Makalah: Kepemimpinan Kepala Sekolah, Teori Fungsi dan Gaya Kepemimpinan Kepala Sekolah. Sekolah sebagai pendidikan formal bertujuan
membentuk manusia yang berkepribadian, dalam mengembangkan intelektual peserta
didik dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Kepala sekolah sebagai
pemimpin pendidikan perannya sangat penting untuk membantu guru, murid dan
seluruh komponen sekolah. Didalam kepemimpinnya kepala harus dapat memahami,
mengatasi dan memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terjadi di lingkunagn
sekolah.
Sebelum membahas lebih jauh tentang
kepemimpinan sekolah, berikut referensi tentang pengertian pemimin atau kepemimpinan
menurut para ahli,
William G. Scott
(1962) Kepemimpinan ialah proses mempengaruhi aktifitas yang diorganisir dalam
suatu kelompok dalam usahanya untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan.
F. A. Nigro (1965) Inti
dari kepemimpinan ialah mempengaruhi aktifitas orang lain.
F. I. Munson “The
Management of Man”.Kepemimpinan sebagai kesanggupan atau kemampuan untuk
mengatasi orang-orang yang sedemikian rupa agar mencapai hasil yang
sebesar-besarnya dengan kemungkinan pergesekan yang sekecil-kecilnya dan
sebesar mungkin terjalinnya kerja sama.
Ordway Tead (1929) Kepemimpinan
sebagai penggabungan perangai yang membuat seseorang mungkin dapat mendorong
beberapa pihak lain untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Hemhill dan Coon
(1995) Kepemimpinan merupakan sikap dari seorang individu yang memimpin
berbagai kegiatan dari suatu kelompok menuju suatu tujuan yang ingin dicapai
bersama-sama.
Rauch dan Behling
(1984) Kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi kegiatan-kegiatan suatu
kelompok yang diorganisasi menuju arah pencapaian sebuah tujuan.
Kartini Kartono (1994
: 48) Kepemimpinan itu karakternya khas, spesifik, dibutuhkan pada satu situasi
tertentu. Sebab didalam sebuah kelompok yang melakukan kegiatan-kegiatan
tertentu & memiliki sebuah tujuan serta berbagai macam peralatan yang
khusus. Pemimpin sebuah kelompok dengan ciri-ciri yang karakteristik adalah
fungsi dari situasi tertentu.
Tannenbaum, Weschler
dan Massarik (1961) Kepemimpinan ialah sebuah pengaruh antar pribadi, yang
dijalankan pada keadaan tertentu, serta diarahkan lewat proses komunikasi,
menuju arah pencapaian satu tujuan tertentu atau lebih.
P. Pigors (1935) Kepemimpinan
ialah proses dorong mendorong lewat keberhasilan sebuah interaksi dari berbagai
perbedaan individu, mengontrol daya seseorang dalam mengejar tujuan bersama.
George R. Terry Kepemimpinan
merupakan suatu hubungan yang ada didalam diri seseorang atau pemimpin dan
mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan sadar dalam hubungan tugas agar
tercapainya sebuah tujuan yang diinginkan.
Stephen J. Carrol dan
Henry L. Tosj (1977) Kepemimpinan ialah seuatu proses mempengaruhi orang lain
untuk mengerjakan apa yang kamu kehendaki dari mereka untuk mengerjakannya.
Theo Haiman dan
William G.Scott Kepemimpinan merupakan suatu proses beberapa orang diarahkan
,dipimpin, & dipengaruhi didalam sebuah pemilihan & pencapaian sebuah
tujuan.
Duben (1954) Kepemimpinan
ialah kegiatan para pemegang kekuasaan & pembuat suatu keputusan.
Reed (1976) Kepimpinan
ialah suatu cara mempengaruhi perilaku seseorang agar perjuangan dapat
dilakukan mengikuti kehendak dari seorang pemimpin.
G. L. Feman dan E. K.
Taylor (1950) Kepemimpinan merupakan suatu kemampuan untuk menciptakan
aktifitas suatu kelompok untuk mencapai tujuan organisasi dengan efektifitas
yang maksimal & kerjasama dari tiap individu.
James M. Black (1961)
Kepemimpinan ialah kemampuan yang mampu meyakinkan orang lain agar mau
bekerjasama dibawah pimpinannya menjadi kesatuan dari tim untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
P. Pigors “Ledearship
and Domination” Kepemimpinan merupakan suatu proses dorong-mendorong yang
mengontrol daya manusia guna mengejar tujuan bersama, lewat interaksi yang
berhasil dari bermacam-macam perbedaan individual.
C. Schenk “Leadership” :
Infantry Journal. 1928. Kepemimpinan ialah manajemen mengenal seseorang dengan
jalan persuasi & inspirasi bukan melalui pengarahan dan semacamnya, atau
bahkan paksaan, ancaman yang terselubung.
H. Kootz & O’
Donnel “Principles of Management” Kepemimpinan merupakan aktifitas
mempersuasi orang agar mau bekerjasama dalam suatu pencapaian tujuan bersama.
Terkait pengertian kepemimpinan sekolah, ada
baik kita juga melihat macam pengertian kepemimpinan kepala sekolah menurut
para ahli, diantaranya.
Menurut Soetopo dan
Soemanto (1984:1) Kepemimpinan adalah suatu kegiatan dalam membimbing suatu
kelompok sedemikian rupa sehingga tercapai tujuan dari kelompok itu yaitu tujuan
bersama.
Kartini Kartono
(1992:49) dalam bukunya “Pemimpin dan Kepemimpinan” mengemukakan definisi
kepemimpinan dari berbagai tokoh antara lain:
George R. Terry
menyatakan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mereka
suka berusaha mencapai tujuan kelompok.
Ordway Tead
mengemukakan kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang-orang agar mau
bekerja sama untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
T. Hani Handoko
(1995:294) mendefinisikan kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai
seorang untuk mempengaruhi orang lain supaya mencapai sasaran.
Pemimpin pada hakekatnya adalah seseorang
yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya
dengan menggunakan kekuasaan. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mengarahkan
bawahan sehubungan dengan tugas-tugas yang harus dilaksanakannya. Menurut Stoner (1986:88) semakin banyak jumlah
sumber kekuasaan yang tersedia bagi pemimpin, akan makin besar potensi
kepemimpinan yang efektif.
Jenis pemimpin ini bermacam-macam, ada
pemimpin formal, yaitu yang terjadi karena pemimpin bersandar pada wewenang
formal. Ada pula pemimpin informal, yaitu terjadi karena pemimpin tanpa
wewenang formal berhasil mempengaruhi perilaku orang lain. Sebagaimana telah
diungkap oleh Mulyasa “ kekuasaan itu bersumber pada imbalan, paksaan,
keahlian, acuan, hukum, kharisma/kekuatan pribadi yang berdasarkan pada bawahan
atau orang menerima atau tidak menerima atas segala sesuatu yang harus
dilakukan.
Dalam kehidupan manusia sebagai makhluk
sosial tidak terlepas dari usaha kerja sama dalam mencapai tujuan
hidupnya. Kerja sama ini dilakukan oleh
beberapa orang dalam berbagai kegiatan untuk memudahkan dalam pencapaian tujuan
daripada bekerja sendiri. Keseluruhan
proses kerja sama itu disebut organisasi.
Dalam suatu organisasi apa pun bentuknya
pasti ada seseorang sebagai pemimpin atau pimpinan yang diberi kepercayaan
untuk memimpin. Wirawan (2002:65) mengemukakan “ Pemimpin adalah orang yang dikenal
oleh dan berusaha mempengaruhi para pengikutnya untuk merealisir visinya”.
Kepemimpinan terjadi jika ada pemimpin
mempengaruhi pengikutnya. Pemimpin merupakan unsur esensial dari kepemimpinan,
tanpa pemimpin tidak ada kepemimpinan. Pemimpin dapat berupa seorang individu
atau dalam kepemimpinan kolektif pemimpin berupa kelompok individu.
Pemimpin juga dapat dikelompokkan menjadi
pemimpin formal dan pemimpin informal. Pemimpin Formal adalah pemimpin yang
menduduki posisi atau jabatan formal dalam suatu organisasi karena dipilih dan diangkat oleh mereka yang
mempunyai hak untuk itu. Sedangkan Pemimpin Informal adalah pemimpin suatu
masyarakat yang tidak menduduki jabatan formal dalam organisasi masyarakat tapi
mempunyai pengaruh terhadap anggota dan organisasi masyarakat.
Sejalan dengan pendapat di atas Siagian
(1995:20) mengemukakan bahwa pemimpin atau pimpinan adalah “seorang kepala
sekaligus seorang atasan dari sekelompok orang”.
Sekolah adalah suatu organisasi yang terdiri
dari kumpulan orang yang tentunya mempunyai pimpinan, yang lazim disebut kepala
sekolah. Jadi yang dimaksud dengan
pimpinan sekolah atau kepala sekolah adalah seorang kepala sekaligus seorang
atasan dari suatu sekolah.
Pengertian lain pimpinan, dapat diartikan
sederhana sebagai pembimbing, penuntun atau pembina (yang dituakan), yang
memperlihatkan hubungan antara orang yang memimpin dengan orang yang dipimpin
demikian eratnya seolah-olah menyatu.
Mereka bukan saja menyatu antar mereka akan tetapi juga menyatu dengan
tugas dan seluruh asset organisasi.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan,
di lihat dari status dan cara pengangkatan tergolong pemimpin resmi, formal
leader, atau status leader. Status leader bisa meningkat menjadi functional
leader. Tergantung dari prestasi dan kemampuan didalam memainkan peranannya
sebagai pemimpin pendidikan sebagai sekolah yang telah diserahkan
pertanggungjawaban kepadanya.
Pimpinan sekolah yang efektif mampu
memberikan pengarahan terhadap usaha semua pekerjaan guru dalam pencapaian
tujuan. Tanpa pimpinan atau bimbingan,
hubungan antar individu dengan tujuan organisasi suatu situasi dimana para
individu bekerja untuk mencapai tujuannya sendiri, sementara keseluruhan
organisasi berada dalam keadaan tidak efisien dalam pencapaian tujuan.
Kepemimpinan merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam manajemen berbasis sekolah. Kepemimpinan berkaitan dengan masalah
kepala sekolah dalam meningkatkan kesempatan untuk mengadakan pertemuan secara
efektif dengan para guru dalam situasi yang kondusif. Perilaku kepala sekolah
arus mendapat mendorong kinerja para guru dengan menunjukkan rasa bersahabat,
dekat, dan penuh pertimbangan terhadap para guru, baik sebagai individu dan
sebagai kelompok. Perilaku instrumental
merupakan tugas-tugas yang diorientasikan dan secara langsung diklarifikasi
dalam peranan dan tugas-tugas para guru, sebagai individu dan sebagai kelompok.
Perilaku pemimpin yang positif dapat mendorong kelompok dalam mengarahkan dan
memotivasi individu untuk bekerja sama dalam kelompok dalam rangka mewujudkan
tujuan organisasi.
Mulyasa (2002:10) mengemukakan bawa
kepemimpinan dapat diartikan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang
yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan organisasi. Sejalan dengan pendapat di atas Sutisna
(1993:25) merumuskan kepemimpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan
seseorang atau kelompok dalam usaha ke arah pencapaian tujuan dalam situasi
tertentu.
Sementara Soepardi (1988:56) mendefinisikan
kepemimpinan sebagai kemampuan untuk menggerakkan, mempengaruhi, memotivasi,
mengajak, mengarahkan, menasehati, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang,
dan bahkan menghukum (kalau perlu) serta membina dengan maksud agar mau bekerja
dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif. Hal tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan
sedikitnya mencakup tiga hal yang saling berhubungan, yaitu adanya pemimpin dan
karakteristiknya; adanya pengikut; serta adanya situasi kelompok tempat
pemimpin dan pengikut berinteraksi.
Davis dalam Hicks dan G. Ray (1995:492) mengatakan
bahwa : … tanpa pimpinan, suatu organisasi akan merupakan campur aduknya
manusia dan peralatan. Kepemimpinan merupakan kecakapan untuk meyakinkan
orang-orang agar mengusahakan secara tegas tujuan-tujuannya dengan penuh
semangat. Hal ini merupakan faktor
manusia yang mengikat suatu kelompok untuk bersama-sama dan mendorongnya
terhadap tujuan. Aktivitas manajemen
seperti halnya perencanaan, pengaturan dan pengambilan keputusan merupakan kepompong
yang tidak aktif sampai pimpinan menyelenggarakan daya pendorong dan
membimbingnya terhadap berbagai tujuan.
Pimpinan mengimplementasikan ke dalam kenyataan. Ini merupakan suatu perbuatan yang pokok yang
membawa kepada keberhasilan seluruh potensi yang terdapat dalam suatu
organisasi dan orang-orangnya.
Jadi pimpinan atau kepala sekolah sangat
diperlukan jika suatu sekolah diharapkan mencapai keberhasilan penuh. Bahkan para guru yang baik perlu mengetahui
bagaimana mereka dapat memberi sumbangan untuk tujuan sekolah/organisasi, dan
para guru yang kurang antusias memerlukan pimpinan yang memberikan motivasi
kerja. Biasanya motivasi dari pimpinan
dikenal sebagai motivasi eksternal, untuk mempertahankan tujuan-tujuan yang
sesuai dengan apa yang menjadi tujuan organisasi/sekolah.
“Seorang
pemimpin dituntut untuk mampu menggerakkan para karyawannya dalam bekerja,
terutama dalam cara bekerja yang efektif, efisien, ekonomis dan produktif”. Seorang pimpinan juga diharapkan mampu
mengarahkan orang lain dan yang bertanggung jawab atas pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, seorang pimpinan diharapkan
mampu mengarahkan bawahannya untuk bersikap disiplin
William (1972:6) menyatakan bahwa atasan
hendaknya mengetahui kekuatan atau kelebihan yang dimiliki oleh bawahannya dan
dapat memanfaatkannya seoptimal mungkin.
Sebaliknya bawahan hendaknya sadar akan berbagai keberhasilan dan
kegagalan dalam bekerja, dan berupaya untuk menganalisis sebab-sebab
keberhasilan dan kegagalan, dan belajar dari keduanya untuk meningkatkan
kinerja supaya menjadi lebih baik.
Atasan hendaknya memberi petunjuk tentang bagian-bagian mana dari
kinerja yang harus dikembangkan. Atasan
hendaknya menegaskan kembali perannya dalam melaksanakan bimbingan kepada
bawahan sehingga dapat menghasilkan kinerja tinggi.
Lee (1990:30) menegaskan tugas pemimpin
adalah menjelaskan dan menterjemahkan visi organisasi untuk masa yang akan
datang. Memimpin sekolah pada hakikatnya
adalah menciptakan lingkungan sekolah yang kreatif, memberdayakan guru, dan
merekayasa mereka menjadi tenaga yang berkualitas. Pimpinan hendaknya dapat menyadari bahwa
keberhasilan pimpinan turut ditentukan oleh tingkat kinerja yang ditunjukkan
oleh seluruh guru yang ada di bawah wewenang dan tanggung jawabnya. Kerja sama yang didasarkan pada kemitraan
akan membawa kinerja sekolah menjadi lebih baik.
Dapat disimpulkan bahwa dalam tubuh sekolah,
kepemimpinan hendaknya dikembangkan diantara semua guru, di semua
tingkatan. Semua guru hendaknya
berpartisipasi dalam mengembangkan visi dan misi sekolah menghadapi era masa
depan. Semua anggota kelompok organisasi
hendaknya rela menerima tanggung jawab baru, mengambil resiko, membina
konsensus, dan saling percaya mempercayai diantara kolega. Pemimpin harus yakin bahwa semua orang
memiliki keterampilan memimpin yang ada di dalam diri masing-masing, dan
keterampilan tersebut dapat dikembangkan.
Kepemimpinan bukan sesuatu yang mistik, akan tetapi terdiri atas
sejumlah keterampilan yang dapat dilatih dan dikembangkan, walaupun disadari
bahwa ada faktor bakat alami tertentu yang melekat pada setiap orang.
Robin (1986:263) berpendapat bahwa
keberhasilan dan kegagalan organisasi banyak ditentukan oleh keberhasilan dan
kegagalan pemimpin dalam memainkan perannya.
Peranan pemimpin dalam menggerakkan anggota memiliki peranan yang
strategik. Secara umum dapat dikatakan
bahwa seorang pemimpin pada tingkat apapun hendaknya memiliki wawasan yang luas
dan menjangkau ke masa depan, mampu membuat keseimbangan, keserasian, dan
keserasian dalam membuat keputusan untuk menggerakkan anggotanya dalam
mewujudkan sasaran dan mencapai tujuan organisasi. Pemimpin harus berperan sebagai individu
teladan (to do the right things), sebagai komandan, sebagai guru yang bertugas
menyiapkan kader, sebagai seorang bapak yang bijak, seorang sahabat yang penuh
pengertian dan berjiwa karsa.
Dalam kehidupan berorganisasi, pemimpin
memegang peranan yang sangat penting, bahkan sangat menentukan dalam usaha
mencapai tujuan organisasi. Seorang pemimpin dalam melakukan aktivitasnya
memerlukan sekelompok orang lain yang disebut bawahan. Selain bawahan, pemimpin juga membutuhkan
sarana dan prasarana dalam rangka memperlancar tugasnya sebagai pemimpin.
Pemimpin Juga dituntut untuk membina hubungan baik dan menyenangkan dengan
bawahan dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Pemimpin dalam organisasi mempunyai fungsi
memperdayakan para bawahannya. Keberhasilan kepemimpinannya tergantung pada
kemampuan kerja.
Seorang pemimpin yang berhasil adalah seorang
pemimpin yang memiliki kemampuan pribadi tertentu, mampu membaca keadaan
bawahannya dan lingkungannya. Faktor yang harus diketahui dari bawahannya
adalah kematangan mereka, sebab ada kaitannya dengan gaya kepemimpinan. Hal ini
dimaksudkan agar pemimpin dapat bekerja dengan tepat menerapkan pengaruhnya pada
bawahan sehingga pemimpin memperoleh ketaatan memadai.
Keberadaan pemimpin yang efektif dan dinamis
dalam struktur organisasi sangat strategis. Karena dengan adanya komitmen yang
tinggi seorang pemimpin untuk meningkatkan kualitas para bawahannya, maka diharapkan
akan meningkat pula kualitas bawahannya. Pemimpin yang efektif dan dinamis akan
mampu mengendalikan, mengarahkan dan memotivasi bawahannya ke arah tercapainya
produktivitas kerja pegawai, seperti yang diharapkan oleh pemimpin dalam suatu
organisasi.
Agar organisasi dapat berjalan dengan baik,
salah satunya unsur yang berperan adalah kepemimpinan. Kepemimpinan sebagai
proses mempengaruhi interprestasi para pengikut terhadap suatu peristiwa,
memilih tujuan kelompok atau organisasi, pengorganisian dan aktivitas-aktivitas
kerja, memotivasi para pengikut untuk mencapai sasaran, pemeliharaan hubungan
kerja sama dan kerja kelompok, serta perolehan dukungan dan kerja sama dari
orang-orang yang berada di luar kelompok atau organisasi. Definisi ini
memberikan pengertian yang sangat jelas, bahwa pihak atasan (pemimpin) yang
mempengaruhi kegiatan para pengikut melalui proses komunikasi ke arah tindakan
mencapai tujuan. Kepemimpinan adalah pengaruh dan tindakan tingkah laku
kepercayaan dan perasaan dari seseorang dalam sebuah sistem sosial dengan orang
lain, dengan harapan adanya kerja sama dari orang yang sedang dipengaruhi. Kepemimpinan merupakan tingkah laku seorang
individu untuk mengarahkan aktivitas-aktivitas kelompok ke arah pencapaian
tujuan organisasi. Pendapat tersebut
menunjukkan bahwa kepemimpinan mengacu kepada tingkah laku seorang pemimpin
dalam memberikan bimbingan, arahan kepada para bawahannya dalam rangka mencapai
tujuan organisasi. Jadi, keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilaku
dari pemimpin tersebut.
Kepemimpinan manajerial sebagai proses
mengarahkan dan mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para
anggota kelompok. Ada tiga implikasi penting dari batasan tersebut :
Kepemimpinan harus melibatkan orang lain,
bawahan atau pengikut. Karena kesediaan mereka menerima pengarahan dari pimpinan, anggota kelompok
membantu menegaskan status pemimpin dan memungkinkan proses kepemimpinan. Tanpa
bawahan, semua sifat-sifat kepemimpinan seorang manajer akan menjadi tidak
relevan.
Kepemimpinan mencakup distribusi kekuasaan
yang tidak sama diantara pemimpin dan anggota kelompok, yang tidak dapat dengan
cara yang sama mengarahkan aktivitas pemimpin. Meskipun demikian anggota
kelompok jelas akan mempengaruhi aktivitas tersebut dengan sejumlah cara.
Di samping secara sah mampu memberikan
bawahan atau pengikutnya. Perintah atau pengarahan, pemimpin juga dapat
mempengaruhi bawahan dengan berbagai cara lain. Shermerhorn, Hunt dan Obson menyatakan
kepemimpinan adalah suatu proses penggunaan kekuatan untuk memperoleh pengaruh
manusia.
Mengacu kepada pendapat tersebut bahwa
kepemimpinan dinyatakan sebagai proses, artinya kepemimpinan itu berlangsung
dalam kurun waktu cukup lama yang dimulai dari membuat perencanaan (Planning)
pengorganisasian (Organizing),
pembimbingan (Directing), Pengawasan (Controlling) dan kembali lagi
kepada pembuatan perencanaan untuk kegiatan selanjutnya. Kepemimpinan merupakan
proses mempengaruhi aktivitas seseorang atau kelompok orang untuk mencapai
suatu tujuan dalam situasi tertentu. (Blanchard, 1995:99)
Definisi di atas menunjukkan bahwa situasi
apapun jika seseorang berusaha mempengaruhi perilaku orang lain atau kelompok,
maka pada saat itu sedang berlangsung proses kepemimpinan. Setiap saat seorang berusaha mempengaruhi perilaku
orang lain, maka orang itu adalah pemimpin potensial dan orang yang dipengaruhi
adalah pengikut potensial. Oleh karena itu posisi seseorang tidak menjadi
penghalang orang itu adalah atasan, rekan sejawat, bawahan, kawan atau sanak
keluarga. Menurut teori seorang pemimpin
tidak harus menjadi manajer dalam suatu organisasi atau perusahaan tertentu.
Kepemimpinan merupakan kecakapan untuk
meyakinkan orang-orang agar mengusahakan secara tegas tujuan-tujuannya dengan
penuh semangat. Hicks, and Gullet. (1996: 492) Dalam pernyataan tersebut
nampak adanya faktor manusia yang mengikat suatu kelompok secara bersama-sama
dan mendorongnya ke arah tujuan.
Secara umum dapat dikatakan, bahwa
kepemimpinan merupakan kemampuan dan keterampilan mempengaruhi perilaku orang
lain, dalam hal ini para anggota kelompok, sedemikian rupa sehingga perilaku
tersebut diwujudkan dalam pola tindak orang yang bersangkutan yang
memungkinkannya memberikan yang terbaik pada dirinya dalam menyelesaikan tugas
bersama. Definisi tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan merupakan kemampuan
dan keterampilan yang dapat dipelajari dan ditumbuh kembangkan, misalnya
melalui pendidikan dan latihan. Artinya kepemimpinan seseorang bukan hanya bisa
tumbuh dan berkembang lantaran adanya bakat dari seseorang yang dibawa sejak
lahir, tetapi bisa dididik dan dilatih.
Ada teori yang mengatakan bahwa kepemimpinan
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok ke arah
tercapainya tujuan. Definisi ini menggambarkan bahwa kepemimpinan mencakup
suatu proses pengaruh. Banyak sifat-sifat dan gaya-gaya yang dilakukan oleh
seorang pemimpin dalam mempengaruhi bawahannya. Hal ini memerlukan kesiapan dan
kemampuan seorang pemimpin dalam mempengaruhi, mendorong, mengajak,
menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan.
Dalam pengertian yang paling mendasar,
kepemimpinan berarti berada di barisan paling depan, menggunakan badan, gerakan
mau dan keterampilan komunikasi anda untuk memberi arahan kepada orang lain,
jalan mana yang harus ditempuh. Selanjutnya dijelaskan bahwa kepemimpinan yang
berhasil menurut Hicks, and Gullet. (1996: 492) paling sedikit memiliki
delapan sifat, yaitu :
Kemampuan untuk memusatkan perhatian.
Penekanan pada nilai yang sederhana.
Selalu bergaul dengan orang.
Menghindari profesionalisme tiruan.
Mengelola perubahan.
Memilih orang.
Hindari mengerjakan semua sendiri.
Menghadapi kegagalan.
Pemimpin yang baik idealnya adalah memiliki
kombinasi dari sifat-sifat tersebut di atas.
Kepemimpinan sebagaimana dikatakan oleh
Hadari Nawawi juga diartikan kemampuan menggerakkan, memberikan motivasi dan
mempengaruhi orang-orang agar tersedia melakukan tindakan-tindakan yang terarah
pada pencapaian tujuan melalui keberanian mengambil keputusan tentang kegiatan
yang harus dilakukan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa kepemimpinan mengacu
pada perilaku seorang pemimpin. Ia memberi pengarahan, bimbingan, tuntunan
kepada para bawahan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Dalam hal ini,
keberhasilan seorang pemimpin ditentukan oleh perilaku si pemimpin tersebut.
Merujuk kepada teori-teori tersebut, maka
secara sederhana dapat disimpulkan bahwa pemimpin adalah kemampuan yang
dimiliki oleh seseorang (pemimpin) untuk mempengaruhi orang lain (bawahan)
dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi.
Tead (1935:31-34) menyatakan bahwa syarat
kepemimpinan pendidikan adalah:
a. Memiliki kesehatan jasmaniah dan
rohaniah yang baik.
b. Berpegang teguh pada tujuan yang
hendak dicapai.
c. Bersemangat
d. Jujur
e. Cakap dalam memberi bimbingan
f. Cepat serta bijaksana dalam
mengambil keputusan
g. Cerdas
h. Cakap dalam hal mengajar dan menaruh
kepercayaan kepada yang baik dan berusaha mencapainya
Komaruddin. (1993:35) menyatakan bahwa kepemimpinan
harus mengandung unsur-unsur :
Orang yang mempengaruhi,
Orang yang dipengaruhi,
Adanya tindakan untuk mempengaruhi,
Adanya maksud dan tujuan.
Setelah memahami hakikat kepemimpinan, maka
selanjutnya dibahas mengenai gaya kepemimpinan. Istilah “ Gaya “ dapat
diartikan sebagai:
Kekuatan, kesanggupan berbuat,
Kuat,
Sikap,
gerakan,
Irama dan lagu,
Ragam ( Cara, Rupa, bentuk ),
Cara melakukan gerakan dalam olah raga,
Lagak, lagu tingkah laku,
Sikap yang elok, gerak-gerik yang bagus.
Gaya seorang pemimpin dapat digambarkan dalam
berbagai cara, misalnya pemimpin tersebut murah hati, keras kepala dan terus
terang, meyakinkan. Menurut Hersey. (1994:29),
Gaya Kepemimpinan adalah pola tingkah laku (kata-kata dan tindakan) dari
seorang pemimpin yang dirasakan oleh orang lain. Kepemimpinan bukan hanya
sekedar penampilan lahiriah saja, tetapi juga bagaimana cara mereka mendekati
orang yang ingin dipengaruhi.
Corak atau gaya seorang pemimpin akan sangat
berpengaruh terhadap efektivitas pemimpin. Pemilihan gaya kepemimpinan yang
tepat akan memberikan motivasi kerja kepada bawahan, sehingga bawahan akan
merasa puas. Sebaliknya tidak arang kesalahan dalam pemilihan gaya kepemimpinan
berakibat kegagalan kepemimpinan seseorang dalam organisasi tersebut.
Adapun gaya atau tipe kepemimpinan yang pokok
atau juga disebut ekstrem ada tiga tipe atau bentuk kepemimpinan yaitu:
a. Kepemimpinan Otoriter
Kepemimpinan otoriter
adalah kepemimpinan yang bertindak sebagai diktor terhadap anggota-anggota
kelompoknya. Baginya memimpin adalah menggerakkan dan memaksa kelompok. Apa
yang diperintahnya harus dilaksanakan secara utuh, ia bertindak sebagai
penguasa dan tidak dapat dibantah sehingga orang lain harus tunduk kepada
kekuasaanya. Ia menggunakan ancaman dan hukuman untuk menegakkan
kepemimpinannya. Kepemimpian otoriter hanya akan menyebabkan ketidakpuasan
dikalangan guru.
b. Kepemimpinan Laissez
Faire
Bentuk kepemimpinan
ini merupakan kebalikan dari kepemimpinan otoriter. Yang mana kepemimpinan
laissez faire menitik beratkan kepada kebebasan bawahan untuk melakukan tugas
yang menjadi tanggung jawabnya. Pemimpin lasses faire banyak memberikan
kebebasan kepada personil untuk menentukan sendiri kebijaksanaan dalam
melaksanakan tugas, tidak ada pengawasan dan sedikit sekali memberikan
pengarahan kepada personilnya.
Kepemimpinan Laissez
Faire tidak dapat diterapkan secara resmi di lembaga pendidikan, kepemimpinan
laissez faire dapat mengakibatkan kegiatan yang dilakuakn tidak terarah,
perwujudan kerja simpang siur, wewenang dan tanggungjawab tidak jelas, yang
akhirnya apa yang menjadi tujuan pendidikan tidak tercapai.
c. Kepemimpinan
Demokratis
Bentuk kepemimpinan
demokratis menempatkan manusia atau personilnya sebagai factor utama dan
terpenting. Hubungan antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpin atau
bawahannya diwujudkan dalam bentuk human relationship atas dasar prinsip saling
harga-menghargai dan hormat-menghormati.
Dalam melaksanakan tugasnya, pemimpin
demokratis mau menerima dan bahkan mengharapkan pendapat dan saran-saran dari
bawahannya, juga kritik-kritik yang membangun dari anggota diterimanya sebagai
umpan balik atau dijadikan bahan pertimbangan kesanggupan dan kemampuan
kelompoknya. Kepemimpinan demokratis adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis,
terarah yang berusaha memanfaatkan setiap personil untuk kemajuan dan
perkembangan organisasi pendidikan.
Menurut Handoko.(1987:293) Gaya kepemimpinan
adalah suatu cara pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya. Jika kepemimpinan
terjadi dalam suatu organisasi dan seorang pemimpin perlu mengembangkan staf
dan membangun iklim motivasi yang menghasilkan gaya kepemimpinannya. Dalam hal
ini usaha menyelaraskan persepsi diantara orang yang akan mempengaruhi perilaku
dengan orang yang perilakunya akan dipengaruhi menjadi amat penting
kedudukannya. Kepemimpinan dapat akan menjadi efektif jika gaya kepemimpinan
yang dilakukan sesuai dengan lingkungan yang ada dalam organisasi, baik
karyawan, sarana prasarana, lingkungan sosial dan sebagainya. Hines (1993:122) menggolongkan
gaya kepemimpinan ke dalam tiga golongan yaitu otokratis, demokratis dan
kembali bebas. Secara relative menurut Ronald
Lipiit. (1987:294) ada tiga macam gaya kepemimpinan yang berbeda, yaitu:
otokratis, demokratis atau partisipatif, dan laisser faire. Selanjutnya ketiga gaya
tersebut dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 2.1
Gaya Kepemimpinan
Otokratis
|
Demokratis
|
Laissez faire
|
Semua penentuan kebijakan dilakukan oleh
pemimpin.
|
Semua kebijaksanaan terjadi pada kelompok
diskusi dan keputusan diambil dengan dorongan dan bantuan dari pemimpin
|
Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok
atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
|
Teknik-teknik dan langkah-langkah kegiatan
didikte oleh atasan setiap waktu, sehingga langkah-langkah yang akan datang
selalu tidak pasti untuk tingkat yang luas
|
Kegiatan-kegiatan didiskusikan,
langkah-langkah umum untuk tujuan kelompok dibuat, dan bila dibutuhkan
petunjuk-petunjuk teknis, pemimpin menyarankan dua atau lebih alternatif
prosedur yang dapat dipilih
|
Bahan-bahan yang bermacam-macam disediakan
oleh pemimpin yang membuat orang selalu siap bila dia akan memberikan
informasi pada saat ditanya. Dia tidak mengambil bagian dalam diskusi kerja
|
Pemimpin biasanya mendikte tugas kerja
bagian dan kerja bersama tiap anggota
|
Para anggota bebas bekerja dengan siapa
saja yang mereka pilih, dan pembagian tugas ditentukan oleh kelompok.
|
Sama sekali tidak ada partisipasi dari
pemimpin dalam penentuan tugas.
|
Pemimpin cenderung menjadi “pribadi” dalam
pujian dan kecamannya terhadap kerja setiap anggota, mengambil jarak dari
partisipasi kelompok aktif kecuali bila menunjukkan keahliannya
|
Pemimpin adalah obyektif atau fact mended
dalam puiian dan kecamannya, dan mencoba menjadi seorang anggota kelompok
biasa dalam jiwa dan semangat tanpa melakukan banyak pekerjaan
|
4. Kadang-kadang memberi komentar spontan
spontan terhadap kegiatan anggota, atau pertanyaan dan tidak bermaksud
menilai atau mengatur suatu kejadian
|
Sumber : Ralph White dan Ronald Lipiit. 1987.
Autocracy and Democracy. Dalam Sukanto Reksohadiprojo, T. Hani Handoko. Organisasi
Perusahaan. Yogyakarta : BPFE, h. 294.
Hersey dan Blanchard (1993:289) mengemukakan
bahwa gaya kepemimpinan adalah pola perilaku konsisten yang mereka terapkan
dalam bekerja dengan dan melalui orang lain, seperti yang dipersepsikan
orang-orang itu. Menurut Hadari. (1995:83-84) Gaya kepemimpinan memiliki tiga
pola dasar, yaitu :
Gaya kepemimpinan
yang berpola mementingkan pelaksanaan tugas secara efektif dan efisien,
Gaya kepemimpinan
yang berpola mementingkan pelaksanaan hubungan kerja sama, dan
Gaya kepemimpinan
yang berpola mementingkan hasil yang dapat dicapai
Teori Gaya Kepemimpinan
Teori Path Goal
Menurut Hani Handoko.(1997:290)Teori Path
Goal ini menganalisis pengaruh (dampak) kepemimpinan terutama perilaku terhadap
motivasi bawahan, kepuasan dan pelaksanaan kerja. Teori ini memasukkan empat
tipe atau gaya pokok perilaku pemimpin, yakni :
1)Kepemimpinan direktif (Directive leadership)
Pemimpin memberikan
perintah-perintah khusus kepada bawahan dan tidak ada peran serta bawahan dalam
pembuatan keputusan.
2)Kepemimpinan Suportif (Supportive
Leadership)
Pemimpin selalu
bersedia menjelaskan, sebagai teman, mudah didekati dan menunjukkan diri
sebagai orang sejati bagi bawahan. Pemimpin bersahabat dan tertarik pada
bawahan sebagai manusia.
3)Kepemimpinan partisipatif (Participative leadership)
Pemimpin meminta dan
menggunakan saran-saran bawahan untuk membuat keputusan. Kebanyakan studi dalam
organisasi industri manufaktur menyimpulkan bahwa dalam tugas-tugas yang tidak
rutin karyawan lebih luas di bawah pemimpin yang partisipatif dari pada
pemimpin yang non partisipatif.
4)Kepemimpinan orientasi prestasi (Achievement
oriented leadership)
Pemimpin mengajukan tantangan-tantangan dengan tujuan
yang menarik bagi bawahan dan merangsang bawahan untuk mencapai tujuan tersebut
serta melaksanakannya dengan baik. Kunci penting teori ini adalah cara pemimpin
mempengaruhi jalur antara perilaku bawahan dan sasaran.
Likert dengan melibatkan kelompok Michigan (Thoha,
1995:34) dalam melakukan penelitian selama bertahun-tahun, mengemukakan empat
sistem atau gaya dasar kepemimpinan organisasional
Secara ringkas keempat gaya tersebut dapat
diuraikan, sebagai berikut :
Gaya kepemimpinan Otokratis eksplosif
Manajer mengambil
semua keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan, memerintahkan dan biasanya
mengeksploitasi bawahan untuk
melaksanakannya.
Gaya otokratis penuh kebajikan
Manajer menentukan
perintah-perintah kerja, tetapi bawahan diberi keleluasan (fleksibilitas) dalam
melaksanakannya dengan suatu cara paternalistik.
Gaya Partisipatif
Pimpinan menggunakan
gaya konsultatif. Pimpinan ini meminta masukan dan menerima partisipasi dari
bawahan, tetapi tetap menahan hak untuk membuat keputusan final.
Gaya demokratik
Pimpinan memberikan
berbagai pengarah kepada bawahan, tetapi memberikan kesempatan partisipasi
total dan keputusan dibuat atas dasar konsensus dan prinsip mayoritas.
Gaya kepemimpinan adalah cara yang
dipergunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya.
Menurut Thoha (1995) gaya kepemimpinan
menurut norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Dalam hal ini
usaha menselaraskan persepsi di antara orang yang akan mempengaruhi perilaku
dengan yang akan dipengaruhi menjadi amat penting kedudukannya.
Gaya kepemimpinan merupakan suatu pola
perilaku seseorang pemimpin yang khas pada saat mempengaruhi anak buahnya, apa yang dipilih oleh pemimpin untuk
dikerjakan, cara pemimpin bertindak dalam mempengaruhi anggota kelompok
membentuk gaya kepemimpinan, namun gaya mana yang terbaik tidak mudah untuk
ditentukan. Untuk memahami gaya kepemimpinan, sedikitnya dapat dikaji dari tiga
pendekatan utama, yaitu pendekatan sifat, perilaku dan situasional.
Pendekatan sifat
Pendekatan sifat
mencoba menerangkan sifat-sifat yang membuat seseorang berhasil. Pendekatan ini
bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan. Kepemimpinan
dipandang sebagai suatu yang mengandung lebih banyak unsur individu, terutama
pada sifat-sifat individu. Penganut pendekatan ini berusaha mengidentifikasikan
sifat-sifat kepribadian yang dimiliki oleh pemimpin yang berhasil dan yang
tidak berhasil.
Pendekatan perilaku
Setelah pendekatan
sifat kepribadian tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan, perhatian para
pakar berbalik dan mengarahkan studi mereka kepada perilaku pemimpin. Studi ini
memfokuskan dan mengindentifikasi perilaku yang khas dari pemimpin dalam
kegiatannya mempengaruhi orang lain (pengikut). Pendekatan perilaku
kepemimpinan banyak membahas keefektifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh
pemimpin.
Pendekatan Situasional
Pendekatan
situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku, keduanya menyoroti perilaku
kepemimpinan dalam situasi tertentu. Dalam hal ini kepemimpinan lebih merupakan
fungsi situasi dari pada sebagai kualitas pribadi, dan merupakan suatu kualitas
yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu.
Nanang Fatah (1996 ) Pendekatan situasional
berpandangan bahwa keefektifan kepemimpinan bergantung pada kecocokan antara
pribadi, tugas, kekuasaan, sikap dan persepsi.
Keberhasilan Suatu organisasi atau lembaga
dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor yang datang dari dalam maupun
yang datang dari lingkungan. Dari
berbagai faktor tersebut, motivasi merupakan suatu faktor yang cukup dominan
dan dapat menggerakkan faktor-faktor lain ke arah efektivitas kerja. Dalam hal tertentu motivasi sering disamakan
dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak dan pengarah.
Setiap bawahan memiliki karakteristik khusus,
yang satu sama lain berbeda. Hal
tersebut memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, agar
mereka dapat memanfaatkan waktu untuk meningkatkan kinerjanya. Perbedaan
pegawai tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam psikisnya, perlu
diupayakan untuk membangkitkan motivasi bawahan dan faktor-faktor lain yang
mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
pemimpin.
Menurut H. Jodeph Reitz (1981) faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas pemimpin meliputi : 1) Kepribadian (personality)
pengalaman masa lalu dan harapan pemimpin, 2) harapan dan perilaku atasan, 3)
karakteristik harapan dan perilaku bawahan, dan 4) Harapan dan perilaku rekan.
Usaha menciptakan disiplin kerja dapat
dilakukan melalui perhatian dan kerja sama dari pemimpin, yaitu perilaku
kepemimpinan yang menciptakan hubungan kerja dengan karyawan yang didasari rasa
saling menghormati dan menghargai.
Sondang P. Siagian (1979:26) menyatakan, “Setiap orang dalam organisasi
bagaimana pun rendahnya pendidikan dan kedudukannya ingin dihargai oleh atasan,
rekan setingkat dan organisasi lainnya.
Pendapat tersebut di atas didukung oleh James
J. Cribbin (1990:136) yang menyatakan bahwa jika para pemimpin bersikap
egoistis, tidak mau bersikap kooperatif, tidak mau berkorban, cuma ingin mencari
untung melulu maka organisasi akan menjadi kacau berantakan dan tujuan tidak
akan tercapai. Pemimpin demikian akan
banyak menebarkan ketakutan, keresahan, kecemasan, kesedihan, kesengsaraan di
tengah anak buahnya.
Dari kedua pendapat di atas jelas bahwa
pemimpin hendaknya memperlakukan bawahan sebaik-baiknya sebagai rekan kerja,
dalam hal pekerjaan maupun secara moral seperti kejujuran, kesederhanaan, tidak
egois akan tetapi segala tindakannya untuk kepentingan anggota. Dengan menciptakan suasana yang sehat dan
menyenangkan akan membentuk moral yang tinggi.
Dengan moral staff yang tinggi akan dapat dikembangkan potensi-potensi
sehingga disiplin diri akan tumbuh serta karyawan akan memberikan segala
kemampuannya untuk bekerja seoptimal mungkin.
Untuk menjaga konsistensi disiplin kerja perlu adanya keteladanan yakni
pimpinan harus dijadikan panutan atau contoh.
“Untuk lebih mengefektifkan peraturan yang dikeluarkan dalam menegakkan
kedisiplinan perlu adanya teladan pimpinan.”
Pendapat ini didukung oleh Paul Hersey yang
menyatakan bahwa jalan baik untuk mendisiplinkan bawahan atau rakyat banyak
ialah pemimpin-pemimpin harus memberikan kecintaan, pengorbanan dan teladan,
kejujuran dan kesederhanaan sesuai ucapan dan tingkah lakunya, mau bekerja keras
untuk kesejahteraan anggota dan bukan untuk kemakmuran dirinya sendiri.
Senada dengan pendapat di atas Bill Greech
(1996:346) dalam terjemahan Alexander Sudiro mengatakan, “Pimpinlah dengan
memberi contoh-contoh yang positif bukan menetapkan peraturan lewat teror, ancaman,
omong besar dan intimidasi.” Dengan
keteladanan dari pihak pimpinan, disiplin karyawan dapat dibina sehingga
kedisiplinan yang muncul tidak sekedar karena takut akan tetapi muncul dari
kesadaran.
Adapun fungsi kepemimpinan pendidikan menurut
Soekarto Indrafachrudi (1993:33) adalah pada dasarnya dapat dibagai menjadi dua
yaitu:
a) Fungsi yang
bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai
Pemimpin berfungsi
memikirkan dan merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan
supaya anggota dapat berkerjasama mencapai tujuan itu.
Pemimpin berfungsi
memberi dorongan kepada anggota-anggota kelompok untuk menganalisis situasi
supaya dapat dirumuskan rencana kegiatan kepemimpinan yang dapat memberi
harapan baik.
Pemimpin berfungsi
membantu anggota kelompok dalam memberikan keterangan yang perlu supaya dapat
mengadakan pertimbangan yang sehat.
Pemimpin berfungsi
menggunakan kesempatan dan minat khusus anggota kelompok.
b) Fungsi yang bertalian
dengan suasana pekerjaan yang sehat dan menyenangkan
Pemimpin berfungsi memupuk
dan memelihara kebersamaan di dalam kelompok.
Pemimpin berfungsi
mengusahakan suatu tempat bekerja yang menyenangkan, sehingga dapat dipupuk
kegembiraan dan semangat bekerja dalam pelaksanaan tugas.
Pemimpin dapat
menanamkan dan memupuk perasaan para anggota bahwa mereka termasuk dalam
kelompok dan merupakan bagian dari kelompok.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang
dimaksud kepemimpinan kepala sekolah yaitu proses pemahaman seorang guru dalam
memberikan arti mengenai kepemimpinan yang dijalankan oleh kepala sekolah
berdasarkan pengamatan, pengalaman, perhatian dan kepercayaan yang terseleksi
selama menjadi guru.
DAFTAR PUSTAKA
No comments:
Post a Comment