Belajar
Makalah Dasar-Dasar Kependidikan
PENGERTIAN
PENDIDIKAN
Pendidikan
adalah kata yang sering sekali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari.
Tapi kadang kita kurang memahami apa yang disebut pendidikan,apa landasan
pendidkan itu dan lain sebagianya. Tulisan ini akan mencoba menguraikan
pendidikan di tinjau dari pendapat para ahli,teori tentang pendidikan,dan
lembaga-lembaga pendidikan.
Beberapa
ahli telah mengungkapkan mengenai pengertian pendidikan diantaranya :
a. Menurut Carter V.
God dalam “Dictionary of Education “
1) Pendidikan merupakan
seni, praktek, atau profesi sebagai pengajar
2) Merupakan ilmu yang
sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip-prinsip dan metode
metode mengajar,bpengawasan dan bimbingan murid. Dalam arti luas digantikan
dengan istilah pendidikan
3) Merupakan seni untuk
membuat dan memahami ilmu pengetahuan yang tersusun yang diwarisi atau
dikembangkan masa lampau oleh generasi bangsa
b. Menurut buku “ Higher
Education for American democracy” Pendidikan adalah suatu lembaga dalam
tiap-tiap masyarakata yang beradab, tetapi tujuan tujuan pendidikn tidaklah sma
dalammsetiap masyrakat. Sistem pendidikan suatu masyarakat tertentu dan tujuan
pendidikan didasarkan atas prinsip-prinsip cita-cita dan filsafat yang berlaku
dalam suatu masyarakat
c. Menurut professor
Rechey dalam buku “Planing for teaching an Introduction to education ‘
Istilah “Pendidikan” bekenaan dengan fungsi yang luas dari pemeliharaan an
perbaikan kehidupa suatu masyarakat yang baru (generasi muda) bagi penuaian
kewajiban dan tanggung jawabnya kepada masyarakat. Jdi pendidikan adalah suatu
proses yang lebih luas dari proses yang berlangsung disekolahn saja. Pendidikan
adalah suatu akyivitas social yang esensial yang memungkinkan masyarakat yang
kompleks
d. Menurut Prof Lodge dalam
buku “Philosophy of Education “ Pendidikan dalam arti luas semua pengalaman
dapt dapt dikatakan sebagai pendidikan Dalam pengertian yang lebih sempit
“Pendidikan” dibatasi pada fungsi tertentu didalam masyarakat yang terdiri atas
penyerahan adat istiadat dengan latar belakang sosialnya, pandangan hidup
masyarakatnya kepada warga masyarakat gnerasi berikutnya dan demikian setrusnya.
e. Menurut Brubacher
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal balik dari tiap pribadi manusia
dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan teman,dan dengan alam semesta.
Dari semua pendapat para ahi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa :
1) Pendidikan merupakan usaha manusia dalam meningkatkan
kepribadianya dengan mengembangkan potensi yang dimilikinya baik secara rohani
maupun jasmani
2) Pendidikan berarti juga lembaga yang bertanggung jawab
terhadap tercspsinys tujusn pendidikan
3) Pendidikan merupakan
hasil yang dicapai oleh perkembangan manusia
PENGERTIAN PENDIDIKAN DITINJAU DARI SEGI INDIVIDUAL
Pendidikan ditinjau dari segi individual mengandung pengertian yang beraneka ragam, karena manusia memiliki pandangan yang tidak sama, begitu pula pandangan dalam mengartikan apa itu pendidikan. Menurut Prof. Langeveld seorang ahli pedagogik dari negeri Belanda mengemukakan batasan pendidikan, bahwa pendidikan adalah suatu bimbingan yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak yang belum dewasa untuk mencapai tujuan, yaitu kedewasaan. Dari gagasan tersebut ada beberapa aspek yang berhubungan dengan usaha pendidikan, yaitu bimbingan sebagai suatu proses, orang dewasa sebagai pendidik, anak sebagai manusia yang belum dewasa, dan yang terakhir adalah tujuan pendidikan. Artinya dengan menggunakan bimbingan, pendidikan tidak dilaksanakan dengan memaksakan kepada si anak sesuatu yang datangnya dari luar, begitupun sebaliknya tidak boleh dibiarkan begitu saja si anak berkembang dengan sendirinya. Menurut Ngalim Purwanto, kedewasaan yang dimaksud dalam gagasan Prof. Langeveld ialah penetapan sendiri atas tanggumg jawab sendiri, orang yang dikatakan dewasa adalah orang yang benar-benar mengetahui siapa dirinya dan apa yang diperbuat, baikkah atau burukkah itu.
Menurut J.J. Rousseau, pendidikan adalah sesuatu yang memberikan kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.Dalam hal ini pendidikan diibaratkan bekal, dimana bekal itu tidak akan dinikmati sebelum masanya tiba, filosofinya yaitu ketika si anak membawa bekal untuk ke sekolah, maka bekal itu tidak akan dimakan di rumah melainkan dimakan di sekolah ketika si anak itu sudah lapar, nah pada saat itulah bekal yang dibawa anak itu dibutuhkan, begitu pula dengan pendidikan, kita merasakan pendidikan sebelum mengetahui bahwa pendidikan adalah kebutuhan kita, namun semakin beranjak dewasa, kita sadar bahwa pendidikan sangat kita butuhkan.
Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan adalah tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Menurut Ahmad D. Marimba, pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.Ini berkaitan dengan filosofi bahwa anak (si terdidik) ibarat tanaman, sebagai bibit unggul anak memerlukan lahan subur (ibu atau almamater) dan petani (ayah atau guru profesional). Tugas petani (guru) dalam proses pendidikan adalah menggemburkan tanah-tanah yang keras agar tanaman memperoleh oksigen, dan akar-akarnya dapat menyerap pupuk dan gizi yang diberikan. Di sisi lain, tanaman harus disiram tiap hari, dirawat, dan dijaga dari hama yang merusak pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan perawatan dan perhatian terus-menerus, bibit itu akan tumbuh menjadi pohon yang baik.Begitu pula pada sang anak, akan menjadi seorang yang dewasa dengan kepribadian yang mantap.
Menurut Hasbullah, pendidikan merupakan suatu proses terhadap anak didik berlangsung terus sampai anak didik mencapai pribadi dewasa susila. Proses ini berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Bila anak didik sudah mencapai pribadi dewasa susila, maka ia sepenuhnya mampu bertindak sendiri bagi kesejahteraan hidupnya dan masyarakatnya.Seperti halnya kita, sewaktu kita menduduki bangku SD dan SMP, kita masih mengenyam pendidikan, dan ketika kita mulai menduduki bangku SMA, kita masih dalam dunia pendidikan namum pada masa pelatihan yang digunakan untuk mempersiapkan diri menuju kedewasaan yang sesungguhnya, dan akhirnya menjadilah kita mahasiswa pada sebuah perguruan tinggi, dimana kita sudah tidak lagi mengenyam pendidikan melainkan harus mengembangkan dan mengaplikasikannya, baik di dalam maupun di luar kampus.
Dari beberapa pandangan di atas, dapat diketahui bahwa pendidikan adalah proses pembelajaran atau perubahan menuju pendewasaan yang dilakukan oleh pendidik kepada yang dididik.
LANDASAN
PENDIDIKAN
Fungsi
Landasan Pendidikan dalam tenaga kependidikan tidak tertuju kepada pengembangan
aspek keterampilan khusus mengenai pendidikan sesuai spesialisasi jurusan atau
program pendidikan, melainkan tertuju kepada pengembangan wawasan kependidikan,
yaitu berkenaan dengan berbagai asumsi yang bersifat umum tentang pendidikan
yang harus dipilih dan diadopsi oleh tenaga kependidikan sehingga menjadi cara
pandang dan bersikap dalam rangka melaksanakan tugasnya. Berbagai asumsi
pendidikan yang telah dipilih dan diadopsi oleh seseorang tenaga
kependidikanakan berfungsi memberikan dasar rujukan konseptual dalam rangka
praktek pendidikan atau studi pendidikan yang dilaksanakannya. Dengan kata
lain, fungsi landasan pendidikan adalah sebagai dasar pijakan atau titik tolak
praktek pendidikan atau studi pendidikan.
Secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar atau alas, karena itu landasan
merupakan tempat bertumpu atau titik tolak atau dasar pijakan. Titik tolak atau
dasar pijakan ini dapat bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang);
dapat pula bersifat konseptual (contoh: landasan pendidikan). Landasan yang
bersifat koseptual identik dengan asumsi, adapun asumsi dapat dibedakan menjadi
tiga macam asumsi, yaitu aksioma, postulat dan premis tersembunyi
landasan pendidika adalah asumsi-asumsiyang menjadi dasar pijakan atau titik tolak
dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.( Joni Indra)
Seperti kita membangun sebuah bangunan katakanlah rumah, yang diperhatikan
pertama-tama adalah fondasinya. Apabila fondasinya kuat dan bagus maka akan
sangat berpengaruh sekali terhadap kualitas rumah tadi. Begitu juga sebaliknya
apabila fondasinya kurang bahkan tidak kuat bisa kita tebak bagaimana jadinya?
Dalam perjalanan dunia pendidikan pun demikian, walaupun benda mati dapat
dijadikan iktibar atau gambaran dalam pendidikan. Pendidikan dapat berjalan
dengan bagus apabila ditegakkan dengan beberapa landasan:
1.
Landasan Agama
Landsan agama merupakan landasan yang paling mendasari dari landasann-landasan
pendidikan, sebab landasan agama adalah landasan yang diciptakan oleh Allah
SWT. Landasan agama berupa firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an dan
Al-Hadis berupa risalah yang dibawakan oleh Rasulullah SAW untuk umat manusia
yang berisi tentang tuntutan-tuntutan atau pedoman hidup manusia untuk mencapai
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun diakhirat, serta merupakan rahmat untuk
seluruh alam.
Bahkan Sistem pendidikan nasional mengharuskan setiap peserta didik mengikuti pendidikan agama tidak hanya pendidikan formal saja. Karena sistem pendidikan agama diharapkan tidak saja sebagai peyangga nilai-nilai, akan tetapi sekaligus sebagai penyeru pikiran-pikaran produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman yang semkin modern. Pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik dan bukan Negara atau organisasi keagamaan.
2. Landasan Filosofi
Bahkan Sistem pendidikan nasional mengharuskan setiap peserta didik mengikuti pendidikan agama tidak hanya pendidikan formal saja. Karena sistem pendidikan agama diharapkan tidak saja sebagai peyangga nilai-nilai, akan tetapi sekaligus sebagai penyeru pikiran-pikaran produktif dan berkolaborasi dengan kebutuhan zaman yang semkin modern. Pendidikan agama adalah hak setiap peserta didik dan bukan Negara atau organisasi keagamaan.
2. Landasan Filosofi
Filsafat sebagai induk ilmu pengetahuan. Pengetahuan dimulai dari rasa ingin
tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu-ragu dan filsafat dimulai dari keduanya.
Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang kita tahu dan apa
yang belum kita tahu.
Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta, 2001/ dasar-dasra pendidikan). Manusia sebagai makhluk social dalam kehidupan bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita yang mereka kejar dalam hidupnya, baik secara individu maupun secara kelompok. Demikian pula pendidikan yang berlangsung di suatu suku atau bangsa tidak terlepas dari gambaran dan cita-cita. Hal ini memotivasi masyarakat untuk menekankan aspek-aspek tertentu pada pendidikan agar dapat memenuhi gambaran dan cita-cita mereka.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut:
Filsafat telah ada sejak manusia itu ada (Pidarta, 2001/ dasar-dasra pendidikan). Manusia sebagai makhluk social dalam kehidupan bermasyarakat sudah memiliki gambaran dan cita-cita yang mereka kejar dalam hidupnya, baik secara individu maupun secara kelompok. Demikian pula pendidikan yang berlangsung di suatu suku atau bangsa tidak terlepas dari gambaran dan cita-cita. Hal ini memotivasi masyarakat untuk menekankan aspek-aspek tertentu pada pendidikan agar dapat memenuhi gambaran dan cita-cita mereka.
Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut:
a. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan,
pemikiran pengetahuan, sifat alam semesta.
b. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan.
c. Ilmu yang berintikan logika ,estetika, metafisika, dan epistemology
d. Falsafah
Dalam buku dasar-dasar pendidikan, edisi pertama dikatakan Filsafat pendidikan ialah hasil pemikiran dan perenungan secara mendalam sampai akar-akarnya memenganai pendidikan (Pidarta, 2001).
Tujuan filsafat ialah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan.
Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu (1)apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika); (2) mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika); (3)apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara lain; Epistemologi (filsafat pengetahuan), Etika (Filsafat moral), Estetika ( filsafat seni), Metafisika, Politik (filsafat pemerintah), Filsafat Agama, Filsafat Ilmu, Filsafat Pendidikan, Filsafat Hukum, Filsafat Sejarah dan Filsafat Matematika.
Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu tersebut.
Pendidikan sebagai Cabang ilmu dari Filsafat. Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan. Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu, sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan, kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
4. Landasan hukum
Landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik tolak. Semua
tindakan yang dilakukan di Negara didasari dengan perundang-undang tersebut.
Apabila terdapat suatu tindakan yang bertentangan dengan perundangan itu,
dikatakan tindakan itu melanggar hokum. Negara republic Indonesia mempunyai
perundang-undangan yang bertingkat, mulai dari undang-undang Dasar 1945,
undang-undang, peraturan, pemrintah, ketetapan sampai dengan surat keputusan.
Pendidikan di Indonesia menurut UUD 1945 yakni terdapat pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Ayat 2 menyatakan bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Semantara itu, di dalam konsideran UUSPN butiran b, pembangunan bidang penddidikan dilakukan setiap warga untuk mengembangkan diri. Butiran d, pendidikan nasional dinyatakan sebagai system. Pasal 38; 1 & 2, pasal 39; 1 & 2, dari UUSPN tentang kurikulum nasional dan buku ajaran yang disusun berdasarkan ketetapan pemerintah ( pasal 34). Selanjutnya, konsep “satu system pendidikan” dari pasal 31 dan 32 UUD 1945 (sebelum amandemen) yang hanya meberi peluang hegemoni pemerintah dan elite, diubah berdasarkan konsep hak pendidikan bagi rakyat. (Dr. Abdul Munir Mulkhan,th:2002.hlm: 274 dan 275)
5. Landasan Psikologis
Pendidikan di Indonesia menurut UUD 1945 yakni terdapat pada pasal 31 ayat 1 yang berbunyi, “tiap-tiap warga Negara berhak mendapatkan pengajaran”. Ayat 2 menyatakan bahwa “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”. Undang-undang nomor 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, Peraturan pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan.
Semantara itu, di dalam konsideran UUSPN butiran b, pembangunan bidang penddidikan dilakukan setiap warga untuk mengembangkan diri. Butiran d, pendidikan nasional dinyatakan sebagai system. Pasal 38; 1 & 2, pasal 39; 1 & 2, dari UUSPN tentang kurikulum nasional dan buku ajaran yang disusun berdasarkan ketetapan pemerintah ( pasal 34). Selanjutnya, konsep “satu system pendidikan” dari pasal 31 dan 32 UUD 1945 (sebelum amandemen) yang hanya meberi peluang hegemoni pemerintah dan elite, diubah berdasarkan konsep hak pendidikan bagi rakyat. (Dr. Abdul Munir Mulkhan,th:2002.hlm: 274 dan 275)
5. Landasan Psikologis
Psikologis merupakan ilmu jiwa, yakni ilmu yang mempelajari tentang jiwa
manusia. Jiwa atau psikis dapat dikatakan inti dan kendali kehidupan manusia,
yang selalu berada dan melekat pada manusia itu sendiri.
Landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subjek pendidikan yang akan berkembang sesuai engan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat perkembangan dan pertumbuhan mereka.
Sebagaimana Al- Ghazali, Al- Zarnuji menyarankan agar guru mengetahui tabiat anak didik dari sisi kejiwaannya. Aspek kejiwaan anak didik harus dikuasai untuk membantu memilih metode dan teknik pembelajaran yang tepat, baik ketika mengajar, membina mental, dan memberikan petunjuk. Disini, bisa dikatakan bahwa ketidakmampuan guru dalam memahami aspek psikologis anak didik akan berakibat fatal dalam pembelajaran ( Fatimah Hasan Sulaiman,t.th: 65)
6. Landasan Sejarah
Landasan psikologis pendidikan harus mempertimbangkan aspek psikologis peserta didik, peserta didik harus dipandang sebagai subjek pendidikan yang akan berkembang sesuai engan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan mereka. Pendidikan harus akomodatif terhadap tingkat perkembangan dan pertumbuhan mereka.
Sebagaimana Al- Ghazali, Al- Zarnuji menyarankan agar guru mengetahui tabiat anak didik dari sisi kejiwaannya. Aspek kejiwaan anak didik harus dikuasai untuk membantu memilih metode dan teknik pembelajaran yang tepat, baik ketika mengajar, membina mental, dan memberikan petunjuk. Disini, bisa dikatakan bahwa ketidakmampuan guru dalam memahami aspek psikologis anak didik akan berakibat fatal dalam pembelajaran ( Fatimah Hasan Sulaiman,t.th: 65)
6. Landasan Sejarah
Sejarah adalah keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan
yang didasari oleh konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi yang
mengandung kejadian – kejadian, model-model, konsep-konsep, teori-teori,
praktik-praktik, moral, cita-cita dan sebagainya. Informasi yang lampau ini
terutama yang bersifat kebudayaan pada umumnya berisi konsep, praktik, dan
hasil yang diperoleh.
Setiap bidang kegiatan yang dikerjakan oleh manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan juga dengan bagaimana keadaan bidang itu pada masa lampau. Demikian juga dalam bidang pendidikan sebelum menangani bidang itu, terlebih dahulu mereka memeriksa sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun internasional.
7. Landasan Sosial Budaya
Setiap bidang kegiatan yang dikerjakan oleh manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan juga dengan bagaimana keadaan bidang itu pada masa lampau. Demikian juga dalam bidang pendidikan sebelum menangani bidang itu, terlebih dahulu mereka memeriksa sejarah tentang pendidikan baik yang bersifat nasional maupun internasional.
7. Landasan Sosial Budaya
Social budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Setiap kegiatan manusia hamper tidak pernah lepas dari unsure
social budaya. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara
kelompok.
Selanjutnya tentang apa yang dilakuan dan cara mengadakannya serta bentuk yang diinginkan merupakan unsur dari suatu budaya.
Social mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat, serta individu dengan masyarakat. Unsur social ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena aspek social melekat pada individu-individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping itu tugas pendidik mengembangkan aspek social, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya.
Sedangkan aspek budaya pun sangat berperan dalam proses pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar merek adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka adalah budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri.
Bahasan social budaya dalam pendidikan diuraikan secara berturut-turut;
Selanjutnya tentang apa yang dilakuan dan cara mengadakannya serta bentuk yang diinginkan merupakan unsur dari suatu budaya.
Social mengacu kepada hubungan antar individu, antar masyarakat, serta individu dengan masyarakat. Unsur social ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Karena aspek social melekat pada individu-individu yang perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Disamping itu tugas pendidik mengembangkan aspek social, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya.
Sedangkan aspek budaya pun sangat berperan dalam proses pendidikan. Dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsure budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar merek adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka adalah budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri.
Bahasan social budaya dalam pendidikan diuraikan secara berturut-turut;
a). Sosiologi dan pendidikan,
b). Kebudayaan dan pendidikan,
c). Masyarakat dan sekolah,
d). Masyarakat Indonesia dan pendidikan, dan
e). Dampak konsep pendidikan
8. Landasan Sosiologi
8. Landasan Sosiologi
Dalam buku dasar-dasar pendidikan edisi pertama, pidarta (2001), menyatakan
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam
kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Jadi sosiologi mempelajari bagaimana
manusia itu berhubungan satu dengan yang lain dalam kelompoknya dan bagaimana
susunan unit-unit masyarakat atau sosial di suatu wilayah.
Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.konsep atau teori sosiologi member petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Salah satu bagian dari sosiologi yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus pendidikan. Sosiologi pendidikan ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
9. Landasan Ekonomi
Sejalan dengan lahirnya pemikiran tentang pendidikan kemasyarakatan, pada abad ke-20 sosiologi memegang peranan penting dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang diinginkan oleh aliran kemasyarakatan ialah proses pendidikan yang bisa mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup dalam pergaulan manusia.konsep atau teori sosiologi member petunjuk kepada guru-guru tentang bagaimana seharusnya mereka membina para siswa agar mereka bisa memiliki kebiasaan hidup yang harmonis, bersahabat, dan akrab sesama teman. Salah satu bagian dari sosiologi yang dapat dipandang sebagai sosiologi khusus pendidikan. Sosiologi pendidikan ini membahas sosiologi yang terdapat pada pendidikan.
9. Landasan Ekonomi
Manusia pada umumnya tidak bisa lepas dari kebutuhan ekonomi. Sebab kebutuhan
dasar manusia membutuhkan ekonomi. Orang tidak mampu pun memerlukan uang untuk
mengisi perutnya dan sekedar berteduh di waktu malam. Dengan demikian
pembahasan tentang ekonomitidak hanya menyangkut orang kaya saja, melainkan
semua orang, termasuk dunia pendidikan yang ditekuni.
Dunia sekarang ini tidak hanya di timbulkan oleh dunia politik, melainkan juga masalah dari dunia ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan Negara bertambah, walaupun hutang luar negri cukup besar dan penghasilan rakyat kecil masih minim. Perkembangan ekonomi pun menjadi pengaruh dalam bidang pendidikan. Sudah banyak orang kaya bersedia secara sukarela menjadi orang tua angkat agar anak kurang mampu bisa sekolah. Sikap dan tindakan ini sangat terpuji dan membantu pemerintah menyukseskan wajib belajar 12 tahun.
10. Landasan Ilmiah dan Teknologi (IPTEK)
Dunia sekarang ini tidak hanya di timbulkan oleh dunia politik, melainkan juga masalah dari dunia ekonomi. Pertumbuhan ekonomi menjadi tinggi, dan penghasilan Negara bertambah, walaupun hutang luar negri cukup besar dan penghasilan rakyat kecil masih minim. Perkembangan ekonomi pun menjadi pengaruh dalam bidang pendidikan. Sudah banyak orang kaya bersedia secara sukarela menjadi orang tua angkat agar anak kurang mampu bisa sekolah. Sikap dan tindakan ini sangat terpuji dan membantu pemerintah menyukseskan wajib belajar 12 tahun.
10. Landasan Ilmiah dan Teknologi (IPTEK)
Dari Dasar-dasar pendidikan edisi pertama, Tirtaraharja (2005) menyatakan bahwa
pendidikan serta ilmu pengetahuan dan Teknologi memiliki kaitan yang sangat
erat. IPTEK menjadi bagian utama dalam isi pembelajan. Dengan kata lain pendidikan
berperan sangat penting dalam pewarisan dan pengembangan IPTEK.
Pada sisi lain, pada setiap perkembangan IPTEK harus sering diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangn IPTEK ke dalam bahan pembelajaran. Dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka pendidikan dengan segala aspek mau tidak mau mengakomodasi perkembangan itu.
Teknologi komunikasi, selain memberikan manfaat berharga di dalam ‘menghemat’ waktu perjalanan fisikal manusia, juga berimplikasi kepada telingkahan baru yang destruktif. IPTEK yang datang baik melalui media cetak maupun media elektronik diakui atau tidak, seperti yang dikatakan Syahrin Harahap (1998), berasal dari masyarakat industrial (second wave) atau masyarakat informatika (third wave). Kecenderungan perkembangan global akibat IPTEK menimbulkan dua aplikasi, antara positi dan juga negative, bergantung pada siapa yang paling banyak menginstal konsep, pemikiran, budaya dan nilai ke dalamnya. ( Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi.hlm:2)
Pada sisi lain, pada setiap perkembangan IPTEK harus sering diakomodasi oleh pendidikan yakni dengan segera memasukkan hasil pengembangn IPTEK ke dalam bahan pembelajaran. Dengan perkembangan IPTEK dan kebutuhan masyarakat yang makin kompleks maka pendidikan dengan segala aspek mau tidak mau mengakomodasi perkembangan itu.
Teknologi komunikasi, selain memberikan manfaat berharga di dalam ‘menghemat’ waktu perjalanan fisikal manusia, juga berimplikasi kepada telingkahan baru yang destruktif. IPTEK yang datang baik melalui media cetak maupun media elektronik diakui atau tidak, seperti yang dikatakan Syahrin Harahap (1998), berasal dari masyarakat industrial (second wave) atau masyarakat informatika (third wave). Kecenderungan perkembangan global akibat IPTEK menimbulkan dua aplikasi, antara positi dan juga negative, bergantung pada siapa yang paling banyak menginstal konsep, pemikiran, budaya dan nilai ke dalamnya. ( Imam Tholkhah dan Ahmad Barizi.hlm:2)
FILSAFAT
PENDIDIKAN
1. Pengertian
Filsafat
Kata
Filsafat berasal dari bahasa Inggris dan Bahasa Yunani. Dalam Bahasa Inggris
yaitu Philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani Philein atau Philos dan sofein
atau sophi. Adapula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahsa Arab,
yaitu Falsafah, yang artinya al-hikmah. Philos artinya cinta, sedangkan Sophia,
artinya kebijaksanaan. Dengan demikian, filsafat dapat diartikan kebijaksanaan
atau al-hikamah. Orang yang mencintai atau encari kebijaksanaan atau kebenaran
disebut dengan filsuf. Mencari kebenaran dengan pendekatan Filosofis yang
radikal dan kontemplatif, yaitu mencari kebenaran hingga ke akar-akarnya yang
dilakukan secara mendalam.
Berikut
beberapa definisi mengenai Filsafat :
a. Filsafat
adalah proses pencarian kebenaran dengan cara menelusuri hakikat dan sumber
kebenaran secara sistematis, logis, kritis, rasional dan spekulatif. Alat yang
digunakan untuk mencari kebenaran adalah akal yang merupakan sumber utama dalam
berfikir. Dengan demikian, kebenaran filosofis adalah kebenaran berfikir yang
rasional, logis, sistematis, kritis, radikal, dan universal.
b. Filsafat adalah
pengetahuan tentang cara berfikir terhadap segala sesuatu atau sarwa sekalian
alam. Artinya, materi pembicaraan filsafat adalah segala hal yang menyangkut
keseluruhan yang bersifat universal. Dengan demikian, pencarian kebenaran
filosofis tidak pernah berujung dengan kepuasan dan tidak mengenal pemutlakan
kebanaran. Bahkan untuk suatu yang sudah dianggap benar pun, kebenarannya masih
diragukan. Dikatakan tidak mengenal kata puas karena kebenaran akan mengikuti
situasi dan kondisi alam pikiran manusia yang hasu dengan pengetahuan.
c. Filsafat
adalah pengembaraan alam piker manusia yang tidak mengenal kenyang dengan ilmu
pengahuan dan kebenaran yang hakiki
d. Filsafat adalah
pencarian kebenaran dengan cara berfikir sistematis yang dilakukan secara
teratur mengikuti Sistem yang berlaku sehingga tahapan-tahapannya mudah
diikuti. Berfikir sistematis senantiasa mengikuti aturan logika yang benar
normatif, artinya cara berfikir yang mengikuti premis-premis tertentu.
e. Pengertian
formal dari filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap dijunjung tinggi. Suatu sikap falsafi yang benar adalah
sikap yang kritis dan mencari kebenaran tanpa batas.
f. Filsafat
adalah seni kritik dengan tidak membatasi diri pada destruksi pemikiran tentang
kebenaran, Franz Magnis Suseno menegaskan bahwa kritis dalam filsafat adalah
kritis dalam arti bahwa filsafat tidak pernah merasa puas diri, artinya tidak
pernah menganggap sesuatu telah selesai.
g. Filsafat adalah
pengetahuan metodis, sistematis, dan koheren tentang seluruh kenyataan
(realitas). Filsafat merupakan refleksi rasional atas keseluruhan realitas
untuk mencapai haikat (kebenaran) dan memperoleh hikmat (kebijaksanaan)
h. Al-Kindi (801-873
M) menyebutkan bahwa filsafat adalah kegiatan manusia tingkat tertinggi yang
merupkan pengetahuan yang benar mengenai hakikat segala yang ada bagi manusia.
Bagian filsafat yang paling mulia adalah pengetahuan kebenaran pertama yang
merupakan sebab dari segala kebenaran.
i. Filsafat
adalah pencarian kebenran tanpa mengenal batas dengan menggunakan rasio secara
sistematis dan radikal yang diawali keraguan atas segala sesuatu.
j. Objek
material filsafat adalah segala sesuatu yang ada dan yang mungkin ada yang
dipikirkan secara kontemplatif pada problematika yang tidak dapat dijangkau
oleh pendekatan empiris dan observatif yang biasa berada dalam sains.
Segala Sesuatu yang ada adalah yang keberadaannya pasti, artinya ada dengan sendirinya dan keberadaannya tidak disebabkan oleh kemungkinan lain yang disebut wajib ada. Ada yang wajib ada, keberadaannya tidak disebabkan oleh keberadaan lain. Adapun yang mungkin ada, keberadaannya bergantung pada berbagai kemungkinan.
Pada dasarnya realitas terdiri atas dua hal yaitu :
a. Kenyataan
yang disepakati (agreement reality), yaitu segala sesuatu yang
dianggap nyata karena itu kita mengatakan sebagai kenyataan
b. Kenyataan yang
didasarkan pada pengalaman (experimental reality), yaitu pengalaman manusia.
Berdasakan
dua realita tersebut, pengetahuan dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pengetahuan
yangdiperoleh melalui persetujuan
b. Pengetahuan yang
diperoleh melalui pengetahuan langsung atau observasi
Manfaat
Filsafat dalam kehidupan adalah :
a. Dasar dalam
bertindak
b. Dasar dalam
mengambil keputusan
c. Mengurangi
salah paham dan konflik
d. Bersiap siaga
menghadapi situasi dunia yang selalu berubah
e. Mendalami
konsep yang sudah baku dengan melihat substansinya
f. Merumuskan
teori atau kerangka pemikiran
g. Membangun
paham-paham yang mengideologis
h. Membangun sikap
saling menghargai pendapat satu sama lain dan tidak truth claim
i. Mengembangkan
pemahaman berbagai persoalan
Perbedaan
filsafat dengan Ilmu adalah :
a. Ilmu tertentu
menyelidiki bidang-bidang yang terbatas sedangkan filsafat mencoba melayani
seluruh manusia dan lebih bersifat inklusif
b. Ilmu lebih analitik
dan desskriptif, sedangkan filsafat lebih sintetik dan sinoptik
c. Ilmu
menganalisis seluruh unsur yang menjadi bagian-bagiannya sedangkan filsafat
berusaha untuk mengembangkan benda-benda dalam sintesis yang interpretative
d. Ilmu berusaha untuk
menghilangkan faktor-faktor pribadi sedangkan filsafat lebih mementingkan
personalitas, nilai-nilai dan pengalaman
e. Ilmu lebih
menekankan kebenaran logis dan obyektif sedangkan filsafat bersifat radikal dan
subjektif.
2. Pengertian
Filsafat Pendidikan
a. Filsafat
pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan pendidikan
yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, hasil dan hakikat ilmu pendidikan
yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya
b. Filsafat pendidikan
adalah pengetahuan yang memikirkan hakikat pendidikan secara komprehensif dan
kontemplatif tentang sumber, seluk beluk pendidikan, fungsi dan tujuan pendidikan
c. Filsafat
pendidikan adalah pengetahuan yang mengkaji proses pendidikan dan teori-teori
pendidikan
d. Filsafat pendidikan
mengkaji hakikat guru dan anak didik dalam proses pembelajaran dikelas dan
diluar kelas
e. Filsafat
pendidikan mengkaji strategi pembelajaran Alternatif
3. Ruang Lingkup
Filsafat Pendidikan
a. Pendidik
Para
pendidik adalah guru orang tua, tokoh masyarakat dan siapa saja yang
memfungsikan dirinya untuk mendidik. Siapa saja dapat menjadi pendidik dan melakukan
upaya untuk mendidik secara formal maupun nonformal. Para pendidik haruslah
orang yang patut diteladani. Orang yang membina, mengarahkan dan menuntun dan
mengembangkan minat serta bakat anak didik, agar tujuan pendidikan tercapai
dengan baik. Para pendidik adalah subjek yang melaksanakan pendidikan.
b. Murid atau Anak didik
Anak
didik secara filosofis merupakan objek para pendidik Dalam melakukan tindakan
yang bersifat mendidik. Dikaji dari beberapa segi, seperti usia, kondisi
ekonomi, minat dan bakat, serta tingkat intelegensinya. Anak didik merupakan
subjek pendidikan, yaitu yaitu orang yang menjalankan dan mengamalkan materi
pendidikan yang diberikan oleh pendidik. Agar pendidikan dapat berhasil dengan
sebaik-baiknya, jalan pendidikan yang ditempuh harus sesuai dengan perkembangan
anak didik.
c. Materi Pendidikan
Materi
pendidikan yaitu bahan-bahan atau pengalaman-pengalaman belajar yang disusun
sedemikian rupa (dengan susunannya yang lazim dan logis) untuk disajikan atau
disampaikan kepada anak didik.
d. Perbuatan mendidik
Perbuatan
mendidik adalah seluruh kegiatan, tindakan, perbuatan, dan sikap yang dilakukan
oleh pendidikan sewaktu menghadapi atau mengasuh anak didiknya yang disebut
dengan tahzib. Mendidik artinya meningkatkan pemahaman anak didik tentang
kehidupan, mendalami pemahaman terhadap ilmu pengetahuan dan manfaatnya untuk
diterapkan dalam kehidupan nyata dan sebagai pandangan hidup.
e. Evaluasi
dan tujuan pendidikan
Evaluasi
yaitu siste penilaian yang diterapkan kepada anak didik, untuk mengetahui
keberhasilan pendidikan yang dilaksanakan. Evaluasi sangat bergantung pada
tujuan pendidikan. Jika tujuannya membentuk siswa yang kreatif, cerdas,
beriman, dan takwa, Sistem evaluasi yang dioperasionalkan harus mengarah pada
tujuan yang dimaksudkan.
f. Alat-alat
Pendidikan dan Lingkungan Pendidikan
Alat
dan lingkungan pendidikan merupakan fasilitas yang digunakan untuk mendukung
terlaksananya pendidikan.
Tujuan
dipelajari filsafat pendidikan, yaitu menciptakan manusia yang beriman dan
bertakwa. Adapun kegunaan filsafat pendidikan yaitu :
a. Menambah
wawasan keilmuan yang berkaitan eksistensi Tuhan dan seluruh ciptaan-Nya kepada
anak didik.
b. Menguatkan
iman dan memperkaya pandangan anak didik tentang ajaran-ajaran agama yang
menjadi sumber kehidupan manusia dan sumber pengetahuan.
c. Memperluas
penafsiran dan memperdalam pemaknaan berbagai hal yang menyangkut ilmu
pengetahuan
d. Meyakinkan
anak didik bahwa norma-norma kependidikan ditujukan untuk kemaslahatan
e. Memberikan
ketarampilan hidup yang fungsional
f. Mencerdaskan
anak didik
g. Membentuk
akhlak yang mulia
h. Membentuk
manusia yang memiliki kepedulian sosial, menegakan amar ma’ruf nahi munkar
i. Mengembangkan
lembaga pendiikan
j. Mengkaji
dan merumuskan teori yang berkaitan dengan pendidikan
k. Mengkaji
4. Dorongan
Sejarah Filsafat Yunani terhadap Filsafat Pendidikan
Sejarah
perkembangan filsafat pada umumnya dimulai dimulai dari mitologi yang
berkembang di masyarakat Yunani Kuno. Sebelum filsafat berdiri dengan jati
dirinya yang asli sebagai filsafat, mitos merupakan filsafat itu sendiri yang
menurut penciptanya sama sekali bukan mitps melainkan cara berfikir empiris,
logis, dan realistis.
Salah satu bangsa yang cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan filosofis melalui berbagai mitos adalah Yunani Kuno. Mitos diungkapkan melalui berbagai pendekatan, misalnya puisi, cerita rakyat, sastra, karya pahatan, bangunan-bangunan bersejarah yang melegenda. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Kemarahan alam dengan berbagai peristiwa yang membingungkan masyarakat, seperti gunung meletus, bencana banjir, dan sebagainya yang menewaskan ribuan manusia. Karena belum tersentuh oleh pengetahuan dan penemuan ilmiah hanya dapat di jawab oleh Sistem berfikir masyarakat yang kemudian disebut dengan mitos.
Salah satu bangsa yang cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan filosofis melalui berbagai mitos adalah Yunani Kuno. Mitos diungkapkan melalui berbagai pendekatan, misalnya puisi, cerita rakyat, sastra, karya pahatan, bangunan-bangunan bersejarah yang melegenda. Mitos adalah pencerahan masyarakat yang hidup pada masa lalu dalam menemukan jawaban-jawaban atas masalah yang disebabkan oleh situasi dan kondisi alam. Kemarahan alam dengan berbagai peristiwa yang membingungkan masyarakat, seperti gunung meletus, bencana banjir, dan sebagainya yang menewaskan ribuan manusia. Karena belum tersentuh oleh pengetahuan dan penemuan ilmiah hanya dapat di jawab oleh Sistem berfikir masyarakat yang kemudian disebut dengan mitos.
Yunani
memiliki kesusastraan yang sangat tinggi mulai personifikasi dan legenda,
dongeng-dongeng, dan teka teki kehidupan. Karya puitis Homerus yang berjudul
Illias da Oddeysea menduduki tempat yang istimewa dalam kesusastraan Yunani dan
dapat disebut sebagai kesusastraan didunia. Peranan kesusastraan yang dibuat
Homerus bahkan dapat diibaratkan seperti wayang dipulau Jawa yang mempunyai
pengaruh luar biasa dalam pendidikan masyarakat. Sampai sekarang, cerita-cerita
yang dikembangkan dalam dongeng-dongeng tersebut masih memengaruhi seni dan
peradaban yang diidamkan oleh sebuah negeri besar dan maju, seperti Jerman
dengan konsep Nazi-nya dan Amerika Serikat dengan ambisi sebagai polisi
dunianya. Secara tidak disadari, keinginan dua negeri ini, didasari oleh sebuah
impian Homerus yang menginginkan Negara kota (polis) untuk dipimpin oleh sebuah
garda beradab.
Cecep
Sumarna menjelaskan, secara geografis, Yunani berdekatan dengan daerah Timur
Kuno (Cina) dan babylonia (Mesir). Didaerah-daerah tersebut, ilmu pengetahuan
sudah berkembang meskipun masih terbatas diwilayah tempat pusat perkembangan
peradaban daerah tersebut. Persentuhan ilmu yang diadopsi dari Timur Kuno dan
Mesir yang sudah kaya dan maju dengan ilmu pengetahuan, kemudian memengaruhi
wacana mite-mite yang berkembang di Yunani. Dengan demikian, melalui filsuf
Yunani terjadi pergeseran-pergeseran dan ilmu tidak lagi hanya milik sebuah
komunitas, tetapi ia dapat diakses dan dikembangkan oleh siapapun yang
menghendakinya. Bertens menyebut aspek mite jauh lebih penting dan lebih besar
pengaruhnya atas lahirnya sejumlah filsuf dan karya filosofis di Yunani
dibandingkan dengan dua faktor lainnya. Bahkan bisa jadi semakin banyak mite
dalam suatu Negara atau suatu komunitas masyarakat, semakin besar pula
kecenderungan suatu Negara atau kemunitas masyarakat tersebut melahirkan
sejumlah filsuf dan karya filosofis. Legenda atau mitos diperlukan untuk
menunjang Sistem nilai hidup manusia. Mite dapat member kejelasan tentang
eksistensi manusia dalam hubungannya dengan alam sekitar. Bahkan, mite dapat
member kejelasan tentang bentuk hubungan yang baik antara sessama manusia, dan
hubungan antara manusia dengan wujud yang maha tinggi.
B. Ontologi,
Epistemologi, dan Aksiologi Pendidikan
1. Ontologi
Pendidikan
Berbicara
masalah ontology tidak terlepas dari filsafat karena filsafat diperlukan untuk
menjelaskan dasar ontologis dari ilmu, termasuk dalam kajian pendidikan. Aspek
realitas yang dijangkau teori pendidikan melalui pengalaman pancaindra adalah
dunia pengalaman manusia secara empiris. Adapun objek materil dilsafat
pendidikan adalah manusia seutuhnya. Manusia yang lengkap aspek-aspek
kepribadiannya, yaitu manusia yang berakhlak mulia dalam situasi pendidikan
diharapkan melampaui manusia sebagai makhluk sosial mengingat sebagai warga
masyarakat, ia mempunyai cirri warga yang baik (good citizenship) atau
kewarganegaraan yang sebaik-baiknya.
Filsafat
pendidikan merupakan bidang filsafat terapan, bermula dari bidang tradisioanal
filsafat, untuk menjawab pertanyaan mengenai kebijakan pendidikan, perkembangan
manusia dan teori kurikulum. Dengan kata lain, filsafat pendidikan adalah studi
filosofis tentang tujuan, proses, alam, cita-cita pendidikan. Filsafat
pendidikan mencakup hal berikut :
a. Mempelajari
definisi mengasuh dan mendidik
b. Mendalami
dan mempelajari mengaplikasikan nilai-nilai dan norma-norma lalu diterapkan
melalui Sistem pendidikan dan praktik pendidikan itu sendiri
c. Mepelajari
batas-batas dan legitimasi pendidikan sebagai disiplin akademis
d. Mempelajari
hubungan antara teori dan praktik pendidikan pada umumnya.
Pendekatan ontology atau metafisik menekankan pada hakikat keberadaan, dalam hal ini keberadaan pendidikan itu sendiri. Keberadaan pendidikan tidak terlepas dari keberadaan manusia. Oleh sebab itu, hakikat pendidikan berkenaan dengan hakikat manusia. Dalam pendekatan ini keberadaan peserta didik dan pendidik tidak terlepas dari makna keberadaan manusia itu sendiri.
Tilaar
menjelaskan berbagai pendekatan mengenai hakikat pendidikan dapat digolongkan
atas dua kelopok besar yaitu :
a. Pendekatan
Reduksionisme
b. Pendekatan
Holistik Integratif
Dengan pemahaman tersebut, sudah tentu hakikat pendidikan atau ontology pendidikan berakar dari kebutuhan manusia terhadap proses pelatihan kemandirian berfikir, mandiri mengambil keputusan, mandiri dalam bekerja untuk mempertahankan kehidupannya, mandiri dalam mengamankan kehormatan dan harga dirinya, dan manusia yang mengerti tujuan hidup hari ini, besok dan yang akan datang.
2. Epistemologi
Pendidikan
Epistemology
adalah kata lain filsafat ilmu berasal dari bahasa latin episteme, berarti
knowledge yaitu pengetahuan dan logos berarti Theory. Jadi, epistemology
berarti “teori pengetahuan” atau teori tentang metode, cara, dan dasar dari
ilmu pengetahuan atau studi tentang hakikat tertinggi kebenaran dan batasan
ilmu manusia.
Epistemology
adalah analisis filosofis terhadap sumber-sumber pengetahuan. Dari mana dan
bagaimana pengetahuan diperoleh, menjadi kajian epistemology, sebagai contoh
bahwa semua pengetahuan berasal dari Tuhan.
Berkaitan
dengan pemikiran diatas, terdapat empat jenis kebenaran yang secara umum telah
dikenal oleh orang banyak yaitu :
a. Kebenaran
religious
Yaitu
kebenaran yang memenuhi criteria atau dibangun berdasarkan kaidah-kaidah agama
atau keyakinan tertentu, yang disebut juga dengan kebenaran absolute atau
kebenaran mutlak yang tidak terbantahkan.
b. Kebenaran
filosofis
Yaitu
kebenaran hasil perenungan dan pemikiran kontemplatif terhadap hakikat sesuatu,
meskipun pemikiran intelektual tersebut bersifat subjektif dan relative tetapi
kontemplatif.
c. Kebenaran
Estetis
Yaitu
kebenaran yang berdasarkan penilaian indah atau buruk, serta cita-cita rasa
estetis. Artinya, keindahan yang berdasarkan harmoni dalam pengertian luas yang
menimbulkan rasa senang, tenang dan nyaman.
d. Kebenaran
ilmiah
Yaitu
kebenaran yang ditandai oleh terpenuhinya syarat-syarat ilmiah, terutama
menyangkut adanya teori yang menunjang dan sesuai dengan bukti. Kebenaran
ilmiah ditunjang oleh rasio dan kebenaran rasional berdasarkan teori yang
menunjangnya. Kebenaran ilmiah di validasi oleh bukti-bukti empiris yaitu hasil
pengukuran objektif di lapangan. Sifat objektif berlaku umum, dapat diulang
melalui eksperimentasi, cenderung amoral sesuai dengan apa adanya, bukan apa
yang seharusnya yang merupakan cirri ilmu pengetahuan.
3. Aksiologi
Pendidikan
Aksiologi
pendidikan berkaitan dengan masalah ilmu dan pengetahuan (kognitio), maksudnya
adalah memikirkan segala hakikat pengetahuan atau hekikat keberadaan segala
sesuatu yang bersifat fisikal dan metafisikal, baik yang umum maupun yang
khusus.
Aksiologi
pendidikan juga berkaitan dengan aliran-aliran pendidikan yang terus
berkembang. Diantara aliran-aliran pendidikan tersebut adalah sebagai berrikut
:
a. Positivisme
b. Renaisans
c. Humanism
DASAR-DASAR
ILMU PENDIDIKAN
1. Pengertian
Pendidikan
a.
Langeveld
Pendidikan ialah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak
tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup
cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang
dewasa dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
b. John
Dewey
Pendidikan adalah
proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
c. J.J Rousseau
Pendidikan adalah
member kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita
membutuhkannya pada waktu dewasa.
d. Driyarkara
Pendidikan ialah
pemanusiaan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani
e. Carter V. Good
Education :
1) Pedagogy
is the art, practice, or profession of teaching
2) The
Sistematized learning or instruction concerning principles and methods of
teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term
education
Pendidikan ialah :
1) Seni,
praktik, atau profesi sebagai pengajar
2) Ilmu
yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode
mengajar, pengawasan dan bimbingan murid dalam arti luas digantikan dengan
istilah pendidikan
f. Ahmad D. Marimba
Pendidikan ialah
bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh sipendidik terhadap perkembangan
jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.
Unsur-unsur yang
terdapat dalam pendidikan ialah :
1) Usaha
(kegiatan), usaha itu berdifat bimbingan dan dilakukan secara sadar
2) Ada
pendidik, pembimbing atau penolong
3) Ada
yang di didik atau si terdidik
4) Bimbingan
itu mempunyai dasar dan tujuan
5) Dalam
usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan
g. Ki Hajar Dewantara
Pendidik yaitu
tutunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar anak-anak
mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
h. Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989
Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi bagi peranannya dimasa yang akan datang
i. Menurut UU Nomor 20 Th 2003
Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual kagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan
Negara.
2. Faktor-Faktor
Pendidikan
a. Adanya
tujuan yang hendak dicapai
b. Adanya
subjek manusia yang melakukan pendidikan
c. Yang
hidup bersama dalam lingkungan tertentu
d. Yang
menggunakan alat-alat tertentu untuk mencapai tujuan
D. Fungsi
Dan Peran Lembaga Pendidikan
1. Lembaga
Pendidikan Keluarga
Peran dan Fungsi
Lembaga Pendidikan Keluarga :
a. Pengalaman
Pertama Masa Kanak-kanak
b. Menjamin
kehidupan emosional anak
c. Menambahkan
dasar pendidikan moral
d. Memberikan
dasar pendidikan sosial
e. Peletakan
dasar-dasar keagamaan
2. Lembaga
Pendidikan Sekolah
a. Peranan
sekolah dengan melalui kurikulum antara lain :
1) Anak
didik belajar bergaul sesama anak didik, antara guru dengan anak didik, dan
antara anak didik dengan orang yang bukan guru
2) Anak
didik belajar menaati peraturan-peraturan sekolah
b. Fungsi
sekolah menurut suwarno :
1) Mengembangkan
kecerdasan dan memberikan pengetahuan
2) Spesialisasi
3) Efisiensi
4) Sosialisasi
5) Konservasi
dan transmisi cultural
6) Transisi
dari rumah ke masyarakat
3. Lembaga
Pendidikan di Masyarakat
a. Masyarakat
berperan serta dalam mendirikan dan membiayai sekolah
b. Masyarakat
berperan dalam mengawasi pedidikan agar sekolah tetap membantu dan mendukung
cita-cita dan kebutuhan masyarakat
c. Masyarakatlah
yang ikut menyediakan tempat pendidikan seperti gedung-gedung museum,
perpustakaan, panggung-panggung kesenian, kebun binatang dan sebagainya
d. Masyarakatlah
yang menyediakan berbagai sumber untuk sekolah
e. Masyarakatlah
sebagai sumber pelajaran atau labolatorium tempat belajar
E. Sistem
Pendidikan Nasional
1. Sistem
Pendidikan
Dalam
pengertiaan umum, yang dimaksud dengan Sistem adalah jumlah, keseluruhan dari
bagian-bagiannya yang saling bekerja sama untuk mencapai hasil yang diharapkan
berdasarkan kebutuhan yang telah ditentukan. Komponen atau faktor-faktor Sistem
pendidikan :
a. Tujuan
Tujuan
tersebut juga cita-cita pendidikan yang berfungsi untuk memberikan arah
terhadap semua kegiatan dalam proses pendidikan.
b. Peserta Didik
Fungsinya
adalah sebagai objek yang sekaligus sebagai subjek pendidikan.
c. Pendidik
Berfungsi
sebagai pembimbing, pengaruh, untuk menumbuhkan aktifitas peserta didik
sekaligus sebagai pemegang tanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan
d. Alat Pendidikan
Segala
sesuatu yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berfungsi
untuk mempermudah atau mempercepat tercapainya tujuan pendidikan
e. Lingkungan
Lingkungan
sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan.
Lingkungan berfungsi sebagai wadah atau lapangan terjadinya proses pendidikan
2. Sistem
Pendidikan Nasional
Sistem
pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
aktivitas pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk mengusahakan
tercapainya tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional tersebut
merupakan suprasistem yaitu suatu Sistem yang besar dan kompleks yang
didalamnya tercakup beberapa bagian yang juga merupakan Sistem-sistem.
3. Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia
Pasal
31 ayat 2 UUD 1945 mengamanatkan kepada pemerintah Republik Indonesia untuk
mengusahakan dan menyelenggarakan satu system pengajaran nasional yang diatur
dengan undang-undang. Hal tersebut berarti bahwa system pendidikan nasional
dalam rangka menyelenggarakan satu system pendidikan nasional yang dimaksudkan.
Dalam sejarahnya, pendidikan di Indonesia pernah memiliki undang-undang yang mengatur tentang pendidikan secara nasional seperti :
a. UU
No. 4 Th 1950 tentang Dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah
b. UU
No. 12 Th 1954 tentang pernyataan berlakunya UU No. 12 Th 1950 dari republik
Indonesia dahulu tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran disekolah untuk
seluruh pengajaran di Indonesia
c. UU
No. 22 Th 1961 tentang perguruan tinggi
d. UU
No. 14 PRPS Th 1965 tentang majelis pendidikan Nasional
e. UU
No. 19 PNPS Th 1965 tentang pokok-pokok Sistem Pendidikan Nasional Pancasila
Pendidikan Nasional yang di tetapkan dalam UU No. 2 Th 1989 ini mengungkapkan prinsip-prinsipnya sebagai satu system yaitu :
a. Yang
berakar pada kebudayaan nasional dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, serta
melanjutkan dan meningkatkan pendidikan P4
b. Merupakan
satu keseluruhan dan dikembangkan untuk ikut berusaha mencapai tujuan nasional
yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa demi
terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila
c. Mencakup
jalur pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah
d. Mengatur
bahwa jalur pendidikan sekolah terdiri atas tiga jenjang utama yaitu pendidikan
dasar, pendidikan menengah dan perguruan tinggi yang masing-masing pula terbagi
dalam jenjang atau tingkatan
e. Mengatur
bahwa kurikulum peserta didik dan tenaga kependidikan, terutama guru, dosen,
atau tenaga pengajar merupakan tiga unsure yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan belajar mengajar
f. Mengatur
secara terpusat (sentralisasi) namun penyelenggaraan satuan dan kegiatan
pendidikan dilaksanakan secara tidak terpusat (desentralisasi)
g. Menyelenggarakan
satuan dan kegiatan pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara keluarga,
masyarakat, dan pemerintah
h. Mengatur
bahwa satuan dan kegiatan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan
masyarakat berkedudukan serta diperlakukan dengan penggunaan ukuran yang sama
i. Mengatur
bahwa satuan dan aktivitas pendidikan yang diselenggarakan masyarakat memiliki
kebebasan untuk menyelenggarakannya sesuai dengan cirri atau kekhususannya
masing-masing sepanjang cirri itu tidak bertentangan dengan pancasila sebagai
dasar Negara pandangan hidup bangsa dan ideologi bangsa
j. Memudahkan
peserta didik memperoleh pendidikan yang sesuai dengan bakat, minat, dan tujuan
yang hendak dicapai serta memudahkannya menyesuaikan diri dengan perubahan
lingkungan
Berdasarkan deskripsi tujuan pendidikan Nasional tersebut, kita dapat melihat beberapa kualifikasi manusia Indonesia seutuhnya yang memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Beriman
dan bertakwa terhadap tuha yang Maha Esa
b. Berbudi
pekerti luhur
c. Memiliki
pengetahuan dan keterampilan
d. Memiliki
kesehatan jasmani dan rohani
e. Memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri
f. Memiliki
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
4. Dasar
dan Tujuan Sistem Pendidikan Nasional
Fungsi
pendidikan Nasional sebagaimana ditegaskan pada pasal 3 yaitu untuk
mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Tujuan nasional
Indonesia jelas termaktub dalam Alinea IV pembukaan UUD 1945, yaitu:
a. Melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia
b. Memajukan
kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan
kehidupan bangsa
d. Ikut
melaksanakan ketertiban dunia
e. Mencapai
masyarakat yang adil dan makmur
F. Demokrasi
Pendidikan
1. Pengertian
dan Pentingnya Demokrasi Pendidikan
Menurut
KBBI demokrasi diartikan sebagai gagasan atau pandangan hidup yang mengutamakan
persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama bagi semua warga Negara
Demokrasi Pendidikan merupakan pandangan hidup yang mengutarakan persamaan hak dan kewajiban serta perlakuan yang sama didalam berlansungnya proses pendidikan antara pendidik dan anak didik serta juga dengan pengelola pendidikan.
Manfaat Demokrasi Pendidikan :
a. Rasa
hormat terhadap harkat sesama manusia
b. Setiap
manusia memiliki perubahan kearah pikiran yang sehat
c. Rela
berbakti untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama
2. Prinsip-Prinsip
Demokrasi dalam Pendidikan
a. Menunjang
tinggi harkat dan martabat manusia sesuai dengan nilai-nilai luhurnya
b. Wajib
menghormati dan melindungi hak asasi manusia yang bermartabat dan berbudi
pekerti luhur
c. Mengusahakan
suatu pemenuhan hak warga Negara untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran
nasional dengan memanfaatkan kemampuan pribadinya, dalam rangka menembangkan
kreasinya kearah perkembangan dan kemajuan iptek tanpa merugikan pihak lain.
FAKTOR
INDIVIDU PELAJAR DILIHAT DARI SEGI PSIKOLOGIS
Semua
keadaan dan fungsi psikologi tentu saja berpengaruh terhadap proses belajar
yang juga bersifat psikologis itu. Beberapa faktor utama akan dikemukakan dalam
makalah ini secara singkat yang antara lain sebagai berikut :
1) Faktor Minat
Seseorang
tidak mempunyai minat untuk mempelajari sesuatu tidak dapat diharapkan bahwa
dia akan berhasil dengan baik dalam mempelajari hal tersebut; sebaliknya,
kalau seseorang belajar dengan penuh minat, maka dapat diharapkan hasilnya akan
lebih baik.
2) Faktor Kecerdasan
Kecerdasan
sangat besar peranannya dalam mencapai sesuatu keberhasilan, orang yang lebih
cerdas pada umumnya akan lebih mampu belajar dari pada orang yang kurang
cerdas.
3) Faktor Bakat
Disamping
faktor kecerdasan, faktor bakat juga merupakan faktor yang besar pengaruhnya
terhadap proses dan hasil belajar seseorang. Hampir tidak ada orang membantah
bahwa belajar pada bidang yang sesuai dengan bakat memperbesar kemungkinan
berhasilnya usaha itu. Akan tetapi banyak sekali hal – hal yang menghalangi
untuk terciptanya kondisi yang sangat diinginkan oleh setiap orang itu.
4) Faktor Motivasi
Motivasi
adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi
motivasi untuk belajar adalah kondisi psikologi yang mendorong seseorang untuk
belajar. Hasil belajar pada umumnya meningkat jika motivasi untuk belajar
bertambah, maka pada umumnya persoalan mengenai kaitan motivasi itu dengan
belajar adalah bagaimana mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan agar belajar
dapat optimal.
Faktor
motivasi ini terdiri dari dua macam yaitu :
1. Motivasi
Intrinsik.
2. Motivasi
Ekstrinsik.
5) Faktor Kemampuan – kemampua Kognitif
Walaupun
diakui tujuan pendidikan itu meliputi aspek kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotor namun pada umumnya aspek kognitif yang selalu diutamakan
bahkan kadang – kadang terdapat praktek – praktek yang menunjukan seakan – akan
aspek kognitif sajalah yang berlaku sekarang ini. Maka dari itu kemampuan –
kemampuan kognitif akan tetap merupakan faktor – faktor yang penting dalam
kegiatan belajar mengajar para siswa atau mahasiswa. Seperti
itulah faktor utama yang sangat berpengaruh terhadap proses belajar yang dapat
kami kemukakan dalam makalah pada kesempatan kali ini.
CIRI–CIRI PESERTA DIDIK DALAM KEHIDUPAN PSIKOLOGIS YANG PERLU DIKEMBANGKAN MELALUI PENDIDIKAN.
1. Identivikasi
anak didik dengan orang dewasa atau pendidikannya.
Dengan identivikasi
ini mulai timbul pada usia 4 tahun dan mulai sering nampak pada usia puber
pemuda (di tingkat sekolah lanjutan) karena pada masa ini jiwa siswa mulai
bangun, maka dari itu peranan seorang guru agama sangat penting pada masa –
masa perkembangan ini, hal ini untuk mengarahkan perkembangan mereka dan
kerjasama pendidik secara terpadu.
2. Ketergantungan
anak pada pendidik
Sifat ketergantungan
kepada pendidik ini harus diusahakan secara berangsur – angsur dihilangkan
dengan cara menumbukan rasa percaya diri sendiri untuk bisa mengatasi masalah
yang dihadapinya.
3. Ketertiban
peserta didik kepada kewibawaan pendidikan
Kewibawaan adalah
kepenurutan dan kepatuhan peserta didik kepada pendidiknya atas dasar
kesadaran, hormat dan simpati.
4. Kewibawaan
pendidikan
Kewibaan pendidikan
sangat diperlukan dalam dunia pendidikan untuk menuntun dan mengarahkan
perkembangan rohaninya terutama ke arah pendewasaan secara rohaniah. Jika
pendidikan tanpa kewibawaan akan mengganggu proses pendidikan peserta didik.
5. Suri Tauladan
Suri tauladan dari
pendidikan memegang peranan yang sangat penting. Sebab itu diusahakan setiap
pendidikan menjadi penuntun peserta didiknya.
C. Hal–hal Yang Harus Dilakukan Terhadap Faktor–faktor Utama Psikologis Pendidikan.
1. Minat
Untuk
menyalurkan minat para siswa maka perlu adanya pilihan jurusan atau pemilihan
bidang studi pada lembaga – lembaga pendidikan.
2. Kecerdasan
Untuk
meningkatkan atau mempartahankan suatu kecerdasan diperlukan bantuan – bantuan
yang sangat khusus untuk dapat menyelesaikan sekolah dasar.
3. Bakat
Bakat
harus didukung dengan adanya biaya untuk mengembangkannya dan harus didukung
oleh sarana dan prasarana.
4. Motivasi
Untuk
masalah ini ialah kita harus bisa menumbuhkan dan meningkatkan motivasi agar
dapat menghasilkan belajar yang optimal.
5. Kemampuan – kemampuan kognitif\
Yang
harus kita lakukan terhadap faktor ini ialah mengatur faktor ini sehingga
mempunyai pengaruh yang dapat membantu tercapainya hasil belajar yang optimal.
No comments
Post a Comment