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Belajar tuntas ini merupakan strategi pembelajaran yang diindividualisasikan dengan menggunakan pendekatan kelompok (group based approach)

Dengan system belajar tuntas diharapkan program belajar mengajar dapat dilaksanakan sedemikian rupa agar tujuan instruksional yang hendak dicapai dapat diperoleh secara optimal sehingga proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien. Secara operasional perwujudannya adalah: Nilai rata-rata seluruh siswa dalam satuan kelas dapat ditingkatkan dan jarak antara siswa yang cepat dan lambat belajar menjadi semakin pendek.

Dasar-dasar Belajar Tuntas
Landasan konsep dan teori belajar tuntas ( Mastery Learning Theory ) adalah pandangan tentang kemampuan siswa yang dikemukakan oleh John B. Carroll pada tahun 1963 berdasarkan penemuannya yaitu “Model of School Learning” yang kemudian dirubah oleh Benyamin S. Bloom menjadi model belajar yang lebih operasional. Selanjutnya oleh James H. Block model tersebut lebih disempurnakan lagi.

Sedangkan menurut Carroll bakat atau pembawaan bukanlah kecerdasan alamiah, melainkan jumlah waktu yang diperlukan oleh siswa untuk menguasai suatu materi pelajaran tertentu. Benyamin melaksanakan konsep belajar tuntas itu ke dalam kelas melalui proses belajar mengajar pelaksanaaannya sebagai berikut :
1.      Bagi satuan pelajaran disediakan waktu belajar yang tetap dan pasti.
2.      Tingkat penguasaan materi dirumuskan sebagai tingkat penguasaan tujuan pendidikan yang essensial.

Untuk lebih menggalakkan konsep belajar tuntas James H. Block mencoba mengurangi waktu yang diperlukan untuk mempelajari suatu materi pelajaran di dalam waktu yang tersedia, yaitu dengan cara meningkatkan semaksimal mungkin kualitas pengajaran.

Jadi pelaksanaan oleh James H Block mengandung arti bahwa :
1.      Waktu yang sebenarnya digunakan diusakan diperpanjang semaksimal mungkin.
2.      Waktu ytang tersedia diperpendek sampai semaksimal mungkin dengan cara memberikan pelayanan yang optimaldan tepat.

Strategi Belajar Tuntas
Benyamin S. Bloom (1968) di dalam kertas kerjanya “learning for mastery theory and practice” mengembangkan atau mengoperasionalkan “model of school learning” konsep John B Carroll (1963). Pengembangan itu berupa penyusunan suatu strategi belajar tuntas dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

Pada pokoknya satrategis itu ialah “jika kepada siswa diberikan waktu yang cukup (sufficient) dan mereka diperlakukan secara tepat (appropriate treatment), maka mereka akan mampu dan dapat belajar sesuai dengan tuntutan dan sasaran (obyektives) yang diharapkan”.
Selanjutnya menurut Bloom beberapa implikasi belajar tuntas dapat disebutkan sebagai berikut :
1.      Dengan kondisi optimal, sebagian besar siswa dapat menguasai materi pelajaran secara tuntas (mastery learning).
2.      Tugas guru adalah mengusahakan setiap kemungkinan untuk menciptakan kondisi yang optimal, meliputi waktu, metode, media dan umpan yang baik bagi siswa.
3.      Yang dihadapi guru adalah siswa-siswa yang mempunyai keanekaragaman individual. Karena itu kondisi optimal mereka juga beraneka ragam.
4.      Perumusan tujuan instruksional khusus sebagai satuan pelajaran mutlak diperhatikan, agar supaya para siswa mengerti hakikat tujuan dan prosa dan belajar.
5.      Bahan pelajaran dijabarkan dalam satuan-satuan pelajaran yang kecil-krcil dan selalu diadakan pengujian awal (pretest) pada permulaan pelajaran dan penyajian akhir (posttest) pada akhir satuan akhir pelajaran.
6.      Diusahakan membentuk kelompok-kelompok yang kecil (4-6 orang) yang dapat berteman secara teratur sehingga dapat saling membantu
7.      dalam memecahkan kesulitan-kesulitan belajar siswa secara efektif dan efisien.
8.      Sistem evaluasi berdasarkan atas tingkat penguasaan tujuan instruksional khusus bagi materi pelajaran yang bersangkutan yaitu menggunakan “criteria referenced test” bukannya “norm referenced test”.

Ciri-ciri belajar/mengajar dengan prinsip Belajar Tuntas
Pada dasarnya ada enam macam ciri pokok pada belajar/mengajar dengan prinsip belajar tuntas, yaitu :
1.      Berdasarkan atas tujuan instruksional yang hendak dicapai yang sudah ditentukan lebih dahulu
2.      Memperhatikan perbedaan individu siswa (asal perbedaan) terutama dalam kemampuan dan kecepatan belajarnya
3.      Menggunakan prinsip belajar siswa aktif
4.      Menggunakan satuan pelajaran yang kecil
5.      Menggunakan system evaluasi yang kontinyu dan berdasarkan atas kriteria, agar guru maupun siswa dapat segera memperoleh balikan
6.      Menggunakan program pengayaan dan program perbaikan.

Variabel-variabel Belajar Tuntas
1.      Bakat siswa (aptitude) : Hasil penelitian menunjukan bahwa ada korelasi yang cukup tinggi antara bakat dengan hasil pelajaran
2.      Ketekunan belajar (perseverance) : Ketekunan erat kaitannya dengan dorongan yang timbul dalam diri siswa untuk belajar dan mengolah informasi secara efektif dan efisien serta pengembangan minat dan sikap yang diwujudkan dalam setiap langkah instruksional.
3.      Kualitas pembelajaran (quality of instruction) : Kualitas pembelajaran merupakan keadaan yang mendorong siswa untuk aktif belkajar belajar dan mempertahankan kondisinya agar tetap dalam keadaan siap menerima pelajaran.Kualitas pembelajaran ditentukan oleh kualitas penyajian, penjelasan, dan pengaturan unsure-unsur tugas belajar
4.      Kesempatan waktu yang tersedia (time allowed for learning) : Penyediaan waktu yang cukup untuk belajar dalam rangka mencapai tujuan instruksional yang ditetapkan dalam suatu mata pelajaran, bidang studi atu pokok bahasan yang berbeda-beda sesuai dengan bobot bahan pelajaran dan tujuan yang ditetapkan.

     2.     Pembelajaran dengan Sistem Modul
Modul merupakan sistem pembelajaran individual . Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan pedoman penggunaannya untuk para guru.

Tujuan utama : untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran di sekolah

Modul dapat dipelajari di mana saja , lama sebuah modul tidak tertentu. Dapat beberapa menit, jam dan dapat dilakukan tersendiri atau diberi variasi dengan metode lain.

Ciri-ciri modul :
a.       sebuah modul adalah unit pembelajaran terkecil ytang direncanakan dan ditulis secara sistematis dan operasional, terdiri atas:
1.      Rumusan tujuan yang diharapkan dapat dikuasai siswa setelah menjelaskan unit pelajaran.
2.      Deskripsi isi pembelajaran yang harus dipelajari siswa
3.      Daftar alat-lat pelajaran yang akan digunakan siswa dalam proses pembelajaran
4.      kegiatan belajar yang harus dilakukan disusun dalam bentuk :
-   Teks bacaan dan petunjuk yang harus diikuti.
-   Lembar kerja siswa (LKS) yang berisi tugas-tuygas yang harus diselesaikan sesuai dengan kegiatan yang dilakukan sebagaimana pada poin di atas.
5.      Kunci jawaban llembar kerja siswa
6.      Lembar evaluasi tes untuk mengukur taraf pengyuasaan siswa terhadap materi pembelajaran yang dipelajari dilengkapi dengan lembaran jawaban.
7.      Kunci evaluasi berisi jawaban yang benar dari setiap soal tes sebagaimana tercantum pada lembaran evaluasi.
8.      Petunjuk guru yang berisi petunjuk penggunaan modul.
b.      Sebuah moduil dirancang sedemikian rupa agar memungkinkan siswa dapat belajar swendiri seoptrimal mungkin
c.       Sebuah modul dirancang sedemikian rupa sehingga penilaian terhadap kemajuan siswa dapat dilakukan secara cermat melalui evaluasi setiap akhir unit pelajaran.
d.      Sebuah modul dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan kemampuan belajarnya masing-masing.
e.       Sebuah modul dirancang berdasarkan pada "belajar tuntas" taraf ketuntasan yang ditekankan adalah 75 persen. Siswa yang belum mencapai taraf itu, tidak boleh lanjut.

Karakteristik Pembelajaran dengan Sistem modul
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.         Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.
2.         Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.
3.         Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi.
4.         Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.

Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai ketuntasan belajar.


= Baca Juga =



No comments:

Post a Comment

    Info Kurikulum Merdeka

    Info Kurikulum Merdeka
    Info Kurikulum Merdeka