Tujuan dan Instrumen dan Langkah-langkah Asesmen Awal Pembelajaran. Guru perlu merancang asesmen yang dilaksanakan pada awal pembelajaran, pada saat pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran. Perencanaan asesmen, terutama pada asesmen awal pembelajaran sangat perlu dilakukan karena untuk mengidentifikasi kebutuhan belajar peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang sesuai dengan tahap capaian peserta didik.
Seperti Bapak/ Ibu guru
ketahui, kemampuan dan keterampilan siswa di dalam sebuah kelas berbeda-beda. Ada
yang lebih cepat paham dalam topik tertentu, namun ada juga yang membutuhkan waktu
lebih lama untuk memahami topik tersebut. Fungsi dari asesmen awal adalah untuk
membantu guru untuk mengetahui potensi peserta didik karena awalnya mereka “tidak
mengetahuinya” (Jensen, 2005). Hal ini disebabkan seorang siswa yang cepat paham
dalam satu topik, belum tentu cepat paham dalam topik lainnya. Asesmen awal memetakan
kemampuan semua siswa di kelas secara cepat, untuk mengetahui siapa saja yang sudah
paham, siapa saja yang agak paham, dan siapa saja yang belum paham. Dengan demikian
Bapak/ Ibu guru dapat menyesuaikan materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.
Pengertian Asesmen awal pembelajaran adalah bagian yang penting
dalam proses pembelajaran dan memegang peran yang strategis dalam kurikulum Merdeka.
Asesmen ini dilakukan sebelum pelaksanaan pembelajaran secara formal dan bertujuan
untuk mengetahui tingkat kemampuan dan potensi siswa dalam memahami materi. penilaian
awal mendukung untuk mengidentifikasi kemampuan individu, untuk membedakan strategi
pembelajaran, dengan harapan dapat membuat peserta didik bekerja dalam kolaborasi,
dan untuk mencapai tujuan pembelajaran (Tomlinson, 2003). Asesmen ini dapat dilakukan
dengan berbagai metode, seperti tes tertulis, observasi, wawancara, atau diskusi
kelompok, dan guru memegang peran penting dalam memilih metode yang tepat. Asesmen
awal sangat bermanfaat bagi guru dalam menentukan arah pembelajaran dan menyesuaikan
materi yang diajarkan dengan tingkat kemampuan siswa. Hasil asesmen memberikan dasar
kepada guru untuk menetapkan perlakuan atau strategi yang tepat kepada masing-masing
siswa. Selain itu Bapak/Ibu Guru dapat mempersiapkan untuk merencanakan sebelum
pembelajaran dengan konsep materi yang diperlukan dan sangat penting untuk menjembatani
kesenjangan pengetahuan yang ditemukan di antara beragam peserta didik (Gregory
& Chapman, 2002). Selanjutnya Bapak/Ibu Guru dapat melakukan Remedial atau pengayaan
yang dilakukan sebagai tindak lanjut hasil asesmen merupakan upaya untuk memastikan
tidak ada siswa yang tertinggal atau dirugikan.
Asesmen awal pembelajaran
juga membantu guru untuk menentukan apakah siswa membutuhkan bantuan tambahan dalam
memahami materi. Guru dapat memberikan bantuan tambahan bagi siswa yang membutuhkan
dengan cara yang tepat dan efektif. Ini juga membantu guru untuk menentukan apakah
siswa memerlukan bantuan dari orang lain seperti tutor atau bimbingan belajar (Direktur
KSKK Madrasah 2022). Namun, perlu diingat bahwa penilaian awal pembelajaran bukanlah
penilaian akhir. Assesment ini hanya merupakan langkah awal dalam proses pembelajaran
dan bukanlah penentu keberhasilan siswa dalam memahami materi. Penilaian akhir akan
dilakukan setelah pelaksanaan pembelajaran formal selesai dan akan menentukan sejauh
mana siswa telah memahami materi yang diajarkan. Penilaian akhir dapat berupa tes
tertulis, presentasi, atau proyek yang membutuhkan siswa untuk menunjukkan apa yang
telah mereka pelajari selama proses pembelajaran. Dalam kurikulum Merdeka, Asesmen
awal pembelajaran memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan sukses atau
kegagalan siswa dalam memahami materi. Oleh karena itu, guru harus memastikan bahwa
penilaian awal dilakukan dengan benar dan efektif sehingga siswa dapat memahami
materi dengan baik dan mencapai tujuan pembelajaran.
Apa Tujuan Asesmen Awal
Pembelajaran ? Tujuan utama dari asesmen
awal pembelajaran adalah untuk membantu guru untuk mengetahui peserta didik
dan menjembatani kesenjangan antara muatan materi yang dipelajari dan yang akan
dipelajari peserta didik. Selain itu, Asesmen awal bertujuan untuk mengidentifikasi
kesiapan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran yang ditargetkan (Direktur
KSKK Madrasah 2022). Hasilnya digunakan pendidik sebagai rujukan dalam merencanakan
pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan tahap capaian pembelajaran peserta didik..
Apa Manfaat Melaksanakan
Asesmen Awal Pembelajaran ? Manfaat Asesmen awal tentunya untuk Bapak/Ibu guru dapat
memberikan gambaran yang jelas gagasan tentang kesiapan peserta didik, minat, keterampilan
yang ada, dll. Bapak/Ibu guru juga dapat memilih rencana yang dimodifikasi menurut
analisis asesmen awal. Metode dan prosedur instruksional harus diadaptasi sebagai
strategi untuk memaksimalkan pembelajaran dengan melakukan penyesuaian sesuai dengan
kebutuhan. Tomlinson dan McTighe (2006) menjelaskan bahwa hal tersebut membantu
kesiapan guru dalam memberikan wawasan tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap
lebih beragam. Wawasan ini sangat penting untuk merencanakan yang berbeda dalam
hal:
·
Pengajaran
untuk memenuhi kebutuhan yang beragam.
·
Kebutuhan
belajar peserta diidentifikasi
·
Kapasitas
belajar peserta diukur
·
Minat
peserta diukur
·
Pengetahuan
awal peserta dinilai/diuji
·
Pelajar
mencapai target dengan bekerja dalam kelompok fleksibel
·
Rencana
pelajaran: preferensi belajar peserta dipertimbangkan
·
Tugas
berbeda ditugaskan untuk menyalakan banyak kapasitas
·
Kelas
kemampuan campuran: keterlibatan yang setara dalam tugas yang berhormat
·
Profil
peserta diperbarui/ pertumbuhan dicatat
·
Penyesuaian
dilakukan menurut kesiapan peserta didik
·
Keterampilan
mengajar: tantangan dan pilihan dibuat dengan hati-hati (Tomlinson dan McTighe:
2006).
Kemampuan siswa di dalam
kelas beragam, hal ini menjadi tersendiri bagi guru untuk dapat memetakannya. Gambaran
tersebut dapat dilihat dalam pembelajaran yang beragam terdapat “individu yang unik”,
memiliki jumlah siswa dalam kelompok dan pengalaman belajar yang berbeda. Keragaman
siswa tersebut menjadi tantangan bagi guru di dalam proses pembelajaran di kelas
bersama siswa (Banks et al., 2005). Semua individu yang berbeda dan perbedaan belajar
memerlukan perbedaan cara mengajar untuk memenuhi kebutuhan belajar siswa (Hidri,
2018b; Tomlinson & Imbeau, 2010).
Keanekaragaman pada siswa
dapat memberikan banyak manfaat bagi peserta didik dengan kesempatan untuk berkolaborasi,
bergabung dalam pengalaman belajar, dan mendapatkan manfaat bersama dengan menempatkan
lebih banyak ide bersama-sama untuk “berfikir” dan mengeksplorasi pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran bersama (Csikszentmihalyi, 1990). Oleh karena itu Asesmen
awal dapat berfungsi sebagai alat multiguna untuk mengukur kesiapan, pengembangan,
minat, atau preferensi belajar (Tomlinson, 2013). Kesiapan peserta didik dapat diukur
melalui asesmen awal untuk menyesuaikan pola instruksional dalam melakukan pembelajaran
efektif dan cocok untuk peserta didik dengan kemampuan campuran. Dalam kaitannya
dengan pendekatan konstruktivis, teori diferensiasi lebih lanjut mendorong konsep
materi pembelajaran melalui konten, proses, dan produk yang berbeda (Tomlinson,
2003, 2005). Guru dapat menggunakan pendekatan untuk mengetahui kesiapan peserta
didik dengan mengakomodasi perbedaan dengan konsep yang akan diajarkan. Jadi, keragaman
itu menantang dan menguntungkan bagi keduanya guru maupun peserta didik. Bapak/Ibu
Guru, dapat membuat penyesuaian dalam teknik pengajaran agar sesuai dengan keragaman
peserta didik. Kebutuhan. Ini menjadi pengalaman yang sukses ketika semua peserta
didik terlibat dalam proses pembelajaran.
Ragam Peserta Didik (Kesiapan
Belajar, Minat dan Gaya Belajar)
Pada kelas yang menerapkan
pembelajaran diferensiasi, kita harus berpikir bahwa siswa memiliki kebutuhan belajar
yang beragam dan berbeda satu dengan yang lainnya. Guru harus proaktif menemukan
dan melakukan perencanaan dengan berbagai cara untuk bisa mengekspresikan bagaimana
siswanya bisa belajar (Direktur KSKK Madrasah 2022). Guru akan bisa merencanakan
cara bagaimana siswa belajar dengan melakukan asesmen terlebih dahulu berdasarkan
tingkat kesiapan siswa, ketertarikan dan gaya belajar dari setiap siswanya tersebut.
Siswa di dalam kelas akan mempunyai karakteristik yang berbeda, yang mungkin akan
mengindikasikan dalam kebutuhan modifikasi kurikulum dan pembelajaran. Sebagai guru,
kita semua tentu tahu bahwa siswa akan menunjukkan kinerja yang lebih baik jika:
Tugas-tugas yang diberikan
sesuai dengan keterampilan dan pemahaman yang mereka miliki sebelumnya (kesiapan
belajar). Lalu jika tugas-tugas tersebut memicu keingintahuan atau hasrat dalam
diri seorang murid (minat), dan Tugas itu memberikan kesempatan bagi mereka untuk
bekerja dengan cara yang mereka sukai (profil belajar/Gaya belajar).
Adapun penjelasan mengenai
ketiga hal yang akan dilakukan asesmen adalah:
a) Readiness (Kesiapan
belajar)
Menurut James Drever dalam
(Slameto; 1995) kesiapan atau readiness adalah preparedness to respond or react
atau kesiapan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan itu timbul dalam diri
seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan
untuk melakukan kecakapan. Kesiapan ini perlu diperhatikan dalam proses belajar,
karena jika siswa belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajarnya
akan lebih baik (Zulkarnain, 2010, hal. 19). Menurut Slameto (1995:113) mengemukakan
kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberi
respon/jawaban di dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian kondisi
pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk memberi respon. Sehingga
Siswa yang memiliki kesiapan untuk belajar suatu hal yang mana sudah mempunyai pengetahuan
mengenai apa yang akan dipelajari, memahaminya dan memiliki keterampilan yang bagus,
dipastikan akan sukses dan bisa mencapai tugas yang diberikan. Lain halnya bagi
siswa yang belum memahami apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan menjadi
murid yang sulit dalam mempelajari tema/topik pembelajaran dan mungkin akan frustasi
karena tidak bisa menyelesaikan tugas dengan baik.
Kondisi siswa yang siap
menerima pelajaran dari guru akan berusaha merespon atas pertanyaan–pertanyaan yang
diberikan oleh guru untuk dapat memberikan jawaban yang benar tentunya siswa harus
mempunyai pengetahuan dengan cara membaca dan mempelajari materi yang akan diajarkan
oleh guru. Dalam mempelajari materi tentunya siswa harus mempunyai buku pelajaran,
baik berupa paket dari sekolah maupun buku– buku penunjang lainnya yang masih relevan
digunakan sebagai acuan untuk belajar (Effendi 2017). Dengan adanya kesiapan belajar
siswa akan termotivasi untuk mengoptimalkan hasil belajarnya.
Pemahaman dalam belajar
akan lebih bagus apabila tingkat kesulitan yang diberikan sedikit lebih tinggi dari
level pengetahuan, pemahaman dan keterampilan sebelumnya (Westri Andini 2016). Hal
tersebut akan membantu dalam menghubungkan pengetahuan yang baru dan tingkat pengetahuan
baru. Kesiapan siswa akan erat hubungannya dengan tingkat perkembangan
pemahaman dan prestasi siswa di kelas (achievement).
b) Interest (Ketertarikan)/Minat
Ketertarikan merupakan
faktor terbesar dari dalam diri seseorang dalam memotivasi untuk belajar. Guru yang
bijak akan menghubungkan konten yang dipelajari dengan ketertarikan (interest) dari
siswanya. Hal ini akan mempertahankan level perhatian siswa dalam belajar. Ketertarikan
dari siswa ini berhubungan dengan semua hal yang siswa suka atau tidak suka dan
mengenai hobinya. Interest (Ketertarikan)/Minat adalah kecenderungan individu untuk
tertarik pada suatu hal atau aktivitas tertentu. Ketertarikan ini dapat muncul dalam
berbagai bentuk, seperti ketertarikan pada bidang studi tertentu, hobi, olahraga,
atau jenis pekerjaan tertentu, materi tertentu dalam pembelajaran.
Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi Interest (Ketertarikan)/Minat antara lain:
1.
Pengalaman
masa lalu: Pengalaman masa lalu dapat mempengaruhi minat seseorang pada suatu hal
atau aktivitas tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki pengalaman positif
dalam belajar matematika cenderung memiliki minat yang tinggi pada bidang tersebut.
2.
Lingkungan:
Lingkungan sosial dan budaya juga dapat mempengaruhi minat seseorang. Sebagai contoh,
seseorang yang tumbuh di lingkungan yang mendorong untuk menjadi atlet cenderung
memiliki minat pada olahraga.
3.
Bakat:
Bakat dan kemampuan alami seseorang juga dapat mempengaruhi minatnya pada suatu
hal atau aktivitas tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki bakat dalam
seni cenderung memiliki minat pada bidang tersebut.
4.
Nilai:
Nilai dan keyakinan seseorang juga dapat mempengaruhi minatnya pada suatu hal atau
aktivitas tertentu. Sebagai contoh, seseorang yang memiliki nilai keadilan dan kepedulian
sosial cenderung memiliki minat pada bidang sosial dan kemanusiaan (Sadriman: 2016).
Manfaat Interest (Ketertarikan)/Minat
yang Tinggi antara lain Seseorang yang memiliki Interest yang tinggi cenderung memiliki
beberapa manfaat, seperti:
1.
Motivasi
yang tinggi: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu hal atau aktivitas
tertentu cenderung memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dan mengembangkan
diri dalam bidang tersebut.
2.
Pencapaian
yang lebih baik: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu bidang cenderung
memiliki kemampuan yang lebih baik dalam bidang tersebut dan dapat mencapai hasil
yang lebih baik.
3.
Kepuasan
diri: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu hal atau aktivitas tertentu
cenderung merasa lebih puas dengan diri sendiri dan hidupnya.
4.
Karir
yang sukses: Seseorang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu bidang cenderung
memiliki kesempatan yang lebih baik untuk sukses dalam karir yang berkaitan dengan
bidang tersebut (Sadriman: 2016).
Terdapat beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Interest (Ketertarikan)/Minat antara lain:
1.
Eksplorasi:
Mencoba berbagai hal baru dan mengeksplorasi berbagai
2.
bidang
dapat membantu menemukan minat yang baru.
3.
Meningkatkan
kemampuan: Meningkatkan kemampuan dalam suatu bidang tertentu dapat membantu meningkatkan
minat pada bidang tersebut.
4.
Menemukan
nilai: Menemukan nilai atau makna dalam suatu hal atau
5.
aktivitas
tertentu dapat membantu meningkatkan minat pada hal tersebut.
6.
Menjalin
hubungan: Menjalin hubungan dengan orang-orang yang memilikiminat yang sama dapat
membantu meningkatkan minat pada suatu bidang (Sadriman: 2016).
c) Learning profile (Profil
belajar)/Gaya Belajar
Profil belajar merujuk
pada karakteristik dan preferensi belajar individu. Ini mencakup preferensi gaya
belajar, kekuatan, kelemahan, strategi pembelajaran yang efektif, dan faktor-faktor
lain yang mempengaruhi bagaimana seseorang belajar dan menyerap informasi. Profil
belajar dapat membantu individu dan pendidik memahami cara terbaik untuk memfasilitasi
pembelajaran yang efektif.
Berikut adalah beberapa
komponen yang umumnya ada dalam profil belajar:
1.
Gaya
Belajar: Merujuk pada preferensi individu dalam memperoleh dan mengolah informasi.
Beberapa gaya belajar yang umum meliputi visual (belajar melalui gambar atau grafik),
auditori (belajar melalui pendengaran), dan kinestetik (belajar melalui pengalaman
fisik). Individu dapat memiliki preferensi tunggal atau kombinasi gaya belajar.
2.
Kekuatan
Belajar: Merupakan area atau subjek di mana individu menunjukkan kemampuan atau
kecakapan yang tinggi. Misalnya, seseorang mungkin memiliki kekuatan dalam pemecahan
masalah matematika, keterampilan berbahasa, atau kemampuan artistik.
3.
Kelemahan
Belajar: Merupakan area atau subjek yang mungkin menjadi tantangan bagi individu
dalam memahami atau menguasai. Identifikasi kelemahan belajar dapat membantu dalam
mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan dan memberikan dukungan tambahan yang
dibutuhkan.
4.
Strategi
Pembelajaran: Merupakan pendekatan atau metode yang efektif bagi individu dalam
mempelajari materi baru. Ini bisa mencakup penggunaan alat bantu visual, pengulangan
materi, diskusi kelompok, atau teknik pengingatan lainnya. Mengetahui strategi pembelajaran
yang efektif dapat membantu seseorang mengoptimalkan proses belajar mereka.
5.
Preferensi
Lingkungan Belajar: Merupakan preferensi individu terhadap kondisi lingkungan yang
mendukung pembelajaran mereka. Beberapa orang mungkin lebih baik belajar di lingkungan
yang tenang dan terstruktur, sementara yang lain mungkin lebih memilih lingkungan
yang berisik atau lebih terlibat secara fisik.
6.
Motivasi
Belajar: Merujuk pada faktor-faktor intrinsik dan ekstrinsik yang mendorong seseorang
untuk belajar. Motivasi belajar dapat dipengaruhi oleh minat pribadi, tujuan yang
jelas, penghargaan, dan dukungan sosial.
Profil belajar individu
dapat dikembangkan melalui pengamatan, refleksi pribadi, atau menggunakan instrumen
tes gaya belajar dan metode evaluasi lainnya. Dengan memahami profil belajar seseorang,
pendidik dapat merancang strategi pembelajaran yang sesuai dan memberikan dukungan
yang tepat bagi individu tersebut.
Adapun dalam profil belajar
siswa akan dihubungkan pula dengan faktor sosial/emosi yaitu mengenai bahasa, budaya,
kesehatan, kenyataan dalam keluarga, dan kekhususan lainnya. Selain itu learning
profile juga berhubungan dengan gaya belajar (learning style) seseorang. Profil
pelajar dapat dibentuk salah satunya melalui Tes Gaya belajar. Tes ini merupakan
cara/jalan bagaimana siswa tersebut bisa belajar dengan baik. Beberapa siswa mungkin
akan lebih bagus belajar dengan cara diskusi dengan teman sebayanya, tetapi ada
juga sebagian siswa yang lebih bagus belajar sendiri. Ada siswa yang belajar dari
beberapa bagian dari tema tetapi ada pula yang menganalisanya. Guru harus jeli dalam
memahami gaya belajar setiap siswanya. Setelah dilakukan asesmen seperti pada tabel
di atas kemudian baru membuat design atau perencanaan pengalaman belajar berdasarkan
dari pemahaman murid, memperhitungkan produk/hasil belajar yang akan dibuat atau
membuat asesmen akhir sebagai final untuk mengetahui kesuksesan siswa dalam belajar.
Ada beberapa yang memiliki
gaya belajar pada siswa kita, antara lain:
1) Visual (melihat gambar,
membaca)
Visual merupakan sesuatu
yang disajikan dalam bentuk media berupa gambar dengan memanfaatkan indera penglihatan
sebagai alat penerjemah. Dengan memaparkan visualisasi materi dalam bentuk gambar,
diagram, grafik dan bahkan mindmap, akan lebih mudah bagi seseorang dengan tipikal
visual untuk menganalisis dan memahami isi materi. Tips untuk mengajar siswa tipe
visual antara lain:
·
Gunakan
simbol-simbol dalam memberikan konsep pada siswa misal, memakai titik, gambar, dll
·
Dorong
siswa untuk menguatkan konsepnya dengan menggunakan simbol/warna.
·
Gunakan
salinan kata kunci yang dibagikan kepada siswa, selanjutnya siswa mendefinisikan
dengan bahasanya sendiri.
·
Gunakan
gambar berwarna, grafik, tabel sebagai media pembelajaran
·
Pergunakan
setiap gambar/tulisan/benda di dalam kelas sebagai sumber pembelajaran
2) Auditory (mendengarkan
ceramah atau diskusi)
Auditory atau dikenal
juga dengan istilah Audio, penyajian suatu media berupa perantara suara dengan mengandalkan
indra pendengar sebagai penerima informasi. Tipikal audio cenderung mengandalkan
pendengaran ketika belajar dan memahami suatu materi yang disampaikan hanya dengan
mendengar pemaparan materi terkait, serta lebih banyak berdiskusi untuk pemecahan
suatu masalah. Tips untuk mengajar siswa tipe Auditory
·
Variasikan
vokal saat memberikan penjelasan, seperti intonasi, volume suara, ataupun kecepatannya.
·
Gunakan
pengulangan-pengulangan konsep yang sudah diberikan (jelaskan berulang-ulang)
·
Tutor
sebaya
·
Sekali-kali,
ubahlah konsep materi ajar ke dalam bentuk percakapan, pendikten, diskusi, atau
rekaman audio yang bisa didengar siswa
·
Selingi
dengan musik
3) Kinestetik (bergerak)
Tipikal kinestetik banyak
mengandalkan gerakan untuk menggambarkan sesuatu agar lebih mudah dipahami. Dikenal
dengan istilah learning by doing, cara belajar seseorang dengan tipikal kinestetik,
akan lebih banyak melakukan praktik secara langsung dengan menggunakan seluruh tubuh
atau fisiknya seperti latihan di depan kaca untuk menguasai materi public speaking
dan melakukan uji laboratorium untuk pendalaman teori.
Lantas, apa upaya yang
bisa dilakukan guru untuk mengoptimalkan potensi belajar yang berbeda-beda ini?
Berikut beberapa tips secara umum untuk setiap tipe pembelajar yang telah dipaparkan
di atas. Tips untuk mengajar siswa tipe kinestetik
·
Gunakan
selalu alat bantu visual/alat peraga/media yang bisa dilihat, diraba, dimanipulasi
siswa saat mereka belajar agar merangsang rasa ingin tahu siswa
·
Saat
membimbing secara perorangan biasakan berdiri/duduk di samping siswa
·
Buat
aturan main agar siswa boleh melakukan banyak gerak di dalam kelas
·
Peragakan
konsep secara demonstratif, sambil siswa memahaminya secara bertahap
·
Biasakan
berbicara kepada setiap siswa secara pribadi saat di dalam kelas
·
Gunakan
drama/simulasi konsep secara konkret
Multiple intelegances
juga berhubungan dengan learning profile ini, yang sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Howard Gardner. Menurut Howard Gardner ada 8 intelegensi yaitu logic-matematis,
linguistik, musikal, spasial, bodily-kinesthetic, interpersonal, intrapersonal dan
naturalis. Teori ini akan membantu dalam mengadaptasikan pengajaran kepada siswa,
selain itu guru juga harus mengetahui learning profile atau gaya belajar dari masing-masing
siswanya.
Bagaimana
Mengembangakan Instrumen Asesmen Awal
Pembelajaran ? Asesmen awal dalam konteks pembelajaran biasanya dilakukan untuk
mengukur pemahaman dan keterampilan siswa dalam suatu subjek atau bidang tertentu.
Perencanaan asesmen awal pembelajaran dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan
belajar peserta didik, dan hasilnya digunakan untuk merancang pembelajaran yang
sesuai dengan tahap capaian peserta didik. Pendidik juga harus memastikan tujuan
pembelajaran sudah sesuai dengan tahapan dan kebutuhan peserta didik (Direktur KSKK
Madrasah 2022). Pendidik memiliki keleluasaan menggunakan berbagai teknik dan instrumen
dengan mempertimbangkan:
·
Karakteristik
mata pelajaran;
·
Karakteristik
dan kemampuan peserta didik;
·
Capaian
pembelajaran;
·
Tujuan
pembelajaran,
·
Sumber
daya pendukung yang tersedia (Direktur KSKK Madrasah 2022).
Berikut langkah-langkah
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
a) Merancang
Instrumen Kesiapan Belajar
b) Membuat
jadwal terkait pelaksanaan Asesmen
c) mengembangkkan
kisi- kisi soal
d)Menyusun
soal dengan sesuai dengan kisi- kisi soal
e) Memberikan soal asesmen awal kepada siswa baik
daring dirumah maupun luring di sekolah
e) Diagnosis dan Tindak Lanjut Asesmen. Tahap ini
mencakup empat langkah: 1) Lakukan pengolahan hasil asesmen; 2) Berdasarkan
hasil penilaian, bagi siswa menjadi 3 kelompok; 3) Lakukan penilaian
pembelajaran topik yang sudah diajarkan sebelum memulai topik pembelajaran baru;
4) Ulangi proses yang sama, sampai
siswa mencapai tingkat kompetensi yang diharapkan
f) Lakukan pengolahan hasil asesmen
Instrumen Ketertarikan/Minat
Minat belajar atau ketertarikan
belajar adalah faktor penting dalam motivasi dan keterlibatan siswa dalam proses
pembelajaran. Mengukur minat belajar dapat membantu mengidentifikasi topik atau
subjek yang menarik bagi individu dan dapat mempengaruhi keberhasilan mereka dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Meskipun tidak ada instrumen tes standar untuk mengukur
minat belajar, ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan:
·
Observasi:
Guru atau pengamat dapat memperhatikan perilaku siswa selama pembelajaran untuk
melihat tanda-tanda minat atau ketertarikan. Misalnya, siswa yang aktif, antusias,
dan berpartisipasi secara aktif dalam diskusi atau kegiatan pembelajaran mungkin
menunjukkan minat yang tinggi.
·
Wawancara
atau Tanya Jawab: Mengajukan pertanyaan kepada siswa tentang topik atau subjek tertentu
dapat memberikan wawasan tentang minat mereka. Pertanyaan seperti "Apa yang
paling menarik bagi Anda tentang topik ini?" atau "Apa yang membuat Anda
ingin belajar lebih banyak tentang subjek ini?" dapat membantu menggali minat
belajar siswa.
·
Survei
atau Kuesioner: Memberikan survei atau kuesioner kepada siswa dengan pertanyaan
terkait minat belajar dapat memberikan informasi yang berguna. Survei tersebut dapat
mencakup pertanyaan tentang topik atau subjek yang paling menarik bagi siswa, atau
tentang kegiatan pembelajaran yang mereka sukai.
·
Self-Assessment:
Mendorong siswa untuk merefleksikan minat belajar mereka sendiri juga bisa menjadi
pendekatan yang efektif. Siswa dapat diminta untuk menilai minat mereka terhadap
berbagai topik atau subjek, atau mereka dapat membuat daftar topik yang ingin mereka
pelajari lebih dalam.
Penting untuk mengakui
bahwa minat belajar dapat berubah seiring waktu. Hal ini dapat dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk pengalaman, perkembangan minat pribadi, dan keberhasilan
dalam pembelajaran. Oleh karena itu, penting bagi pendidik untuk terus mendorong
minat belajar siswa dengan menyediakan pengalaman pembelajaran yang menarik dan
relevan.
Pemetaan Kebutuhan
Belajar Murid Berdasarkan Kesiapan Belajar, Gaya Belajar, Minat
No |
Penguasaan Materi |
Hasil Asesmen Awal |
||
|
|
|
||
Nama Siswa |
Gaya Belajar |
Minat |
||
1 |
Kelompok A siswa memahami hadas dan Najis, namun belum cakap
cara mensucikan-nya |
Udin Intan Budi |
Visual Auditori Kinestetik |
Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikan-nya Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikannya |
2 |
Kelompok B siswa memahami hadas dan cara mensucikannya,
namun belum memahami tentang Najis dan cara mensucikannya |
Yana Muslim Arini |
Auditori Visual |
Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikan-nya Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikannya |
3 |
Kelompok C siswa telah memahami hadas dan Najis,
serta cara mensucikannya |
Sulaiman Yahya Widi |
Auditori Kinestetik |
Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikan-nya Minat pada mempelajari hadas dan cara mensucikannya |
Bagaimana Instrumen Profil Belajar/Gaya Belajar ? Mengukur
gaya belajar dapat membantu individu memahami preferensi mereka dalam memperoleh
dan mengolah informasi. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur
gaya belajar seseorang. Berikut ini adalah beberapa metode umum yang digunakan:
·
Tes
Gaya Belajar: Tes gaya belajar adalah alat evaluasi yang dirancang untuk mengidentifikasi
preferensi belajar seseorang. Tes tersebut biasanya terdiri dari serangkaian pertanyaan
atau pernyataan yang meminta responden untuk memilih pilihan atau menggambarkan
karakteristik belajar yang paling sesuai dengan diri mereka. Setelah mengisi tes,
responden akan menerima hasil yang menggambarkan gaya belajar mereka, seperti visual,
auditori, atau kinestetik.
·
Observasi:
Observasi langsung oleh guru atau peneliti dapat memberikan wawasan tentang preferensi
belajar individu. Dalam hal ini, pengamat akan memperhatikan perilaku dan respons
siswa terhadap situasi pembelajaran tertentu. Misalnya, apakah siswa lebih sering
mengambil catatan tulisan (visual), mendengarkan dengan seksama (auditori), atau
terlibat dalam kegiatan fisik (kinestetik).
·
Refleksi
Diri: Mengajak individu untuk merefleksikan preferensi dan pengalaman belajar mereka
sendiri juga dapat memberikan wawasan tentang gaya belajar mereka. Siswa dapat diminta
untuk mengingat situasi pembelajaran di masa lalu dan mempertimbangkan apa yang
paling efektif bagi mereka. Mereka juga dapat mempertimbangkan preferensi mereka
dalam menggunakan alat belajar tertentu, seperti gambar, diagram, rekaman audio,
atau diskusi kelompok.
·
Kuesioner
atau Angket: Metode ini melibatkan pemberian pertanyaan tertulis kepada individu
untuk menilai preferensi belajar mereka. Kuesioner dapat mencakup pertanyaan tentang
preferensi belajar visual, auditori, kinestetik, serta pertanyaan lain yang terkait
dengan kecenderungan belajar individu.
Penting untuk diingat
bahwa gaya belajar bukanlah kategori yang terpisah dan eksklusif. Banyak orang memiliki
preferensi yang beragam dan menggabungkan beberapa gaya belajar. Oleh karena itu,
penting untuk mengambil pendekatan yang holistik dalam memahami preferensi belajar
individu dan mempertimbangkan variasi dalam strategi pembelajaran. Ada beberapa
instrumen tes gaya belajar yang telah dikembangkan oleh para peneliti dan ahli pendidikan.
Berikut adalah beberapa
instrumen yang umum digunakan:
·
VARK
(Visual, Auditory, Reading/Writing, Kinesthetic): VARK adalah salah satu tes gaya
belajar yang populer. Tes ini mengidentifikasi preferensi belajar seseorang berdasarkan
empat tipe utama: visual, auditori, membaca/tulis, dan kinestetik. Tes VARK dapat
diakses secara online dan terdiri dari serangkaian pertanyaan yang mengarah pada
preferensi belajar individu.
·
Index
of Learning Styles (ILS): ILS dikembangkan oleh Richard Felder dan Linda Silverman.
Tes ini mengidentifikasi preferensi belajar individu dalam empat dimensi: pemrosesan
informasi (sensasi/intuisi), penerimaan informasi (visual/auditori), pengorganisasian
informasi (sekuensial/global), dan lingkungan belajar (visual/auditori/kinestetik).
·
Kolb's
Learning Style Inventory (LSI): LSI dikembangkan oleh David Kolb. Tes ini berdasarkan
teori belajar siklus pengalaman belajar (learning cycle) yang melibatkan empat tahap:
konkrit, refleksi, konseptualisasi, dan eksperimen. Tes ini mengklasifikasikan individu
ke dalam salah satu dari empat gaya belajar: konvergen, divergen, asimilasi, dan
akomodasi.
·
Honey
and Mumford Learning Styles Questionnaire: Tes ini didasarkan pada kerangka konsep
belajar yang dikembangkan oleh Peter Honey dan Alan Mumford. Tes ini mengidentifikasi
preferensi belajar individu dalam empat tipe: aktivis (aktif terlibat), reflektif
(memikirkan secara mendalam), teoritis (menganalisis konsep), dan pragmatis (mencoba
ide dalam praktik).
Gaya belajar seseorang
mungkin tidak terbatas pada satu jenis saja, dan kombinasi gaya belajar juga bisa
terjadi. Hasil tes hanya sebagai panduan dan saran, dan individu harus tetap terbuka
untuk mencoba berbagai metode pembelajaran untuk menemukan apa yang paling efektif
bagi mereka. Oleh karena itu perlu kita memahami berbagai cara untuk mengetahui
gaya belajar siswa
Salah satu yang dapat
kita gunakan adalah instrumen tes gaya belajar VARK (Visual, Auditory, Read/Write
& Kinesthetic). Tes ini merupakan tipe- tipe belajar secara efektif yang dilakukan
kebanyakan orang dalam mendalami pemahaman materi pelajaran. Karena tentunya belajar
yang efektif akan membantu memudahkan seseorang dalam memahami materi yang disampaikan
dengan menerapkan cara belajar tersendiri seperti mendengar penjelasan materi, melihat
gambar, membaca dan merangkum jadi tulisan bahkan peragaan langsung.
Kebanyakan orang mungkin
hanya terbiasa dengan sebagian dari tipe belajar efektif yang ada. Namun, tidak
menutup kemungkinan seseorang mampu menerapkan semua tipe belajar VARK tersebut
dengan maksud pemahaman agar lebih dalam. Ada berbagai cara untuk mengenali gaya
belajar siswa, yaitu dengan pengamatan langsung, observasi secara mendetail, atau
dengan memberikan angket kepada siswa tetapi untuk kelas tinggi saja. Observasi
secara mendetail terhadap siswa bisa dilakukan dengan melalui penggunaan berbagai
metode pembelajaran di kelas. Hal lain bisa dilakukan dengan tes secara online.
Bagaimana Langkah-Langkah Melaksanakan Asesmen Awal
? Di bawah ini akan dijelaskan beberapa contoh dalam melakukan asesmen, bisa dalam
bentuk format asesmen dan juga aktivitas dalam bentuk dokumen maupun aplikasi secara
online.
1. Pelaksanaan
Memberikan soal asesmen
awal kepada siswa baik daring dirumah maupun luring di sekolah
2. Tindak Lanjut
1)
Melakukan Diagnosis Penilaian hasil asesmen
2)
Berdasarkan hasil diagnosis penilaian, siswa dikelompokkan menjadi 3 kelompok:
a) Siswa dengan rata-rata
kelas akan diajar oleh guru
b) Siswa 1 semester
dibawah rata-rata mendapat pelajaran tambahan dari guru dan
c) Siswa 2 semester dibawah
rata-rata akan dititipkan ke guru kelas bawah yang didampingi orangtua
3) Mengulangi proses asesmen
awal secara berkala
Tindak Lanjut Hasil Asesmen
Awal dalam Pembelajaran Berdiferensiasi Berdasarkan hasil asesmen di awal pembelajaran,
pendidik perlu berupaya untuk menyesuaikan strategi pembelajaran agar sesuai dengan
kebutuhan belajar peserta didik. Bapak Ibu silahkan membaca materi terkait pembelajaran
berdefresiasi pada materi LK 4. Namun demikian, bagi sebagian pendidik melakukan
pembelajaran terdiferensiasi bukanlah hal yang sederhana untuk dilakukan. Sebagian
pendidik mengalami tantangan karena keterbatasan waktu untuk merancang pembelajaran
yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan individu peserta didik. Sebagian yang lain
mengalami kesulitan untuk mengelompokkan peserta didik berdasarkan kesiapan karena
jumlah peserta didik yang banyak dan ruangan kelas yang terbatas. Memahami adanya
tantangan-tantangan tersebut, maka pendidik sebaiknya menyesuaikan dengan kesiapan
pendidik serta kondisi yang dihadapi pendidik.
Pendidik dan satuan pendidikan
dapat memilih strategi pembelajaran sesuai dengan tahap capaian peserta didik dari
tiga alternatif pilihan di atas maupun merancang sendiri pendekatan yang akan digunakannya.
Namun demikian, hal penting yang perlu diperhatikan dalam melakukan pembelajaran
terdiferensiasi menurut kesiapan peserta didik tersebut adalah bahwa pengelompokan
peserta didik berdasarkan capaian atau hasil asesmen tidak mengarah pada terbentuknya
persepsi tentang pengkategorian peserta didik ke dalam kelompok yang “pintar”
dan tidak.
Terbentuknya kelompok
“unggulan” hingga kelompok yang dinilai paling rendah kemampuannya dapat menyebabkan
diskriminasi terhadap peserta didik. Mereka yang ditempatkan pada kelompok yang
paling marginal akan cenderung menilai diri mereka sebagai individu yang tidak memiliki
kemampuan untuk belajar sebagaimana temantemannya yang lain. Demikian pula pendidik
sering tanpa sadar memiliki harapan atau ekspektasi yang rendah terhadap peserta
didik yang sudah dianggap kurang berbakat atau kurang mampu secara akademik. Akibatnya,
mereka akan terus terpinggirkan. Untuk menghindari dampak negatif sebagaimana dijelaskan
di atas.
Setelah ini dilakukan
baru kita bisa mendesain atau merancang pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa
atau dikenal dengan “Pembelajaran Differensiasi”. Karena tanpa ini kita tidak akan
dapat menyesuaikan pembelajaran kita dengan kebutuhan siswa yang beraneka ragam
dalam satu kelas. Menurut Gregory dan Chapman (2007:2) mengungkapkan hal-hal yang
mendukung pandangan atau filosofi mengenai pembelajaran diferensiasi adalah sebagai
berikut.
·
Semua
siswa pada dasarnya memiliki kekuatan dalam bidang-bidang tertentu.
·
Semua
siswa memiliki bidang yang butuh untuk dikuatkan.
·
Setiap
otak siswa adalah unik seperti suatu sidik jari (fingerprint).
·
Tidak
ada kata terlambat untuk belajar.
·
Ketika
memulai suatu topik yang baru, siswa membawa dasar pengetahuan mereka sebelumnya
dan pengalaman dalam belajar.
·
Emosi,
perasaan, dan sikap berpengaruh pada belajar.
·
Semua
siswa dapat belajar.
·
Siswa-siswa
belajar dengan cara yang berbeda-beda pada waktu yang berbeda-beda pula.
Proses pelaksanaan DI
(Differentiated of instruction), yaitu dengan terlebih dahulu guru melakukan (assessment)
awal atau mengadakan (pre-test) dengan tujuan mengetahui sejauh mana kemampuan dari
masing-masing siswa, sehingga guru bisa merencanakan untuk mendesain dan memodifikasi
kurikulum berdasarkan tingkat kesiapan siswa, interest atau ketertarikan siswa,
gaya belajar serta pengetahuan yang sudah didapat siswa sebelumnya (Prior Knowledge).
Masing-masing siswa akan mendapatkan pencapaian standar yang berbeda- beda. Hal
ini sangat penting dilakukan oleh guru, karena dengan cara ini guru bisa mengetahui
tingkat kemampuan siswa.
Adapun tingkat dari kemampuan
belajar (Level of Learning) dari setiap siswa dibedakan menjadi tiga, antara lain
sebagai berikut.
·
Independent
Level (tingkat mandiri)
Siswa pada tingkatan
ini tidak memerlukan bantuan dan bisa mengerjakan tugas secara mandiri.
·
Instructional
Level (tingkat pemberian perintah)
Siswa pada tingkatan ini
memerlukan bimbingan dalam memahami suatu konsep dan memerlukan bantuan dalam mengerjakan
tugas.
·
Frustration
Level (tingkat frustasi)
Pada tingkatan ini siswa
sangat kesulitan dalam mengikuti pelajaran dikarenakan karena belum matangnya konsep-konsep
dasar serta pengetahuan yang dimiliki sehingga siswa akan mudah menyerah dan frustasi
dalam mengerjakan tugas.
Menurut (Karten, 2005:60-61),
pada dasarnya semua siswa itu belajar, tetapi mereka mempunyai kemampuan yang berbeda-beda
di dalam kelas yang sama. Seorang guru harus teliti dan menyadari tingkat kemampuan
dari masing-masing anak sebelum memberikan suatu instruksi. Dengan melakukan asesmen
ketiga hal tersebut di atas, guru akan mengetahui tingkat pemahaman murid, pengetahuan
yang mereka miliki sehingga akan menjadi modal guru dalam merancang pembelajaran
di kelas berdasarkan tingkat kesiapan, serta dalam memberikan tugas disesuaikan
dengan ketertarikan dan profil belajar anak.
Kita harus ingat bahwa
setiap apa yang dilakukan murid merupakan sumber potensi informasi mengenai pemahaman
dan keterampilan yang mereka pahami, yang harus kita perhatikan. Dalam memberikan
asesmen, format asesmen adalah sederhana dan menegaskan apa yang ingin kita ketahui
mengenai apa yang murid pahami. Dalam melakukan asesmen terkadang guru juga harus
melakukan berbagai strategi dan tidak harus dalam bentuk individual tetapi bisa
juga dengan melakuka berbagai aktivitas.
Demikian pembahasan tentang
Pengertian,Tujuan dan Instrumen Asesmen Awal
Pembelajaran. Semoga ada manfaatnya
Terima kasih telah memberikan informasi yang sangat bermanfaat bagi Kami. Mudah-mudahan admin selalu diberikan kesehatan dan rizkin yang berlimpah. Amiin Inysa Allah juara 1.
ReplyDelete